Ibu Suri Agung Park tak bisa menahan senyuman lebar di wajah tuanya. Wanita tua itu begitu senang mendengar kabar yang baru saja disampaikan seorang dayang kediamannya. Sebuah kabar yang menyatakan bahwa langkah pertama dari rencananya telah berhasil.
Tangan tuanya meraih cawan berisi teh omija yang dihidangkan Dayang Jung. Wanita tua itu menyesap perlahan teh. Menikmati aliran hangat yang kini mengisi tenggorokkannya. Rasa senang Ibu Suri Agung Park tak bisa terlukiskan. Wanita tua di istana belakang itu begitu bahagia. Kini, Ibu Suri Agung Park hanya perlu mengawasi dan memastikan bahwa perempuan pilihannya mengandung lebih dulu seorang pewaris takhta.
~TQS~
Ratu Heo menatap dingin perempuan yang mengenakan wonsam lengkap dengan tteoguji, tengah melangkah perlahan mendekati dirinya. Ratu Heo duduk di singgasananya sambil memperhatikan dengan seksama perempuan yang mendekati dirinya. Perlu Ratu Heo akui, jika perempuan yang sebentar lagi akan masuk dalam keluarga kerajaan itu adalah perempuan yang cantik.
Gerakan tubuhnya begitu anggun dan gemulai. Senyuman yang terpasang di wajahnya terlihat sopan. Ekspresi di wajahnya mampu menyembunyikan riak bahagianya. Tanpa perlu disebutkan, Ratu Heo tahu dengan baik jika hati perempuan itu tengah meledak karena bahagia yang membuncah.
Ratu Heo bangkit dari duduknya menyadari perempuan tersebut telah sampai di tempat yang sudah disediakan. Mata hitamnya menyapu perempuan bernama Hong Kyu Bok itu dengan tajam. Puas meneliti Kyu Bok dari ujung rambut hingga ujung kaki, Ratu Heo menolehkan wajahnya sedikit malas pada seorang dayang istana senior yang sudah siap di sisi kanannya.
"Segera mulai prosesinya," perintah Ratu Heo.
Dayang istana senior yang mendapat perintah itu mengangguk. Dengan segera, dayang wanita itu melangkah maju dan membuka gulungan dekrit yang sejak tadi di pegangnya. Sementara itu Hong Kyu Bok, di bantu dua orang dayang yang sejak tadi membantunya, kini dibantu berlutut tepat di hadapan Ratu Heo.
"Hari ini, hari ke delapan bulan ke tujuh pada tahun ini. Jungjeon Mama dari Klan Heo, memberikan perintah pada Nona Kyu Bok dari Klan Hong, untuk masuk ke dalam istana sebagai Suk Ui—selir peringkat dua junior. Dengan melalui dekrit ini, Nona Kyu Bok dari klan Hong, akan menerima perintah dan menjalankan tugasnya sebagai bagian dari keluarga kerajaan."
Selesai membacakan dekrit tersebut, dayang tersebut menggulungnya kembali dan menyerahkannya pada Ratu Heo.
Ratu Heo menerima dekrit tersebut dan mengulurkannya pada Kyu Bok. Tidak ada senyuman yang terukir di wajah Ratu Heo saat memberikan dekrit yang diterima Kyu Bok dengan kedua tangannya. Mata hitam Ratu Heo kembali memberikan tatapan tajamnya pada Kyu Bok. Ratu Heo kembali menilai Hong Kyu Bok melalui sikap yang ia tunjukkan di depannya.
"Hong Suk Ui, hari ini kau resmi menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Sebagai anggota baru keluarga kerajaan kau harus mengikuti segala aturan yang berlaku di keputren istana. Aku mengharapkan dukungan besar darimu sebagai salah satu bagian dari keputren istana," pesan Ratu Heo.
Kepala Kyu Bok yang mengenakan hiasan rambut tteoguji mengangguk kaku. Kyu Bok berusaha terlihat patuh di depan Sang Ratu muda, sekalipun di dalam hatinya, Kyu Bok menggeram marah. Geram karena ia harus menundukkan tubuh dan kepalanya pada seorang wanita yang usianya jauh lebih muda darinya. Meskipun begitu, Kyu Bok berhasil memanipulasi ekspresi yang tergambar di wajah cantiknya. Ekspresi penuh rasa hormat dan patuh pada wanita yang bergelar Ratu di depannya.
"Saya akan mengingat pesan Anda sebaik mungkin, Jungjeon Mama."
