"Sayang, kamu.... Oh udah ada yang nemenin ya, yaudah." Alvin tersenyum kecut dan pergi meninggalkan UKS.
"Vin, ini gak seperti---"
Terlambat. Alvin sudah pergi meninggalkan UKS. Nara ganti menatap Rayhan kesal.
"Kok lo diem aja sih, Ray? Bantuin gue jelasin ke Alvin!" Ucap Nara kesal.
"Ogah. Jelasin aja sendiri. Orang ga ngapa-ngapain juga." Ucap Rayhan santai sambil kembali duduk di kursi yang ada di samping ranjang.
Nara menatap Rayhan kesal. Kenapa lelaki itu begitu menyebalkan?!
"Udah buruan Lo makan, gue udah beliin bubur tuh." Perintah Rayhan.
"Males, gue mau nyari Alvin aja." Kata Nara.
"Makan dulu, soal bucin nanti aja. Lagian masa marah sih, orang kita juga ga ngapa-ngapain, gue cuma nemenin Lo doang. Lebay banget." Kata Rayhan acuh.
Nara melirik sinis pada Rayhan, lalu dia memakan bubur dari cowok itu hingga habis.
Setelah selesai mereka keluar dari UKS.
Nara langsung mencari Rayhan, dan ternyata cowok itu berada di kantin, karena memang kelas 12 sudah bebas, tinggal menunggu waktu wisuda mereka. Jadi, sebenarnya meskipun tidak masuk sekolah tidak masalah, namun karena Alvin ingin bertemu dengan Nara, akhirnya dia pun masuk saja.
"Alvin." Panggil Nara.
Alvin yang sedang duduk sendirian menoleh ke arah Nara. "Ngapain kesini? Udah kamu istirahat aja."
Nara duduk disamping cowok itu, lalu ia merangkul lengan Alvin.
"Kamu jangan marah, aku sama Rayhan ga ngapa-ngapain, tadi dia cuma bantuin aku ke UKS, soalnya aku pusing banget, ga sempat sarapan akhirnya semua gelap, aku pingsan." Jelas Nara.
Alvin menatap Nara dari samping, dia tau jika kekasihnya tidak mungkin macam-macam dibelakangnya. Tapi dia takut jika nantinya Rayhan akan mengambil Nara darinya, Alvin begitu mencintai Nara.
"Aku ga marah sayang, kan aku bilang tadi, syukur udah ada yang nemenin kamu. Iya emang aku sedikit cemburu, tapi ga papa, lagian kan dia juga cuma temen kamu." Kata Alvin tersenyum tipis.
Nara menatap dalam mata Alvin. Dia bisa melihat jika laki-laki didepannya selalu memprioritaskan dirinya, selalu terlihat jika selalu menyayangi dirinya.
Alvin tulus pada Nara. Mata Nara berkaca-kaca. Dia terharu ternyata masih ada laki-laki tulus.
"Kenapa nangis sayang?" Tanya Alvin panik. Dia segera mengusap air mata Nara.
"Hei, aku ga marah. Kamu jangan nangis dong."
Nara memeluk Alvin. "Jangan tinggalin aku, aku mau sama kamu terus." Katanya sambil terisak. Nara sayang pada Alvin.
Alvin tersenyum tipis. "Iya sayang, aku sama kamu terus ya. Udah ah, ga boleh nangis."
Alvin melepaskan pelukannya. Dia tersenyum sambil mengusap air mata Nara.
"Kok cengeng sih? Kenapa, hm? Ga biasanya kamu kaya gini? Aku ga bakalan kemana-mana sayang." Kata Alvin lagi.
"Ga tau, aku ngerasa kalo kamu bakalan ninggalin aku. Aku mau sama kamu terus." Nara mengulang perkataannya tadi.
Alvin mengangguk.
"Minggu depan aku wisuda loh, kamu dateng kan?" Tanya Alvin.
"Kok cepet sih?"
"Iya sayang, guru-guru ngajakin Minggu depan aja. Aku juga ga nyangka sih kalo udah deket."
"Nanti kita udah ga satu sekolah lagi ya. Kamu di kampus jangan deket-deket sama cewe ya. Inget ada aku." Pesan Nara.
"Iya, punya kamu aja aku udah cukup."
Nara tersenyum dan menyandarkan tubuhnya pada tubuh Alvin.
---
"Nanti sore temenin gue pergi."
"Ga mau. Gue ga bisa."
"Lo harus mau. Emang Lo mau pacar Lo itu gue hajar? Gue celakain dia, biar ga bisa ketemu Lo lagi."
Nara menatap tajam mata Rayhan. "Mau Lo apa sih? Kalo emang ada masalah sama gue, selesaiin sendiri. Ga usah bawa-bawa Alvin." Katanya.
"Makanya ntar temenin gue." Ajak Rayhan lagi.
"Gue ga bisa. Gue ada janji sama temen-temen gue." Jawab Nara.
Rayhan diam dan menatap lurus pada Nara. "Oke."
Dengan santainya, dia pergi meninggalkan Nara.
