Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota, karena jika datang dari arah kabupaten kota, lumayan jauh perjalanannya. Bisa menghabiskan waktu 5 jam lebih. Apalagi jika perjalanan itu melawati jalan yang berlubang dan lumpur. Karena kondisi jalan memang belum sepenuhnya terjamah oleh pemerintah kota. Maklum karena jalan pedesaan.
Sebut saja nama desa ini Desa Anyar, kecamatan Muara Lakitan kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Jika dilihat secara budaya, desa kami sangat minim budaya, karena penduduk setempat hanya mengandalkan pertanian sebagai mata pencarian pokok.
Sadap karet, berburu kayu (ilegal) dan sedikit menghasilkan ikan.
Di Desa itulah saya dilahirkan, dengan penuh cinta orang tua. Walaupun saya terlahir dari keluarga yang sangat sederha, namun kehidupan kami sangat bahagia, harmonis.
Saya anak ke 3 dari 6 bersaudara. Umur 3 bulan saya udah sakit-sakitan, maklum kurang perhatian karena kemampuan finansial belum mencover semuanya. Namun berkat rahmat Allah, saya bisa hidup sampai sekarang ini.
Singkat cerita, Bapak saya terkena kasus SDSB yang dulu sangat populer kalangan rakyat pecinta judi. Walhasil menuntut kami harus kabur dari desa. Bapakku jadi buronan para cukong, karena uang mereka dibawa kabur semua oleh bapak saya.
Bapak saya terkenal dengan Bandar SDSB.