Tepat setelah mengucapkan balasannya, Hong Kyu Bok kembali memberikan penghormatan pada Ratu Heo. Kyu Bok berusaha meredam rasa marah dan terhina yang mendidih di hatinya. Ini hanya langkah awal untuk mencapai keinginannya, Kyu Bok menenangkan dirinya. Setidaknya kini ia sudah selangkah lebih dekat dengan keinginannya.
"Selamat untuk Anda, Suk Ui Mama."
Begitu prosesi pengangkatan Kyu Bok sebagai selir dinyatakan selesai, ucapan selamat kini memenuhi halaman istana tengah, dimana prosesi tersebut dilaksanakan. Hong Kyu Bok menerima ucapan selamat dari para dayang dan beberapa menteri serta keluarga yang menghadiri proses pengangkatannya sebagai seorang selir.
Meski prosesi dinyatakan selesai, Kyu Bok belum bisa beristirahat, seperti Ratu Heo yang kini sudah meninggalkan tempat acara. Hong Kyu Bok harus membayar salam pertamanya pada keluarga kerajaan. Hong Kyu Bok harus memperkenalkan dirinya sebagai Hong Suk Ui di istana.
~TQS~
Ibu Suri Agung Park tak bisa menahan senyuman lebar di wajahnya saat Hong Kyu Bok datang memberikan salam perkenalan padanya. Wanita tua itu mengangguk – anggukkan kepalanya. ekspresi senang di wajah Ibu Suri Agung Park berbanding terbalik dengan ekspresi Ibu Suri Min. Ibu Suri Min memasang ekspresi masam di wajahnya. Bibirnya tertutup rapat dengan kaku. Mata Ibu Suri Min menatap dingin pada anggota baru keluarga kerajaan tersebut.
"Aigoo, surga membawa bunga cantik masuk ke dalam keluarga kerajaan. Bagaimana menurutmu, Daebi? Tidakkah Hong Suk Ui begitu cantik mengenakan wonsam tersebut?"
Ibu Suri Agung Park melemparkan tatapannya pada Ibu Suri Min. senyum penuh kepuasaan terpatri di wajah Ibu Suri Agung Park saat melihat Ibu Suri Min memasang ekspresi tak suka pada Kyu Bok. Ibu Suri Agung Park semakin tak sabar untuk memenangkan pertarungan kekuasaan dengan Ibu Suri Min.
"Hong Suk Ui memanglah perempuan yang cantik, Mama. siapapun pasti akan memuji kecantikkannya. Tapi, jika bukan karena Jungjeon yang begitu murah hati menunjukkan sebagai seorang selir, saya yakin Hong Suk Ui pasti tidak akan memiliki kesempatan mengenakan wonsam indah seperti sekarang, Daewang Daebi Mama," balas Ibu Suri Min dengan suara yang begitu tenang dan dingin.
Ibu Suri Min mengalihkan perhatiannya dengan meraih cawan teh miliknya. Sekilas, sudut mata Ibu Suri Min melihat kedutan dan ekspresi kesal di wajah Ibu Suri Agung Park atas balasannya. Ibu Suri Min menyesap tehnya perlahan untuk menyembunyikan seringai puasnya karena berhasil membuat Ibu Suri Agung Park merasa kesal dengan jawabannya. Setidaknya melihat ekspresi kesal di wajah Ibu Suri Agung Park mampu meredakan sedikit kemarahan yang membara di dada Ibu Suri Min.
"Ah tentu saja, Jungjeon selalu melakukan yang terbaik. Meskipun ia selalu melakukan pekerjaan dengan baik. tampaknya ia masih memiliki kekurangan sebagai ratu. Bagaimana mungkin ia bisa membuat wanita tua sepertiku menunggu terlalu lama hanya untuk mendapatkan seorang pewaris takhta, Daebi."
Ibu Suri Min meletakkan cawan tehnya sedikit kasar. Wanita istana itu mendelik kesal pada Ibu Suri Agung Park yang kini tersenyum pada Kyu Bok. Menyadari suasana ruangan yang semakin tak nyaman, Ibu Suri Min memutuskan untuk meninggalkan kediaman Ibu Suri Agung Park.
"Daewang Daebi Mama, jika Anda tak keberatan, saya akan pamit. Saya ingin beristirahat karena merasa tak enak badan."
"Silakan. Aku tak akan menahanmu lebih lama di sini, Daebi. Beristirahatlah, kau pasti merasa tak enak badan atas perubahan yang terjadi hari ini," ujar Ibu Suri Agung Park kembali memamerkan senyum paling manis yang ia miliki.
