BAB 25 : MEMINTA KEADILAN
Siang ini di kediaman Chunshi Bai Xue Jian sedang berlatih seni beladiri pedangnya. Di depan halaman kamar, dengan lihai wanita itu menggerakkan pedangnya dengan tatapan mata yang akurat.
Ha!!!
Cling ...
Wusshh ...
Tangan kanan yang memegang pedang, tangan kirinya menjadi penyeimbang dalam setiap gerakan. Kedua kaki bergerak seirama, baik ke kiri, ke kanan, ataupun berputar, semua gerakan dilakukan dengan sangat cepat.
Tidak ada wanita lain yang bisa menguasai teknik seni beladiri pedang sehebat Bai Xue Jian di kerajaan Wei ini. Bai Xue Jian yang seorang wanita bahkan mampu melawan seratus prajurit biasa ketika di dalam Medan perang. Dengan seni beladiri yang mumpuni, Bai Xue Jian dapat menghabisi seratus prajurit itu dalam waktu singkat.
Sementara itu, Pangeran Xuan ternyata sedang memperhatikan istrinya yang sedang berlatih pedang lewat jendela kamarnya. Kamar Helian Qi dan Bai Xue Jian memang terpisah, hanya sebuah halaman luas di depan mereka yang menjadi pembatasnya.
Ekspresi wajah Helian Qi terlihat sangat serius ketika memandangi wanita yang berlatih pedang di depan halamannya. Saat ini dia menunjukkan sisi sebagai Helian Qi asli dan bukannya Pangeran Xuan yang bodoh.
'Teknik pedang yang luar biasa. Tidak banyak gerakan tapi bisa mengenai musik dengan akurat. Bai Xue Jian memang pantas menjadi Jenderal perang yang ditakuti oleh musuh perbatasan,' pujinya dalam hati.
Helian Qi begitu memperhatikan dengan seksama sosok wanita yang sedang berlatih pedang di sana. Bisa dikatakan pria itu sedang menghafal setiap gerakan yang diperagakan oleh Bai Xue Jian. Seni bertarung yang luar biasa seperti itu pastinya akan berguna suatu saat nanti.
"Hya!!! Hmm ...?" Bai Xue Jian yang sedang melakukan atraksi pedangnya tiba-tiba berhenti ketika melihat ke arah jendela kamar Pangeran Xuan yang terbuka. Bukan hanya jendela terbuka yang membuatnya bingung tapi ternyata sosok Pangeran Xuan juga ada di sana dan sedang memperhatikannya.
Pangeran Xuan yang sadar karena dirinya ditatap, segera mengubah karakternya kembali sambil mencari-cari alasan kenapa memperhatikan Bai Xue Jian dari balik jendela.
"Jian'er!!! Kau hebat sekali!!!"
Helian Qi melambai-lambaikan tangannya sambil berteriak memanggil Bai Xue Jian. Tubuh tingginya sampai naik atau duduk pada jendela persegi itu, menatap Bai Xue Jian dengan penuh senyuman.
'Pangeran memanggilku Jian'er ...' Bai Xue Jian seketika membatu bagaikan patung. Wanita itu tertegun ketika mendengar suaminya memanggil panggilan yang begitu mesra.
Catatan: kata 'er bila ditambahkan dalam nama bisa diartikan sebagai panggilan kesayangan. Biasanya digunakan orang tua dalam memanggil nama anaknya. Atau pria yang memanggil nama kekasihnya.
Bai Xue Jian yang tertegun tanpa sadar telah melukiskan sebuah lengkungan indah di wajahnya. Senyuman manis yang tersirat, menandakan kebahagiaan yang besar telah datang padanya.
Kedua insan pasangan suami istri ini saling memandang dengan melayangkan senyuman satu sama lain. Entah itu kebohongan atau ketulusan, keduanya tidak bisa mengungkapkan semuanya.
Angin musim gugur yang mulai datang menjadi seperti alunan musik romantis yang menyertai. Antara cinta dan kebencian, tidak tahu siapa yang akan lebih dulu merasuki ke dalam hati.
***
Istana Yu Xi.
Istana Yu Xi adalah tempat kediaman Ratu Qing Yun. Sejak Kaisar Hui sakit dan hanya bisa berbaring di ranjang kamarnya, Istana Yu Xi dijadikan sebagai tempat menjalankan pemerintahan kerajaan.
Chu Huang Yan yang merupakan seorang Ratu telah mengambil tanggung jawab menggantikan Kaisar Hui dalam memerintah di Kerajaan Wei sampai Kaisar sembuh.
