🌸
Selepas senu mengantarkan singgi, ia lalu pulang ke kediamannya, tepat ketika ia sampai shaka dan dika pun sama sampai bersamaan dari arah yang berlawanan dengan senu, mereka kini turun dari kendaraan nya masing-masing senu yang mengendarai pajero sport berwarna hitam sedangkan shaka mengendarai CBR250RR warna merah tampak gagah memang anak-anak dari pak Andreas itu
Sedangkan dika dan singgi pun sama memiliki kendaraan nya masing-masing motor dengan jenis yang sama dengan shaka hanya berbeda warna saja dika yang warna putih dan singgi yang warna hitam itu adalah hadiah terakhir dari sang ayah, shaka yang mendapatkan itu karena lulus SMA dengan nilai yang bagus dan shaka menjadi siswa terbaik dari seluruh angkatan nya sedangkan dika mendapatkan itu karena dika menang turnamen basket waktu mewakili sekolah nya di tingkat provinsi dan singgi mendapatkan itu tepat di hari ulang tahunnya dan itupun menjadi hari terakhir nya melihat sang ayah, salah satu alasan kenapa singgi gak pernah mau bawa itu motor karena itu hanya mengingatkan kejadian kelam bersama sang ayah sedangkan dika ia sempat kecelakaan gak parah hanya membuat kaki nya terkilir saja dan itu sukses buat senu khawatir berakhir dika dan singgi setiap berangkat di anterin sama senu, urusan pulang banyak ojol itu sihh pikir senu
"Mas kira kalian sudah ada dirumah setelah dari restoran mas tadi" ucap senu ketika melihat adik-adiknya
"Mas tumben pulang cepet" alih-alih menjawab pertanyaan mas nya shaka malah memberi pertanyaan balik
"Oh tadi mas abis anterin singgi ke rumah temannya trus mas udah gada kerjaan jadi ya pulanglah mau apalagi"
"Oh" jawab singkat shaka dan dika hanya diam tanpa berniat menjawab ataupun bertanya pada mas nya ia masih enggan berbicara pada mas nya atas insiden tadi
"Dika kok diam aja sihh? Masih marah sama mas?" tanya senu sambil merangkul adiknya, dika yang di tanya begitu tetap tidak ada niat untuk menjawab nya
"Dika jawab dong kalo di tanya"
"Mas butuh jawaban dika?" bukannya menjawab dika malah balik bertanya dan itu berhasil buat senu sedikit menahan emosi
"Mas tanya baik-baik yah dek" ucap senu dingin
"Iya mas, dika marah sama mas senu, mas pernah gak sihhh ngertiin perasaan nya dika sama bang shaka, mas pernah gak sih nanyain keadaan kita pas mas belain dia di depan kita, mas senu tuh terlalu ngedepanin DIA" ucap dika dan memberi penekanan pada akhir kalimat nya
"Dia punya nama dika, dan dia adik kamu"
"dika gak punya adek pembunuh mas" ucap dika datar dan menatap lurus dengan tajam ke arah senu
PLAAKKKK
Reflek yang spontan membuat ketiga nya terkejut bagaimana tidak terkejut, senu yang terkenal lemah lembut dan gak pernah main fisik dan sekarang dia malah menampar adeknya sendiri , dika pun terkejut karena itu pertama kalinya dika di tampar oleh mas nya sendiri sedangkan shaka yang dari tadi hanya melihat mas dan adeknya sama halnya di buat terkejut pasalnya itu kali pertama shaka melihat mas nya menampar adeknya sendiri dan tamparan itu sangat keras bahkan tercetak jelas kemerah-merahan dipipi dika bahkan darah segar pun keluar dari sudut bibir dika
"LAGI MAS LAGI TAMPAR DIKA MAS!!!" Teriak dika sambil mengambil tangan senu dan diletakkan di pipi sebelah kanannya , senu hanya diam dia masih tidak percaya dengan apa yang tadi ia lakukan