Ibu Suri Min bangkit dari duduknya. Kepalanya mengangguk pelan sebelum akhirnya meninggalkan ruangan Ibu Suri Agung Park. Wanita istana itu tak tahan mendengarkan puja puji yang diberikan wanita tua itu pada Kyu Bok. Darahnya seolah mendidih saat mendengar Ibu Suri Agung Park kembali menyinggung kekurangan Ratu Heo yang belum memberikan pewaris takhta.
Selepas kepergian Ibu Suri Min, Ibu Suri Agung Park kini bisa leluasa untuk mengekspresikan rasa bahagianya. Wanita tua itu bahkan tertawa keras untuk memperlihatkan rasa senangnya karena berhasil membuat Ibu Suri Min merasa tak nyaman.
"Daewang Daebi Mama, tampaknya Anda begitu senang hari ini. Apa betul tebakan saya ini, Mama?" Kyu Bok akhirnya bersuara setelah terus diam mendengarkan perang dingin antara Ibu Suri Agung Park dan Ibu Suri Min. senyuman tersungging di wajah cantik Kyu Bok.
"Semua ini berkat kau, Kyu Bok-a. Aku sangat senang hari ini karena berhasil membuat wanita menyebalkan itu memasang wajah masam. Tidakkah kau dengar sepertinya ia begitu kesal dengan ucapanku?" Ibu Suri Agung Park kembali tertawa.
Kyu Bok ikut tersenyum mendengar ucapan Ibu Suri Agung Park padanya. Meskipun sejak tadi Kyu Bok hanya diam, tapi lewat sudut matanya Kyu Bok paham Ibu Suri Min sepertinya sangat tak menyukai dirinya.
"Mama, jika saya tak salah menilai, sepertinya Daebi Mama begitu tak suka pada saya? Bagaimana rencana kita bisa berjalan jika Daebi Mama sepertinya terus melindungi Jungjeon Mama?"
Ibu Suri Agung Park kini meraih cawan tehnya. Menyesapnya perlahan sebelum kembali memfokuskan perhatiannya pada Kyu Bok. Lewat mata tuanya, Ibu Suri Agung Park bisa melihat sedikit kegelisahan pada Kyu Bok. Sebuah seringai kini terpasang di bibir Ibu Suri Agug Park.
"Kau tak perlu memikirkan apakah wanita menyebalkan itu menyukaimu atau tidak. satu – satunya hal yang perlu kau pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya kau bisa segera hamil dan melahirkan seorang putra pertama. Jika kau berhasil melahirkan seorang putra pertama, maka tujuan kita sudah semakin dekat. aku mendapatkan kekuasaanku kembali dan kau bisa menikmati takhta ratu juga memastikan posisimu sebagai ibu suri di masa depan. Apa kau mengerti?"
Mendengar Ibu Suri Agung Park menyebutkan dirinya akan menjadi Ratu dan Ibu Suri di masa depan, membuat hati Kyu Bok semakin tak sabar. Perempuan itu yakin, langit pasti akan mendukung rencananya. Karena sejatinya, Kyu Bok tahu singgasana yang di duduki wanita muda menyedihkan itu adalah miliknya. Dan segala sesuatu yang telah direbut pasti akan dikembalikan sebagaimana mestinya. Di dalam hati, Kyu Bok bersumpah akan melahirkan seorang putra pertama.
"Anda tak perlu khawatir, Daewang Daebi Mama. Aku sangat yakin langit akan membantu kita," balas Kyu Bok sambil memasang senyum penuh tekad.
~TQS~
"Aku tak mengerti alasan tak masuk akal yang kau gunakan untuk mengangkat perempuan licik itu menjadi seorang selir, Jungjeon!"
Ibu Suri Min menatap tajam Ratu Heo dan Raja Uiyang yang duduk tepat di depannya. Mata Ibu Suri Min berkilat penuh kemarahan. Setelah pergi meninggalkan kediaman Ibu Suri Agung, Ibu Suri Min segera menuju istana utama untuk menyampaikan ketidaksetujuannya atas pengangkatan Hong Kyu Bok sebagai selir baru putranya. Kebetulan sekali, Ratu Heo sedang bersama Raja Uiyang.
"Akulah yang meminta Jungjeon mengangkat Kyu Bok menjadi selirku. Lagi pula, Jungjeon sudah menyetujuinya. Kenapa Anda harus bersikap seperti ini?"
