Setelah mendengar suara Auman Gerry. Ness Disana hanya pasrah, menunggu dia dihajar.
Pada saat itu juga, Ness mengingat ngingat masa lalunya ketika dia dibully pada SD sampai SMP.
'Masa Lalu Ness'
Pada saat itu, Ness pertama kali masuk SD. Ness sering berbicara kepada semua orang atau bisa dibilang, Ness ini dulunya Ekstrovert (Mudah Bersosialisasi). Ness bisa dibilang cukup banyak teman. Bahkan temannya sering membantunya ketika dia susah. Ada beberapa juga, yang ketika ada butuhnya aja. Tetapi semua berbeda ketika orang itu datang. Pada saat itu, Ness menduduki SD kelas 4.
"Woy guys. Katanya nanti ada murid pindahan. Dan juga, dia orang KAYA WOY!" salah satu murid dengan sangat keras dan lumayan berisik. "BENERAN? Wahh enak ni, ada orang kaya. Lumayan lah kita ditraktir" kata preman kelas dengan kaki yang diatas meja.
Cukup ramai yang membahas tentang anak baru itu. Terutama Ness dengan gengnya.
"Ness, harus itu kita masukin ke geng kita" temennya dengan loncat loncat kegirangan, bernama Benu.
"Emang harus ya?" Kata Ness dengan bingung
"Ya pasti harus Ness. Elu kan jago berteman Ness, preman aja jadi temen kamu. Lagipula, kita mungkin kadang bisa ditrakterkan." Salah satu temen dengan logikanya yang lumayan masuk akal, bernama Mokka.
"Okelah, nanti aku coba" kata Ness dengan polosnya.
Pada saat itu, Ness masih dibilang sangat polos dan tidak mengerti apapun. Yang dia pikir pada saat itu temennya, temen baru, dan jajan. Dia tidak tau kalau itulah hari terakhir dia bersenang senang dengan temannya.
*Step* *Step* *Step*
suara langkah kaki mendekat ke ruang kelasnya. Semua murid di kelas segera duduk ketika mendengar suara itu. Bayang bayang guru mulai nampak. Kelas yang tadi itu berisik menjadi tenang. Guru pun terlihat dengan seseorang anak kecil berambut pirang, muka yang lumayan jahat, serta baju yang lumayan tidak rapi dengan mulut cemberut dan tatapan yang mungkin anda benci.
Dia juga sangat tinggi dan bisa dibilang lumayan atletis, tidak seperti anak SD. Bisa dibilang seperti anak SMP yang pernah kita tonton di acara orang barat yang pada umumnya anak SMP di barat sama dengan anak SMA di tempat sekolah kita.
"Se... La... Mat... Pagi.. Bu...." Semua murid bersuara dengan riang
"Selamat pagi murid murid. Mungkin kalian semua sudah tau ada murid pindahan baru. Gerry silahkan perkenalkan dirimu.
"Nama saya Gerry. Saya dulunya tinggal di Sumatera Barat. Semoga kita bisa berteman" Gerry dengan wajah tersenyum. Bagi para murid, senyumannya cukup mengerikan. Dan ada beberapa yang tidak peduli, terutama Ness.
"Ness, tampaknya gak jadi kita lakuin rencananya. Elu tau lah kan, keliatannya dia anak nakal" kata Mokka. "Betul! gak usah deh Ness" kata Benu yang menyetujui pendapat Mokka. "Hm..." Ness berpikir sejenak. Ness sebenarnya tidak peduli dengan penampilannya tetapi dia memikirkan temennya pada saat itu. Dia berpikir *bagaimana caranya membuat temen temennya menyukai Gerry*
Bel istirahat pun berbunyi. Seluruh murid keluar untuk istirahat. Dikelas hanya ada Ness dengan temannya dan si Gerry yang lagi tidur dimeja.
Ness mencoba menjelaskan ke temannya kalau Gerry itu mungkin orang baik. "Kita coba aja dulu. Kan aku pernah mendekati preman kelas, yang terjadi dia malah jadi temen aku. Bagaimana? Siapa tau Gerry termasuk nakal tapi dia bakalan jadi temen kita. Lagipula pada saat ini Gerry sendirian, dan juga mungkin ini bisa dibilang pembullyan. Jadi, aku bisa datang untuk jadi temannya" kata Ness. Temen temennya pun berpikir sejenak. Mereka berpikir *Hm... bener juga kata Ness*
Akhirnya temennya pun menyetujui pendapatnya. Ness dan temennya pun langsung gas ke tempat duduk Gerry. "Eh.. bangun..., Maen yok sama kita kita. Daripada tidur disini, mending kita maen" ajakan Ness dengan ramah. Gerry pun terbangun habis guncangan Ness yang menggoyangkan tubuhnya.
Gerry pun langsung marah. "APAAN SIH BANGSAT!!" Pada saat itu suara Gerry sangat besar, hampir seluruh murid mendengarnya. Ness, Mokka, serta Benu terkejut dengan muka, dan suaranya.
"Heh, rupanya elu. Sini sini" Gerry dengan nada menyuruh temannya Ness kesini.
"Dan lu, cepet keluar. Jangan sampai gw pukul lu, dan menyeret lu untuk keluar". Ness mendengar perkataan itu, langsung keluar. Mokka dengan Benu pun melihat Ness dan menggunakan bahasa isyarat kalau mereka tidak apa apa. Ness disitu benar benar bodoh. Ness pun langsung percaya dan pergi meninggalkan teman kelasnya.
Ness pun pergi, dan murid murid yang penasaran pergi ketika melihat Gerry dengan temennya Ness hanya berbicara satu sama lain. Itu seperti orang berteman pada umumnya.
Setelah beberapa menit berlalu, bel berbunyi menandakan pelajaran akan dimulai lagi. Ness pergi masuk ke kelasnya. Ness akhirnya pun duduk bersama teman temannya. "Eh.. Mokka, Benu. Kamu gak diapa apain kan sama Gerry?" Tanya Ness bingung.
"Berisik lu Ness!. Mending diam aja, guru udah datang tu" Nada yang pelan dari Mokka, tetapi ucapan yang mengerikan sebagai teman. Ness pun mengiyakan saja. Ness hanya berpikir, mungkin temennya tidak bisa ngomong karena ada guru yang datang
Akhirnya nya Bel pulang berbunyi. Mokka dan Benu mengajak Ness ke suatu tempat. Ness pun mengikuti mereka. Tibalah ketempat seperti jalan lorong di gedung-gedung yang ada di TV. Tempat itu seperti tempat berkumpulnya preman preman yang ada di komik. Disitu terlihat Gerry yang merokok, dan beberapa orang berbaju SMP disana.
"sampai juga. Bagus bagus." Gerry mengeluarkan uangnya berjumlah 20 lembar uang seratus ribuan dan itu diberikan ke Mokka dan Benu. Mokka dan Benu cukup senang melihat uang itu. "Akhirnya ibuku bisa melunasi hutangnya" dan "bisa buat beli makan Ibu nanti" kata Mokka dan Benu yang langsung mengambil uangnya.
Ness cukup terkejut dengan perilaku temannya. "Eh... Mok, Ben. Kalian gak pernah bilang kalau...." Ness penasaran. "Maaf Ness kami tidak pernah bilang. Dan ma-maaf juga mem- membawa mu kesini" Mokka dengan suara yang mungkin ketakutannya
"dah dah sudahkan saja dramanya. KESINI LU SEKARANG!" Gerry dengan muka, mata, ucapan yang menandakan musuh.