"KENAPA DIAM MAS KENAPA?!" Teriak dika sekali lagi, shaka yang melihat adiknya semakin histeris pun merangkul nya dan membawa tubuh dika masuk kedalam rumah dan hal itu tidak berhasil karena dika memberontak dalam rangkulan shaka
"BANG LEPASIN DIKA BANG LEPASIIIIIN" dika masih berteriak dan berontak dalam dekapan abangnya
"DIKA DIAM" teriak shaka balik dan itu berhasil buat dika diam dan duduk berakhir dengan dika menangis sesegukan
"Jangan kaya gini dika masih punya bang shaka" ucap shaka sambil menenangkan adeknya, dan dika hanya mengangguk setelah dapat respon baik dari adeknya shaka lalu berdiri menuju mas nya tepat didepan hadapan masnya shaka mengucapkan kalimat yang sukses buat senu merosot terduduk lesuh "shaka kecewa sama mas senu shaka harap ini yang pertama dan terakhir jika terjadi lagi shaka benar-benar akan pergi dari rumah ini bareng dika" setelah berkata itu shaka lalu mengajak dika masuk ke kamar nya untuk mengobati luka hasil dari tamparan senu
"Senu gagal jadi mas buat adik-adiknya senu yah, maaf" lirihnya setelah melihat kepergian shaka dan dika
***
Setelah singgi dan kawan-kawan nya kenyang sekaligus puas atas party dadakannya dan berakhir mereka menyelam di dunia maya sampai akhirnya mereka pada tertidur dengan sendirinya kecuali singgi karena sebelum singgi menonaktifkan data internet nya singgi mendapatkan direct messenger dari kakaknya
Direct Messenger
Shadika.Andreas
Hidup lu kenapa sih nyusahin gue terus
Gue muak liat lu
Gue muak atas kelakuan lu
Gue juga muak liat mas senu yang selalu belain lu
Lu siapa sihh
Lu bahkan menjadi manusia yang udah bunuh orang tua gue
Tapi kenapa mas senu belain lu seolah lu malaikat
Gue benci sama takdir gue
Gue benci karena takdir gue harus mempertemukan gue sama lu
Lu kenapa gak pergi aja dari kehidupan gue
Dan lu dengan seenak jidat bersenang-senang diatas penderitaan gue sama bang shaka
Itu belum puas aja apa dengan kelakuan lu selama ini
GUE BENCI LU
Gue harap gue gak bakal ketemu lu lagi
Lu harus pergi dari hidup gue
___
Singgi tak berniat membalas pesan dari kakaknya tapi singgi kepikiran atas isi pesan kakaknya dan itu berhasil buatnya gak bisa tidur, dino yang merasa haus lalu terbangun ia terkejut ketika mendapati singgi yang masih belum tertidur
"Gi lu belum tidur?" tanya dino
"Belum ngantuk gue din" ucap singgi lalu mengikuti arah dino
"Ada masalah?" tanya dino tepat sasaran dan itu berhasil buat singgi terdiam, mereka sekarang sudah duduk di sofa ruang keluarga
"Din kalo gue tinggal disini sama lu gapapa?"
"Why not, ini rumah lu juga kapan pun lu butuh silahkan begitupun dengan sandy, yundra, dan buyung ini tempat kita gi, dan lu kalo butuh teman buat minta saran atau cuma sekedar teman buat denger cerita lu kita semua siap dengerin jangan ngerasa sendiri" Ucap dino sembari menepuk bahu singgi singkat
"Din kalo gue cerita sesuatu ke lu , lu bakalan be...benci gue gak?" tanya singgi sedikit ragu
"Tergantung kasusnya sihh gi, tapi kayanya gue bisa nerima soalnya gada manusia yang gak punya kesalahan"
Setelah mendengar jawaban dino, singgi lantas menceritakan sesuatu yang selama ini dia tutupi dari para sahabatnya
Flashback On
