Chereads / Jatuh Cinta Dengan Pangeran Bodoh / Chapter 17 - MENUNGGU KEDATANGANMU

Chapter 17 - MENUNGGU KEDATANGANMU

BAB 17 : MENUNGGU KEDATANGANMU

Setelah selesai melakukan pemeriksaan, Bai Xue Jian mengeluarkan pil kecil berwarna coklat dari sebuah kantung yang ia bawa dan menyuapinya ke dalam mulut Kaisar Hui.

Yang diberikannya itu adalah sebuah obat penawar yang dapat menghilangkan berbagai macam racun yang mematikan. Kini akhirnya nyawa Kaisar Hui telah tertolong, hanya tinggal menunggu Sang Kaisar pulih perlahan-lahan.

Sudah selesai dalam misi pertamanya, Bai Xue Jian kemudian beralih pandangan pada tabib tua yang masih berlutut di atas lantai. Mata giok biru tajamnya membuat Sang tabib semakin gemetar dan meratapi nasibnya.

"Ampunilah hamba, Jenderal Xue! Hamba hanya menjalankan perintah dari Ratu Qing Yun! Ini tidak ada hubungannya dengan hamba!"

Ucapan permohonan tiada hentinya dilafalkan oleh Sang tabib. Dirinya masih berharap bisa mendapatkan pengampunan dari Bai Xue Jian atas kejahatan besar yang telah ia lakukan.

"He! Begitu cepat mengakuinya!" Bai Xue Jian mencekik leher tabib tua itu sampai wajahnya memerah. Sesak napas mulai dirasakan, seperti akan mati hanya dalam hitungan detik saja.

"Ugh! Uhuk uhuk ..."

Namun tidak berselang lama akhirnya cekikan di leher itu pun dilepaskan. Sang tabib mengatur pernapasannya sambil memegangi lehernya yang terasa sakit setelah digeram oleh Jenderal perang, Bai Xue Jian.

"Jika kau ingin selamat, maka patuhilah semua perintahku!"

Bai Xue Jian tidak ada niatan untuk membunuh tabib itu atau langsung memenjarakan. Biar bagaimanapun juga kekuasaan yang ada di tangan Ratu Qing Yun begitu besar, akan sangat sulit untuk menjatuhkan hanya dengan mengandalkan seorang tabib istana kerajaan.

Ratu Qing Yun begitu licik dan memiliki banyak permainan kekuasaan, yang ingin dilakukan Bai Xue Jian adalah mengikuti alur permainannya. Memenangkan pertarungan diakhir setelah Sang Ratu merasa senang, itulah rencana yang akan dilakukan Bai Xue Jian.

***

Di tengah perjalanan kembali menuju kediaman Chunshi, Bai Xue Jian melihat kereta kuda dari Putra Mahkota menghalangi di depan jalannya.

Bai Xue Jian yang tidak menunggangi kudanya dan hanya sedang menuntun kuda kesayangannya itu terpaksa terhenti. Wajahnya berubah muram ketika ada salah satu pengawal Putra Mahkota yang mulai mendekat padanya.

"Jenderal Xue, Yang mulia ingin berbicara dengan anda di keretanya," lapor pengawal itu sambil mengulurkan tangannya dan memberi hormat.

Bai Xue Jian tidak menjawab apa pun. Masih terlihat setengah jalan yang terbukal, dirinya langsung menarik kudanya dan melanjutkan langkahnya kembali. Hanya melirik sebentar pada prajurit tadi tapi langsung berlanjut tanpa berkata apa-apa.

Namun, saat tubuhnya sejajar dengan posisi kereta kuda, langkahnya terhenti kembali. Bai Xue Jian menggerakkan pupil giok birunya sedikit ke kanan dan mulai berkata, "Kaisar sudah baik-baik saja, lebih baik Yang mulia kembali ke Istana Timur."

Setelah mengatakan itu, Bai Xue Jian berjalan kembali dengan kuda kesayangannya yang selalu dipanggil Xiao Bai itu. Tanpa memberikan salam hormat, ia langsung pergi begitu saja meninggalkan pria yang ada di dalam kereta kuda.

Di dalam kereta kuda, Helian Chen tersenyum pahit. Wajah tampannya lagi-lagi ditolak mentah-mentah, sama sekali tidka bisa menarik perhatian wanita yang dicintainya itu.