"Sheng Zhongshan memberi hormat pada Ratu Qing Yun!"
Hari ini istana Yu Xi kedatangan tamu yaitu Sang Perdana menteri. Orang yang paling dipercaya Sang Ratu ini masih belum tahu apa tujuannya untuk bertamu.
"Perdana menteri Sheng, berdirilah!"
Dengan instruksi dari Sang penguasa, Sheng Zhongshan yang awalnya bersujud segera duduk dan berdiri. Kemudian Sang Ratu mempersilahkannya untuk duduk di kursi yang telah disediakan di aula ruang belajar ini.
"Tidak, Yang mulia! Saya tidak bisa duduk dengan tenang. Kedatangan saya kemari untuk meminta keadilan bagi putri saya, Qian Qian. Putriku yang malang menjadi orang cacat karena perbuatan Jenderal Xue. Hamba mohon berikan keadilan untuk putri hamba, Yang mulia!"
Sheng Zhongshan bersujud kembali. Pria itu sedang memohon kepada Ratu Qing Yun agar bisa menghukum Bai Xue Jian karena telah membuat anaknya menjadi cacat.
Biar bagaimanapun juga Sheng Zhongshan tidak memiliki keberanian untuk menyinggung Jenderal Xue yang memiliki kekuasaan militer. Sekarang hanya bisa menggunakan tangan Sang Ratu agar memberikan titah kerajaan untuk bisa menghukum Bai Xue Jian.
Chu Huang Yan yang mendengar permohonan dari Perdana menteri langsung menyipitkan matanya. Tangan kanan yang sedang memegang kuas jadi dia geram sampai berhenti menulis.
"Aku sudah mendengar berita itu. Tapi bukankah Sheng Qian Qian sendiri yang membuat kerusuhan di jalan dan melakukan kejahatan? Wajar jika Jenderal Xue yang melihat itu langsung menyerahkannya pada petugas pengadilan untuk diselidiki. Itu bukan salah Jenderal Xue, melainkan kau yang tidak bisa mendidik putrimu dengan baik, Perdana menteri Sheng!"
Sheng Zhongshan yang mendengar jawaban dari Sang Ratu jadi membulatkan matanya lebar-lebar. Pria yang duduk berlutut itu sampai mendongak ke atas melihat Sang Ratu yang berkata demikian tadi.
Alangkah terkejutnya ia mendengar kalau Sang Ratu sama sekali tidak membelanya, malah menyalahkan putrinya yang tidak bisa dididk dengan baik.
"Yang mulia, Qian Qian adalah calon Permaisuri Putra Mahkota di masa depan. Dia dibuat cacat oleh Jenderal Xue! Kenapa anda tidak mau menghukum Jenderal Xue?" tanya Sheng Zhongshan sambil terus memohon.
Brak!!!
Sebuh pukulan di meja berhasil membuat seisi ruangan ini bergema. Sheng Zhongshan yang mendengar sampai diam dan menundukkan kepalanya kembali.
"Perdana menteri Sheng, beraninya kau meragukan kekuasaan ku! Putra Mahkota belum menobatkan Sheng Qian Qian sebagai Permaisurinya! Beraninya kau mengakui kalau putrimu itu adalah istri Putra Mahkota seenaknya!"
Sang Ratu berubah menjadi marah. Wanita itu sampai bangkit dari kursi kebesarannya dengan wajah yang berubah menjadi merah gelap.
"Hamba tidak berani! Semua kesalahan hamba yang tidak bisa mendidik Qian Qian dengan benar! Mohon belas kasihan dari Yang Mulia Ratu!"
Sheng Zhongshan kembali bersujud dan memohon ampunan. Dia berharap permohonannya ini dapat meredakan amarah Sang Ratu dan tidak menghukumnya.
"Ha ... Sudahlah. Lebih baik kau pergi! Beberapa hari ini jangan menemuiku jika bukan mengenai masalah kerajaan," perintah Ratu Qing Yun.
"Baik. Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia Ratu." Sheng Zhongshan segera bangkit dan pergi meninggalkan ruangan tersebut sambil berjalan mundur beberapa langkah terlebih dulu.
Permohonannya yang meminta keadilan telah gagal dilakukan. Yang didapati malah kemarahan dari Sang Ratu. Masih bersyukur tidak terkena hukuman apa pun, pulang dalam kondisi tubuh yang utuh itu sudah bisa disebut beruntung.