Tiga Andreas bersaudara kini sedang menanti kehadiran Andreas junior dengan wajah yang berbinar karena tidak sabar menunggu kehadiran adik kecil nya dika yang masih berusia dua tahun itu tak henti-hentinya menanyakan "adik bayi kapan kelual mas" dika yang saat itu sedang berada dalam gendongan senu pun tak pernah bosan menanyakan hal itu dan senu dengan sabar menjawab "bentar lagi adik bayi keluar dan bentar lagi dika bakalan jadi kakak" sontak bocah dua tahun itu tersenyum sangat lebar sampai matanya tenggelam dalam senyumannya, selang beberapa menit keluarlah seorang dokter dari ruangan yang ada bundanya dengan raut wajah yang tidak menggambarkan sebuah kebahagiaan di dalam nya
"Dok gimana keadaan istri dan anak saya" tanya tuan Andreas ketika melihat dokter tersebut
"Bapak boleh ikut saya ke ruangan saya pak?" tanya sang dokter dan di angguki oleh tuan Andreas
"Senu jaga adik-adikmu dulu" ucap tuan Andreas sebelum mengikuti sang dokter lalu di angguki kembali oleh anak sulungnya
Sekitar tiga puluh menit lamanya akhirnya tuan Andreas kembali dengan dokter yang menangani istrinya dokter itu pun langsung memasuki ruangan operasi , setelah dokter itu hilang di balik pintu tidak ada percakapan di antara mereka,, dika yang kini sudah tertidur pulas digendongan senu dan shaka yang hanya duduk terdiam dari tadi bocah tujuh tahun itu enggan bertanya pada ayahnya dia tahu betul arti dari raut wajah ayahnya disana dia tidak melihat kebahagiaan, dia ingin sekali bertanya tapi kembali ia urungkan karena tidak mau menambah beban ayahnya lain halnya dengan senu dia tahu bahwa ini bukan kabar baik tapi senu ingin tahu apa yang ayah nya bicarakan dengan sang dokter
"Yah bunda sama adek bakalan baik-baik aja kan?" tanya senu
Sang ayah yang dari tadi hanya tertunduk kemudian mengangkat kepalanya dan melihat kearah anak sulungnya
"Ayah tidak bisa berjanji bundamu akan selamat tapi ayah selalu berharap bunda mu untuk tetap disini bersama kita" ucap ayahnya sambil menahan tangisnya
Keadaan kembali hening tidak ada yang berniat untuk bersuara hingga keheningan itu terpecah atas kehadiran dokter yang keluar dari ruang operasi
"Dok gimana keadaan istri dan anak saya" tanya tuan Andreas kembali, meskipun dia sudah tahu atas jawabannya
"Maaf kami sudah melakukan semampu nya kami, kami tidak bisa menyelamatkan nyonya Andreas dan kami hanya mampu menyelamatkan putra tuan, sekali lagi kami minta maaf semoga keluarga diberi kelapangan atas musibah ini jenazah akan segera kita urus, permisi"
Shaka yang melihat tubuh bunda nya di tutup sempurna dengan kain putih pun lantas menangis histeris ketika ranjang rumah sakit itu di dorong oleh beberapa suster
"BUNDAAAAAA.... SUSTER MAU BAWA BUNDA SHAKA KEMANA BUNDAAAAAA HIKSSSS BUNDAAAAAA HIKSSS AYAH ITU BUNDA MAU DIBAWA KEMANA HIKSSS BUNDAAAAAA HIKKSSSS" Teriak shaka saat para suster membawa bunda nya semakin jauh
"Ssstttt shaka kan anak baik anak pinter udah ya jangan nangis jangan teriak nanti tenggorokan shaka sakit suara shaka nantinya serak udah yah cupp cupp cupp shaka mau liat adek bayi gak" ucap tuan Andreas sambil menenangkan anak keduanya dalam gendongnya itu
"Gak mau ayah shaka mau sama bunda aja hiikkksss"
"Iya nanti kita liat bunda kita nanti anterin bunda ke rumah barunya"
"Tapi shaka mau tinggal bareng sama bunda ayaahhh hiksss"
"Shaka gk boleh ikut, kalo shaka ikut nanti bunda marah, shaka mau bunda marah sama shaka?"