"Dia bahkan sama sekali tidak ingin bertemu denganku. He ... Sepertinya aku ini benar-benar telah berbuat kejahatan di kehidupan sebelumnya ..." kata Helian Chen dengan tertawa penderitaan.

Memang cinta yang dimiliki Helian Chen untuk Bai Xue Jian sangat tulus. Bahkan demi wanita terkasihnya itu, Helian Chen belum menikah atau memiliki selir di Istana Timur kediamannya.

Demi Bai Xue Jian, Helian Chen yang sudah diangkat menjadi Putra Mahkota rela menentang Ibunya sendiri Ratu Qing Yun agar tidak mendesaknya untuk menikah. Apa Apun akan dilakukan Helian Chen demi perebutan kekuasaan, asal jangan memaksanya menikahi wanita lain selain Bai Xue Jian.

Itu sebabnya, Ratu Qing Yun hanya menempatkan Sheng Qian Qian kerabatnya sebagai pendamping Putranya itu. Berharap bisa menggoda dan meluluhkan hati keras anak laki-lakinya agar bisa melupakan Bai Xue Jian.

Namun cinta itu buta dan tidak bisa dipaksakan. Karena sudah tak tahan, Helian Chen sudah secara gamblang menyeret keluar Sheng Qian Qian dari Istana Timur dan mengembalikannya ke kediaman Perdana menteri.

Tidak ada wanita lain yang menggantikan posisi Bai Xue Jian di mata dan hatinya. Helian Chen malah merasa dirinya belum cukup mampu untuk berdampingan dengan Bai Xue Jian. Masih saja berusaha keras agar menjadi pria yang mampu dan dipandang oleh wanita tercintanya itu.

"Kembali ke Istana Timur!" perintah Helian Chen pada kusir kereta kudanya.

Para prajurit yang menjadi pengawal keamanannya mengikuti dari samping dan belakang. Selam di perjalanan hanya diam saja tapi pikirannya telah berada di tempat lain, yaitu membayangkan Bai Xue Jian di dalam pelukannya.

***

Kediaman Chunshi.

"Xue Jian ...!!! Kau sudah kembali!!!"

Kedatangan Bai Xue Jian disambut hangat oleh Helian Qi. Pangeran yang masih memiliki pemikiran anak-anak itu berlari dari depan aula sampai ke tengah halaman tempat Bai Xue Jian berdiri.

Bai Xue Jian yang melihat hal itu menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. Namun di dalam hatinya merasakan kehangatan karena ada orang yang ia sayangi ternyata menunggu kepulangannya.

"Selamat datang."

Helian Qi tersenyum lebar sampai menunjukkan pagar gigi putihnya. Tangannya dilipat ke belakang dan mencondongkan tubuhnya ke dapan menghadap Bai Xue Jian yang lebih pendek dari tinggi badannya.

"Pangeran, apa yang kau lakukan di luar sini? Kenapa kau tidak bermain?" tanya Bai Xue Jian.

"Tentunya aku menunggu kau pulang," jawab Helian Qi masih dengan senyumannya.

Seketika wajah Bai Xue Jian berubah merona karena perkataan suaminya tadi. Helian Qi yang tersenyum itu benar-benar sangat imut sampai membuat Bai Xue Jian jadi merasa sangat gemas melihatnya.

"Baiklah, karena kau sudah menungguku maka akan aku berikan hadiah," sambung Bai Xue Jian.

"Benarkah?!" Helian Qi semakin bersemangat dan menantikan hadiah apa yang akan didapatkannya dari teman barunya itu.

Bai Xue Jian mengeluarkan sebuah kantung yang tersimpan di ikat pinggang belakang tubuhnya. Dia segera memberikannya pada Helian Qi yang sudah bersemangat itu.

Helian Qi membukanya dan terlihat raut wajah bahagianya. Hadiah yang diberikan Bai Xue Jian adalah permen manis beraneka macam rasa dengan warna bungkus yang berbeda-beda.

Tentu saja Helian Qi merasa sangat senang karena dirinya sangat menyukai makanan manis apalagi permen. Dengan segera dia mengeluarkan satu bungkus permen yang berwarna merah.

"Hmm ... Ini rasa delima ..." kata Helian Qi sambil melumat permen manis yang ada di mulutnya.

"Jangan dihabiskan sekaligus, oke? Gigi mu akan sakit jika makan permen terlalu banyak ..."