Chereads / Ashlea's Rose / Chapter 6 - 6 - Bekerja atau Mati

Chapter 6 - 6 - Bekerja atau Mati

Seperti dugaan, jam normal pulang bekerja sudah lewat satu setengah jam. Tapi sayangnya Devano dan salah satu karyawan yang dibawa belum muncul di kantor sejak pagi. Ada juga wacana di grup yang berkata bahwa ada masalah besar menunggu mereka jadi itu juga menjadi alasan mengapa mereka tetap di sini hingga petang.

Ashlea tidak peduli, ia hanya fokus pada pekerjaannya, meninjau rencana suatu iklan yang kata Devano gagal timnya dapatkan karena kehadirannya yang dituduh membawa sial. Sekarang ia hendak membuktikan bahwa dirinya bukanlah pembawa sial itu.

"Ohh sial!! Mereka kembali!" Salah satu karyawan menkonfirmasi kedatangan ketua tim mereka yakni Devano dan salah satu karyawan dengan wajah kusut di belakang Devano.

Mereka yakin masalah besar sedang terjadi sekarang.

Semua orang diam saat Devano berkacak pinggang setelah melemparkan laporan tebal dari tangannya ke salah satu meja karyawan. Tak ada yang berani menatap, semua orang bisu, semua orang menatap ke lantai. Bahkan rasa lelah mereka hilang setelah melihat kemarahan Devano.

Ada alasan mengapa tim penyusun selalu menghasilkan iklan terbaik. Sebab Devano. Laki-laki itu tidak bekerja sembarangan, kurangnya satu titik saja dalam laporan yang mereka buat, akan berakibat fatal untuk mereka di hadapan Devano. Lelaki itu benar-benar menginginkan sebuah kesempurnaan dalam pekerjaan.

"Siapa yang bertanggung jawab atas iklan baterai?!" Sebuah teriakan itu langsung menggema, semkin membuat hening ruangan yang telah hening itu. "Kenapa tidak memeriksa material yang terkandung di dalam alat peraga!!"

Masih tak ada yang menyahut.

"Kalian tahu? Karena kalian tidak mengecek bahan kimia yang ada di dalamnya, hampir saja kalian membunuh orang! Seseorang hampir mati karena kalian! Dan kalian akan menjadi pembunuh! Kalian tahu?!"

Pekikan itu benar-benar dahsyat. Mereka semu takut tapi belum ad yang mengaku sama sekali saking takutnya mereka pada Devano.

Devano masih menunggu, menunggu dan memberi kesempatan kepada siapa saja yang bertanggung jawab untuk mengatur alat yang digunakan untuk iklan.

Akhirnya dengan takut berani, seorang gadis yang masih sangat muda mengangkat tangan dengan ragu, dengan rasa takut sampai tangannya bergetar hebat. Keringat dari dahinya yang tiba-tiba membanjir pun tak bisa membohongi bahwa gadis muda itu sangat takut.

"Seorang pemagang?" tanya Devano tak percaya saat seorang pemagang angkat tangan dengan tugas yang lumayan butuh perhatian lebih ini. "Tugas penting diberikan kepada seorang pemagang?" Tawa Devano menggelak, bukan lucu malah semakin mengerikan, mencekam suasana yang sudah seram sejak kedatangan Devano.

"Kalian lucu sekali karena memberikan tugas ini kepada seorang pemagang," ucap Devano dengan nada santai. "Apa kalian anggap pekerjaan ini sebagai lelucon?!" Tiba-tiba suara Devano menjadi tinggi lagi, membuat semua orang terkejut bersamaan. Seperti menaiki roler coster tanpa mengisi perut sebelum naik.

"Ahh berisik sekali," geming Ashlea sembari mengurek telingnya pelan.

Setelah perkataan Ashlea yang i pikir tak akan didengar oleh siapapun itu, ternyata ruangan ini terlalu menggema, bahkan merespon suara Ashlea yang sudah sangat kecil baginya. Atau suasana di sini terlalu hening sehingga suaranya gampang terdengar.

"Apa katamu barusan?" Devano berjalan mendekati Ashlea, otomatis beberapa karyawan tim memberi jalan akses Devano menuju kepada Ashlea. Ashlea sadar bahwa dirinya dalam masalah, tapi tak sedikit pun ada rasa gentar di hatinya atau pun di wajahnya. Memang benar Devano sangat berisik, dan itu mengganggunya. Padahal meskipun dia berisik masalah tak akan selesai.