Raja Uiyang membalas tatapan ibunya dengan tatapan tak kalah dingin. Siapapun di istana tahu ketidakharmonisan hubungan Raja Uiyang dengan ibunya, Ibu Suri Min. Ibu-anak itu sering sekali terlibat perang dingin. Bahkan, jika bukan karena sebuah contoh bakti anak, Raja Uiyang pasti tak mau mengunjungi istana ibunya, kalau bukan untuk menyampaikan salam pagi dan salam sorenya.
Ibu Suri Min berdecak kesal. Wanita itu kembali memberikan tatapan tajam pada putranya. Ibu Suri Min tak percaya, putranya sendiri yang menginginkan perempuan licik tersebut menjadi salah satu selirnya. Emosi kembali menguasai dada Ibu Suri Min.
"Tidakkah kau tahu jika perempuan yang kau inginkan itu adalah wanita berbisa, Jusang? Apa selama ini kau tak bisa melihat betapa ambisiusnya perempuan itu? Aku bahkan sudah bisa menilainya dengan baik saat ia masih berada dalam gendongan ibunya!"
"Tapi dia adalah wanita yang kucintai, Eomma Mama! Aku bahkan mengizinkan Jungjeon menempati singgasana yang sejak dulu ingin kuberikan pada Kyu Bok!"
Perih.
Ratu Heo merasakan hatinya tergores mendengar balasan yang diberikan Raja Uiyang. Ratu Heo menghela napas panjang dalam diam. Belum ada sepatah kata yang keluar dari bibirnya. Tapi, tanpa ada seorangpun yang tahu, tangannya yang tersembunyi di balik dangui merahnya, kini mengepal kuat.
"Hah!"
Ibu Suri Min terbelalak dan kehilangan kata - kata setelah mendengar balasan putranya. Ibu Suri Min tak percaya jika putranya telah jatuh dalam perangkap mematikan bernama cinta. Ibu Suri Min memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan Raja Uiyang yang menyiratkan kebencian padanya.
Kedua tangan Ibu Suri Min yang berada di atas meja, mengepal kuat. Ibu Suri Min tak ingin kekuasaan yang sudah ia peroleh di dalam pemerintahan dan istana hilang dalam sekejap mata. Wanita istana itu tak akan membiarkan Ibu Suri Agung Park dan pendukungnya mengambil alih kekuasaan yang ia miliki.
Dengan cepat, Ibu Suri Min kini meraih secarik kertas yang di simpan di balik dangui yang ia kenakan. Tangannya kini menyodorkan kertas tersebut ke arah Raja Uiyang dan Ratu Heo. mata Ibu Suri Min kini berkilat penuh ancaman.
"Aku tak peduli seberapa besar kau mencintai perempuan licik itu, Jusang. Satu hal yang perlu kau ketahui, aku hanya akan mengakui pewaris takhta yang berasal dari Jungjeon-ku. Kau sudah tahu maksud ucapanku ini."
Segera setelah memberikan kertas dan mengatakan pesannya, Ibu Suri Min bangkit dari duduknya. Wanita itu merasa muak dengan kejadian yang terjadi hari ini. tanpa repot mengetahui Raja Uiyang dan Ratu Heo memberikan salam hormat padanya, Ibu Suri Min segera pergi meninggalkan ruangan pribadi putranya. Ibu Suri Min membutuhkan ketenangan.
Raja Uiyang mengambil kertas yang diberikan ibunya dari atas meja. Matanya dengan cepat menelusuri coretan tinta hitam pada kertas tersebut. Raja Uiyang menatap nyalang kertas tersebut saat menyadari bahwa itu adalah kertas berisi tanggal penyempurnaannya dengan Ratu Heo.
"Apa kertas tersebut berisi malam penyempurnaan untuk kita, Jeonha?"
Pertanyaan dari Sang Ratu membuat Raja Uiyang tersentak dari pikirannya. Raja Uiyang menoleh dan menemukan Ratu Heo tengah menatapnya. Dahi Raja Uiyang mengernyit karena ia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan sikap dan ekspresi istrinya.
"Ah ne. Kertas ini berisi tanggal malam penyempurnaan kita," ujar Raja Uiyang sambil kembali meletakkan kertas tersebut di atas meja.
Ratu Heo hanya mengangguk dan kini meraih cawan teh miliknya. Ratu Heo tak memberikan tanggapannya mengenai kertas tersebut. wanita istana itu terlihat tak peduli. hal itu jelas membuat Raja Uiyang semakin aneh dengan istrinya. Biasanya, Ratu Heo pasti akan mengatakan pendapatnya mengenai perdebatannya dengan Ibu Suri Min beberapa saat yang lalu. tapi, sekarang, Ratu Heo kembali diam dan memilih menikmati teh serta kue yang disajikan.