"Gak mau ayah, shaka gak mau bunda marah sama shaka" ucap shaka sedikit lebih tenang
"Anak pinter sekarang shaka liat adek bayi yuk, itu mas senu sama adek dika udah liat adek bayi" tunjuk sang ayah ke anak sulung nya, shaka pun menangguk
Bocah dua tahun itupun nampak antusias akan kehadiran adik bayi nya beda dengan shaka raut wajahnya menampakkan bahwa dirinya sangat membenci atas kehadiran bayi kecil yang menurut bocah tujuh tahun itu adalah monster kecil yang menakutkan monster kecil yang sudah mengambil nyawa dari bunda nya, waktu berjalan dari tahun ke tahun hingga usia dika lima tahun dimana di tahun itu dika tidak bisa nerima kehadiran adiknya
Jika senu bertanya padanya "dika kenapa gak mau main bareng adek?" dia akan menjawab "kata bang chaka itu bukan adek dika itu monstel kecil yang udah bunuh bunda" ucap polos dika dengan ekspresi takut nya sambil menatap adik kecilnya itu, kejadian itu pun berlangsung sampai sekarang
Flashback off
Setelah bercerita panjang lebar singgi akhirnya menangis tak kuat menahan air matanya yang sejak tadi ia tahan sepanjang bercerita dino yang melihat itupun mencoba menenangkan sahabatnya dengan cara merangkul singgi mencoba memberi ketenangan untuk sahabat nya
"Itu bukan salah lu kok gi, itu semua udah takdir Tuhan jangan berlarut menyalahkan diri sendiri, abang lu belum siap nerima kenyataan aja, lu harus sabar menunggu, jangan ngerasa sendiri ada gue, sandy, yundra sama buyung yang bakalan setia sama lu dengerin keluhan lu nemenin lu kita bakalan sama-sama"
Tanpa mereka sadari bahwa semua sahabatnya mendengar semua cerita singgi dan tepat ketika dino menenangkan singgi mereka bertiga pun menyusul untuk memberikan semangat pada singgi hingga mereka menangis bersama untuk saling menguatkan
****
Keesokan harinya selepas pulang sekolah singgi pulang ke rumahnya di antar dino, gak sekedar buat nganter doang tapi dino hendak membantu singgi membawa barang-barang nya setelah bercerita malam tadi dengan para sahabatnya singgi benar-benar bertekad untuk tinggal bersama dino dengan dan tanpa izin dari mas nya pun singgi tetap bakalan tinggal di rumah dino jadi hari ini singgi mau pindah sekaligus izin ke mas nya pagi tadi singgi sudah bilang pada mas nya kalo siang nanti dia mau ngomong sesuatu dan disinilah singgi di ruang kerja senu jika kalian bertanya dimana dino, jawabannya dino ada di mobilnya karena ini urusan keluarga jadi dino gak mau ikut campur
"Kamu mau ngomong apa dek?" tanya senu pada singgi
"Mas sebelum nya mas jangan marah yahh, sebenarnya singgi mau bilang kalo singgi bakal tinggal bareng dino, singgi .... "
"Mas gak izinin!!" ucap tegas senu setelah memotong ucapan singgi
"Tapi mas maaf ini udah singgi pikirin dan singgi di sini bukan mau minta izin mas , singgi cuma mau bilang saja, tolong yah mas singgi gak mau liat mas senu sama bang shaka, kak dika tiap hari ribut cuma gara-gara singgi mas"
"Bukan kaya gini tapi caranya nggi, tolong jangan buat mas tambah pusing, kamu tolong ngertiin mas dong dek!!"
"Justru karena singgi ngertiin mas senu, makanya singgi mau tinggal bareng dino biar mas senu bahagia bareng bang shaka sama kak dika juga, singgi sering liat bang shaka sama kak dika ketawa lepas kalo kumpul tanpa ada nya nggi mas, kak dika banyak senyum kalo gada nggi mas bahkan bang shaka sering keluar kamar kalo gada nggi mas, nggi cuma pengen rumah ini banyak kebahagiaan buat kalian, kalo kalian bahagia nggi juga bakalan bahagia mas" ucap singgi sambil tersenyum
Senu diam sesaat ketika mendengar ucapan adik bungsunya hatinya ingin sekali menahan untuk tidak pergi tapi raganya seakan menolak bukan berarti senu menginginkan kepergian singgi juga tapi ucapan singgi terlalu nyata untuk didengar, "yaallah bolehkah aku egois aku ingin mengatakan jangan pergi tolong jangan pergi dari rumah ini tapi kenapa rasanya Kata-kata itu terasa tersangkut di tenggorokan ku, untuk kedua kalinya aku merasa gagal menjadi seorang kakak untuk adik-adikku" batin senu pilu
"Mas Senu... "
"Terserah kamu mas gak peduli" ucap senu pergi meninggalkan singgi
BLAAMMM
Suara bantingan pintu sontak mengagetkan singgi yang sempat terdiam atas ucapan mas nya singgi pun beranjak keluar untuk barang-barang nya singgi sudah masukin di mobil dino sebelum bertemu dengan mas nya, dan hari ini untuk pertama kalinya singgi membawa motor pemberian ayahnya , singgi sudah putuskan jika dirinya tidak boleh berlarut dalam rasa bersalah karena itu akan semakin memperburuk keadaan untuk pertama kalinya singgi akan menjadi sosok yang berbeda
.
.
.
.
.
.
.
.