"Ray, Lo jangan aneh-aneh ya!" Peringat Nara. Dia jadi takut, karena Rayhan dengan mudahnya mengiyakan.
"Aneh-aneh apaan? Katanya Lo mau pergi sama temen-temen Lo, yaudah pergi aja." Kata Rayhan, lalu dia meninggalkan Nara.
Nara menatap punggung Rayhan yang semakin menjauh, kadang dia heran, apa mau Rayhan sebenarnya. Dulu dia hanya memberikan harapan pada Nara tanpa memberi kepastian, sekarang disaat dia sudah bersama orang lain. Dia justru bertingkah seperti ini.
"Ra,"
Sena berdiri disamping Nara. "Lo kenapa sih? Ngelamun aja."
Nara menggeleng pelan.
---
Tak terasa hari ini, tepat dimana kelas 12 merayakan kelulusan mereka.
Nara menemui Alvin sambil membawakan buket bunga. "Selamat ya. Kamu udah semakin dewasa, semangat dan sukses terus." Katanya.
Alvin menarik Nara untuk mendekat pada dirinya. Lalu dia mencium kening Nara cukup lama.
"Makasih ya sayang. Nanti kamu harus temenin aku sampe aku bisa sukses ya."
Nara mengangguk. Meskipun nantinya mereka masih bisa bertemu lagi, entah mengapa rasanya berbeda, seperti akan berjauhan dengan Alvin.
Dia selalu berpikir, mungkin nanti Alvin akan sibuk dengan dunia kuliahnya, dan bisa saja nanti mereka akan jarang bertemu. Selalu dimanjakan oleh Alvin membuat Nara terbiasa dengan kehadiran cowok itu.
Alvin mengajak Nara untuk duduk bersamanya.
"Hai Ra." Sapa Vian, teman Alvin.
"Hai kak. Selamat ya, udah lulus nih."
"Iya dong. Tuh kan, Lo sendiri tau kan, meskipun suka bolos, tapi gue masih bisa lulus. Jangan memandang dari luarnya aja Ra." Katanya.
Alvin tertawa. "Iya dilulusin, soalnya guru-guru udah bosen liat muka Lo. Udah nilai biasa aja, suka bolos lagi."
"Lo jangan kaya gitu sama gue Vin. Gini-gini gue nemenin semua perjalanan hidup Lo." Katanya dengan ekspresi sedih.
"Apaan banget Lo. Emang Lo nemenin gue apa? Perasaan Lo cuma numpang mulu dirumah gue." Kata Alvin dengan ekspresi mengejek.
"Jadi lo ga ikhlas?"
Alvin hanya tertawa.
"Eh Ra, kemarin kan gue ke mall tuh, nyari jas kan ya, gue kaya liat Lo sama cowok siapa sih?" Tanya Vian.
Alvin sontak menghentikan tawanya. Lalu dia menatap Vian.
"Cowok siapa?"
"Ga tau Vin, awalnya gue kira itu Lo. Tapi pas gue perhatiin lagi bentuk badannya beda sama Lo." Jawab Vian.
Alvin mengalihkan tatapannya pada Nara. "Siapa?"
"Sama saudara aku Vin. Kemarin aku mau bilang kamu lupa, soalnya aku buru-buru. Dia mau nyari kado buat pacarnya." Jelas Nara.
"Kamu ga bohong kan?"
Nara menggeleng. "Enggak sayang."
"Mata-mata aku banyak loh, awas aja kalo kamu ketauan bohong."
"Oh itu saudara Lo? Gue kaya pernah liat dia deh, tapi lupa dimana ya." Vian berusaha mengingat-ingat.
Nara menelan ludahnya. "Dimana kak? Dia bukan orang sini asli sih. Kesini kalo liburan aja."
Vian mengangguk. Lalu dia mengalihkan pandangannya. "Nah itu!"
Alvin mengernyitkan dahinya bingung. "Kenapa?"
"Itu kan Ra, cowok yang jalan sama Lo di mall. Iya gue inget banget." Vian masih menunjuk ke arah Rayhan.
Nara menatap Alvin yang juga sedang menatapnya.
"Kamu sama dia lagi?" Tanya Alvin pelan.
Nara menggeleng. "Enggak, aku beneran sama saudara aku. Mungkin kak Vian salah orang." Jelasnya.
"Iya sih Vin, soalnya gue ga liat mukanya semua gitu. Cuma dari samping agak mirip dia." Kata Vian.
Vian jadi takut, dia seperti merasakan hawa kurang enak, apalagi Alvin yang berbicara dengan nada datar.
"Aku ga suka ya kalo kamu sampe bohong. Cukup sekali aja kamu bohongin aku ya Ra." Kata Alvin.
"Iya Vin aku ga bohong. Kamu harus percaya sama aku." Kata Nara.
Alvin mengangguk. Lalu dia merangkul kekasihnya.
Mata Nara tak sengaja bertemu dengan mata milik Rayhan, dia bisa melihat cowok itu sedang menatapnya tajam. Nara segera mengalihkan tatapannya.
"Apaan sih dia?!" Batin Nara.