"Jungjeon, sebelumnya aku berterima kasih karena kau begitu bermurah hati mengabulkan keinginanku mengangkat Kyu Bok sebagai salah satu selirku. Meskipun aku paham, kau pun pasti di tekan oleh Eomma Mama. Bukan begitu?"
Ratu Heo meletakan cawan tehnya dan memfokuskan perhatiannya pada suaminya. sebuah senyuman tipis akhirnya muncul di wajah cantik Sang Ratu.
"Semua ini demi kebaikan dan kebahagiaan Anda, Jeonha. Bukankah seorang Ratu sepertiku harus memastikan bahwa Anda merasa nyaman? Sudah sepantasnya aku mengabulkan permohonan Anda."
Raja Uiyang tak bisa menahan senyuman di wajahnya. Kepala pria berjubah merah itu mengangguk penuh semangat. Rasanya tak salah ia telah mengajukan penawaran bahwa wanita cantik di depannya akan tetap menduduki takhta Ratu sementara ia bisa tetap menyimpan Kyu Bok dalam hatinya.
"Aku ucapkan terima kasih padamu, Jungjeon. Ketulusan hatimu sungguh sedalam samudera. Aku sangat beruntung memilikimu sebagai ratuku."
Ratu Heo menundukkan sedikit kepalanya mendengar Raja Uiyang memuji dirinya. "Anda terlalu berlebih, Jeonha. tapi, seperti yang Anda katakan padaku, bahwa setiap keinginan di dalam istana ada harga yang harus dibayar. Bukan begitu, Jeonha?"
Senyum di wajah Raja Uiyang sedikit memudar mendengar balasan Ratu Heo. Mata Sang Raja kini menatap tajam istrinya. " Jadi, apa itu artinya kau menginginkan sesuatu atas kejadian hari ini ?"
"Ne, Jeonha. Aku ingin Anda tetap memegang janji dengan menjadikanku sebagai ibu raja selanjutnya, memastikan posisiku sebagai seorang ibu negara ini. selain itu, aku juga ingin agar Anda tak lagi bersitegang dengan ayahku. Bisakah Anda memenuhi keinginanku ini, Jeonha?" Ratu Heo menyunggingkan senyuman termanis yang ia miliki pada Raja Uiyang.
~TQS~
Aku merasa sakit sekaligus bingung setelah mengetahui suamiku sendiri menginginkan Hong Kyu Bok memasuki istana sebagai salah satu selirnya. Sementara di sisi lain, jika aku mengabulkan keinginan tersebut, maka posisiku bisa terancam. Ya, seperti yang sudah Ibu Suri Hyoyeon dari Klan Min katakan, gadis bernama Kyu Bok itu sangat berbahaya. Aku sadar betul betapa berbahayanya gadis itu. Terlebih, setelah aku tahu jika dulu Ibu Suri Agung Yeongmi dari klan Park selalu menjanjikannya singgasana yang kududuki sekarang.
Seakan seluruh semesta ingin menghukumku, aku mendapat kabar jika beberapa minggu ini, ayahku dan Raja Uiyang selalu bersitegang dalam pertemuan Dewan Istana. Bahkan berdasarkan informasi yang kudapat dari beberapa dayang istana, ada rumor bahwa Raja Uiyang ingin menyingkirkan ayahku dari pemerintahan. Hal itu tentu akan membawa dampak buruk tidak hanya untukku, terlebih pada seluruh keluarga dan klanku.
Aku sadar, aku tak bisa lagi bersikap naif. Bersikap terus menunggu tanpa melakukan apapun. Aku harus mulai belajar menggunakan kekuasaanku sebagai seorang ratu. Aku harus belajar memainkan baduk kekuasaan yang kumiliki saat ini. itu sebabnya, aku memutuskan mengangkat Hong Kyu Bok sebagai selir baru suamiku. Asalkan dengan syarat ini aku tetap bisa melindungi seluruh klanku.
Bukankah Raja Uiyang pernah menjamin perlindungan untukku di atas singgasana Ratu dan juga di masa depan? Maka, kuputuskan mencoba memajukan baduk kekuasaanku selangkah. Meskipun aku sadar, mengangkat Hong Kyu Bok sebagai seorang selir baru, akan mengundang bahaya dari istana belakang.
~TQS~