"I warned you not to bring old people into fights. That's so gross! Understand?" desis Amanda menarik kerah depan Tania.
Semua murid di kantin menjadi kaget. Situasi itu sama seperti seminggu yang lalu ketika Tania juga ditantang oleh Nia (Amanda). Mereka mulai curiga jika yang datang saat itu bukanlah Nia, melainkan Amanda Zoetmulder.
"Apa maksudmu. Kau di Indonesia, jangan sombong menggunakan bahasa Inggris! Kalau berani pakailah bahasa Indonesia dengan benar, dong!" sahut Aida ikut campur.
"These two girls shh … really pisses me off!" kesal Amanda.
"Jangan sok Inggris! Lepasin aku!" teriak Tania.
Amanda melepas dengan dorongan, membuat Tania terjatuh dan roknya kotor. Amanda juga mengingatkan Tania dan juga Aida untuk tidak menyangkut pautkan orang tua dipertengahan mereka. Tak ada satu anak pun di dunia ini jika orang tuanya dihina di saat mereka bermasalah, karena orang tua juga tidak ikut andil dalam permasalahan itu.
"Kau boleh menindas Nia. Tapi jika kau menindasnya membawa nama orang tuaku, kau bukan hanya bisa lagi duduk manis di sini. Akan aku pastikan, kamu akan mendapat kejutan yang lebih indah lagi dari ini. Ingat itu!" hardik Amanda.
Ia melanjutkan makannya kembali, meminta Nia dan Endin untuk duduk dan melanjutkan makanannya juga. Malu karena terjatuh di lantai yang kotor, Tania yang dibantu Aida berdiri langsung lari ke kamar mandi.
Mereka sangat kesal dan akan membalaskan dendamnya kepada Nia. Sekitar 15 menit, Tiana belum juga bisa membersihkan roknya dengan benar. Rok itu kotor dengan noda saus dan teh kotak yang Amanda siramkan kepadanya.
"Badjingan!" umpat Tania.
"Aku akan membalasmu nanti Nia. Dia semakin dekat saja dengan Kak Devan, aku tidak terima itu!" sulutnya.
"Lalu bagaimana dengan Amanda. Aku lihat dia sangat akrab dengan Ustadz Haykal. Apakah kau tidak akan membantuku juga, Tania?" tanya Aida.
"Aku pasti akan membantumu mendapatkan Ustadz Haykal, tenang saja. Untuk saat ini, kamu harus membantuku membuat Nia menjauh dari Kak Devan dulu."
Tania ini sangat licik, meski dirinya sudah berjanji ingin membantu Aida mendapatkan hati Ustadz Haykal, namun dalam hatinya ia tidak serius membantunya. Yang terpenting baginya adalah, bagaimana caranya bisa mendapatkan Devan apapun yang harus ia lakukan.
Tak lama setelah itu, Nia dan Endin masuk ke kamar mandi. Mereka berpapasan satu sama lain. Terlihat sekali jika Tania memendam rasa dendam kepada Nia. Tatapan matanya begitu menusuk sampai ke relung hati Nia yang terdalam.
"Aw!" teriak Nia. Tania menarik jilbab Nia sampai terlepas. Kemudian menjambak rambut panjang Nia sampai beberapa helai rambut putus.
Sementara Endin dipegangi oleh Aida. Masuklah tiga adik kelas lainnya, dan Tania meminta dua diantara mereka memegangi kedua tangan Nia. Tentu saja mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh Tania.
Saat ini, kedua lengan Nia di pegang erat oleh adik kelas tersebut. Kemudian dengan ganasnya Tania menampar dan menyiram wajah Nia menggunakan air bekas cucian wajahnya.
"Cukup, Tania! Hentikan ini!" teriak Endin.
"Heh kamu, bantu Aida pegang dia, bodoh! Sangat berisik dan mengganggu. Jika perlu, sumpal mulutnya!" perintah Tania kepada satu adik kelas yang hanya diam menyaksikan pembullyan itu.
"Dengar ya, Nia. Aku sering sekali memperingatkan dirimu untuk tidak kecantikan didepan Kak Devan. Tapi, mengapa kamu masih nempel saja dengannya, hah?" bentak Tania.