"Aku bilang kau sangat berisik!" sahut Ashlea saat Devano berdiri tepat di depannya.

"Kau pikir aku sedang bercanda saat ini?" Nada Devano terdengar menyeramkan bagi semu orang tapi tidak dengan Ashlea.

"Tentu saja tidak."

"Lantas kau bilang aku berisik?"

"Apa aku salah? Berisikmu di sini tak akan menyelesaikan masalah, Pak! Kau hanya akan menambah beban semua orang, kau pikir menyenangkan bekerja dibawah tekanan ketu tim sepertimu? Kau tidak tahu bukn sejak tadi mereka semua membicarkanmu di belakang. Kau sama sekali tidak disukai di sini, sebab apa? Sebab egoismu! Menekan semua orang untuk menjadi sempurna! Kau lebih pantas menjadi ketua preman yang memerintah anak buah untuk memalak daripada ketua tim yang seharusnya mengarahkan anggota! Pekerjaanmu hanya menuntut dan menyalahkan orang."

Devano terbahak tertawa seperti setan, menganggap lucu kata-kata dari Ashlea tentang dirinya.

"Lihat dia! Wah sepertinya aku harus mengundurkan diri dari jabatanku dan memberinya jabatanku. Bagaimana?"

Ashlea bergeming masih menatap mata Devano dengan tajam, tak takut sama sekali.

Wah dia pasti gila.

"Kau merasa sangat hebat, bukan?"

"Tidak lebih buruk buruk darimu!" jawab Ashlea.

"Lalu selesaikan masalah ini."

Devano pergi setelah memberikan sebuah surat gugatan dari artis iklan serta pemilik produk kepada Ashlea.

"Ya begitulah dirimu! Melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain seenaknya! Menyalahkan kegalalanmu kepada orang lain dan menyuruh orang lain untuk memperbaiki kegagalanmu, Devano!"

Kaki Devano terhenti. Ia menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya. Tak ada yan berani bergerak meski seinci, bernafas saja mereka usahakan agar tidak terdengar terlalu keras. Setakut itu mereka sekarang.

Devano memang keras, topi Devano adalah orang yang pantang memukul perempuan. Sebenci apapun dia kepada seorang wanita, atau sebesar apapun masalah yang dibuat oleh seorang wanita, ia pantang untuk memukul atau bertindak kasar.

Setelah meredam amarahnya sendiri, dengan kepalan tangan yang membuat tangannya sakit, Devano memilih berlalu, masuk ke dalam ruangannya dan menyekam dirinya sendiri.

Setelah kepergian Devano, para karyawan yang ada di sana baru bisa bernafas dengan cukup lega, baru ada suara nafas setelah sejak tadi hanya suara Devano yang menggelegar.

Tak sedikit pula dari mereka yang menatap heran kepada Ashlea yang langsung bersikap biasa saja setelah membuat  kemarahan Devano semakin meningkat.

Sebenarnya apakah Ashlea itu benar orang biasa? Sampai berani melawan Devano sedemikian rupa.

Tindakan Ashlea tak mereka anggap salah, tapi tindakan Ashlea juga membuat mereka sedikit khawatir jika nanti bukannya memperkecil masalah tapi malah memperumit keadaan.

Siapa yang tidak tahu jika Devano telah marah, tak sedikit hal gila yang terjadi kepada mereka.

"Dia cukup gila," ungkap salah satu orang yang kagum akan keberanian Ashlea.

Ashlea tidak peduli itu, menurutnya yang dilakukannya tidaklah salah maka tidak ada yang perlu ia pikirkan, masalah konsekuensi yang ia dapat, tak akan membuatnya takut, sebab untuk mati saja dirinya sudah siap.

"Permisi, Kak."

Ashlea menghentikan pergerakan tangannya dari laptop yang masih menyala.

"Sebelumnya, aku mau mengucapkan terima kasih," kata gadis itu. "Aku pasti akan membalas kebaikan kakak."

Terima kasih? Ashlea tidak berpikir kata-kata itu sangat penting untuk diucapkan, terima kasih bahkan tak mengubah situasi, tak menyelesaikan masalah, tak menjamin memberi kebahagiaan. Baginya ucapan itu hanya kegiatan yang membuang-buang waktu.

"Pergi." Kata itu yang diucapkan Ashlea sebagai balasan dari ucapan terima kasih gadis itu.