"Maaf, aku sungguh minta maaf. Demi Allah aku tidak pernah mendekati Kak Devan atau siapapun," ucap Nia ketakutan.
"Maaf? Lu bawa-bawa nama Tuhan, tapi kelakuan lu kek roh halus itu main tempel laki orang. Kak Devan dan aku sudah dijodohkan, jadi enyah kau dari sisi Kak Devan!"
Tak puas menyiram wajah Nia menggunakan air bekas cucian wajah, Tania memukul paha Nia menggunakan kain pel. Bukan hanya itu saja, ia juga mendorong Nia sampai tersungkur d lantai.
"Astaghfirullah hal'adzim," sebut Nia.
"Nia!" teriak Endin. "Kalian kejam sekali, lepasin aku!" Endin mulai meronta, tetap saja dia tak bisa melepas genggaman Aida dan sang adik kelas.
Melihat Nia tersungkur di lantai membuat Tania bisa tertawa puas. Tania mendekati dan berjongkok di dekat Nia. Kemudian memberinya peringatan sekali lagi.
"Ingat, jika lu berani laporan kepada saudara kembar lu itu … aku pastikan dia akan dikeluarkan dari sekolah hari ini juga! Camkan itu!" ancam Tania menonyor kepala Nia.
"Ayo, Aida!"
Tania dan Aida keluar dari toilet, lalu ketiga adik kelas itu meminta maaf kepada Nia dan Endin. Jika mereka menolak, mereka takut akan di bully dan di keluarkan dari sekolah itu. Mengingat Ayah Tania memang sangat berpengaruh di kota itu.
Nia meminta Endin untuk tidak mengatakan apapun kepada Amanda. Nia takut jika Amanda akan di keluarkan dari sekolah. Amanda baru kembali dari Belanda sejak dirinya di adopsi, Nia tak ingin Amanda kembali lagi ke sana lagi dan meninggalkannya sendiri.
"Tapi, Nia. Amanda harus tau apa yang telah terjadi kepadamu," desak Endin.
"Tidak!" tolak Nia.
"Jika kamu berani mengatakan apa yang terjadi denganku, aku tidak ingin berteman denganmu lagi. Aku mohon, jangan libatkan Amanda dalam masalah apapun," Nia sampai memohon.
"Kenapa, Nia?" tanya Endin masih heran.
"Kenapa kamu tidak mau Amanda kembali ke Belanda, dia sudah merebut Ustadz Haykal darimu, 'kan? Dia juga sudah menyakitimu, Nia. Sadarlah!" Endin salah paham.
"Kamu salah paham, Endin. Amanda sama sekali tidak merebut Ustadz Haykal dariku. Aku sendiri yang menolak pernikahan itu, dan Amanda rela menggantikan posisiku. Kamu jangan menuduh dia yang tidak-tidak, dong!"
Nia menceritakan semuanya yang sudah terjadi antara dirinya dengan Ustadz Haykal. Mereka berdua sama sekali tidak memiliki perasaan apapun. Namun, ketika Amanda ingin menggantikan dirinya, Ustadz Haykal tidak menolak sama sekali, bahkan dia juga langsung setuju.
"Tapi, Nia. Ustadz Haykal itu sempurna, kenapa kamu menolaknya?" tanya Endin.
"Aku tidak mencintainya. Lagipula, aku masih ingin terbang bebas, Endin. Aku tidak mau menikah dini." jawab Nia.
Endin sudah berjanji untuk tidak mengatakan apapun kepada Amanda dengan apa yang terjadi dengan Nia dan Tania di toilet. Mereka masuk kelas seperti tak terjadi apapun. Sementara tatapan Tania dan Aida masih sangat tajam, setajam jarum pentol.
Apakah Amanda tetap tidak tahu dengan apa yang dilakukan oleh Tania kepada saudarinya?
Nia masih tidak ingin bercerita karena takut Amanda berulah. Jika Amanda berulah, maka bukan hanya Amanda saja yang rugi. Takutnya, status pernikahan siri antara Amanda dan juga Ustadz Haykal akan terbongkar dan Amanda akan kembali ke Amsterdam. Hal itu tidak ingin Nia harapkan. Hanya Amanda lah satu-satunya keluarga kandung yang Nia miliki.