'Assalamu'alaikum.....
'waalaikumsalam,
Aila pura-pura sibuk berkutat dengan leptop nya, tentu saja game sudah di tutup terlebih dahulu nanti bisa-bisa ocehan dari laki-laki menyebalkan ini meluber bagai air sungai komering saat sedang pasang. aihh kenapa jadi bahas sungai
Franz sedang melepas tali sepatu di liriknya sang kekasih tengah berkutat dengan leptop, mungkin dia sedang mengejar bab nya yang hampir rampung fikirnya. setelah merapikan sepatu ia lalu masuk dan duduk Ndlosor disamping rak sepatu
'banyak ketikan nduk?
'lumayan, Sahut aila acuh tak acuh
'pantes SMS ku nggak dibalas...
'aku mau bimbingan ntar malam jadi harus dikejar, kalau pegang HP terus kapan kelarnya...
'iya aku tau, eh ntar malem bimbingan aku jemput ya,
'nggak usah,
'loh kok gak usah? kening Franz berkerut, ada rasa tak nyaman dihati nya
'kamu kuliah jam berapa?
'jam duabelas lewat limabelas...
'aku mau ke perpustakaan, mau nyelesaikan bebas Pustaka jam tiga, kalau mau bareng sama kamu bisa garing aku
'biasanya kamu duduk didepan ruang kelas ku kalau nunggu jam bimbingan... sekarang kok beda?
'Franz pleas ya, aku bosen juga tau gak sih lama-lama ngejogrok di kampus, enak tidur siang di kosan
'alah, kan aku kalau gak ada dosen biasa duduk diluar juga ... masa kamu masih bosen?
'jelas bosen lah, kamu kan diluar sama temen-temen mu, sedangkan aku kayak kambing congek
'kok kamu jadi gini sih sekarang, mentang-mentang sudah mau kompre... kamu udah siap-siap ninggalin aku?
'Franz, ya Allah kamu tau rasa capek gak sih? aku tu butuh yang namanya istirahat sebelum sidang, kalau aku masih kayak kemaren-kemaren gak nyiapin fisik bisa bisa aku drop.... kamu ngerti nggak sih?
'kamu udah kayak gini ya sekarang... " Franz menatap keluar jendela mimik mukanya sedih seakan kehilangan Aila yang dulu, yang kemanapun selalu lengekorinya, dan menjadikan ia sebagai prioritas. selama itu Aila pun tengah mengejar babnya yang tertinggal jauh dari semua teman seangkatan. iya Aila selalu mengutamakan percintaan nya dibandingkan skripsi, dia asik dimabuk cinta, cinta yang ternyata toxic belaka
Aila menghela nafas, seribu sarang lebah berikut bala tentara nya serta ada ratu pula sudah berputar diatas kepala, kesal betul dia menghadapi sikap Franz, ntah kenapa sekarang dia baru sadar kalau Franz seperti bocah dan selama ini dia yang selalu mengalah, menuruti semua mau nya Franz. walau begitu dia ingat akan dosa nya, Aila ingin sekali bertanggungjawab atas kesalahan tabu yang sudah diperbuat mereka,
'Abib, kamu paham kan maksud ku? kalau aku sakit nanti gimana skripsi nya? kamu gak mau kan nanti orang tua ku menyalahkan mu?
Franz perlahan mengangkat kepalanya lalu memandang wajah kekasih nya dan luluh pula rupanya dia,
'Abib, minta maaf nduk, aku cuma ngerasa kamu banyak berubah..
'aku ndak berubah bib, cuma berusaha jadi yang baik buat kita, kalau aku wisuda terus dapet kerja bukankah masa depan kita akan terjaga?
'uhuk uhuk uhuk.... ' tiba tiba suara batuk dari dalam kamar menyela, itu yurica yang tersedak saat minum, kebetulan dia mendengar semua pembicaraan mereka
Franz mengernyit, lalu bertanya setengah berbisik dibantu bahasa isyarat melalui tangannya
"dia kapan mau pindah?
" entah... "
aila mengangkat bahu dan kedua tangan nya, sesungguhnya dia tak mau yurica sampai pindah, harapan nya mereka akan tetap bersama sampai lulus
"aku gak nyaman dia disini, ujar Franz lagi
Aila membalikkan tubuhnya yang semula berhadapan dengan Franz ke depan layar leptop nya lagi. sebenarnya ia ingin sekali maen game sekedar menghilang kan sepaneng, melepas penat otak ditambah karena skripsi nya sudah beres di edit dan di tambahi abstrak, waktu nya refresing tapi Franz ngejogrok disitu seketika membuat nya senewen,
"Nanti pulang bimbingan aku jemput ya,
'kamu gak ke malaman pulang nya?
" ya nggak lah, kan kamu selesai bimbingan nya jam delapan
"emang nya yang nunggu kamu gak kelamaan ditinggal ngantar aku duluan?
" yang nunggu aku? siapa
"Ana.... bukannya kamu selalu antar jemput dia"
Aila melirik mimik muka Franz, nampak datar seperti tidak punya beban, slow
"ooh, dia dijemput pacarnya, lagian dia punya pacar kok masa aku terus yang anter jemput. kamu gak usah bawa perasaan aku sama anak sudah berakhir kan kamu tau sendiri apa penyebab nya" sahut Franz acuh
"lah, kok bawa bawa aku? kamu yang jadi ojek nya kenapa aku yang dibilang bawa perasaan. aku kalau emang begitu, tak sudi aku lebih hati wajahmu apa lagi kalian berdua semalam pulang bareng hujan hujanan, so sweet, hujan yang manis... dengus Aila geram, dia sudah diam mencoba berdamai tapi malah mau disalahkan
"biasa aja, gak usah pakek nada tinggi. kalau emang kamu gak ngerasa kenapa kenapa yasudah gak usah ninggi gitu... "
mereka terdiam cukup lama, hingga Aila memecah kesunyian
"Abib....
" Hmmm
"kalau aku berangkat dan pulang kuliah dijemput cowok lain boleh?
" ya silahkan, toh kak yunus atau kak tedy juga yang jemput kamu....
Aila terdiam, rupanya tak ada sedikit pun pikiran laki-laki ini untuk mempertahankan dia. baiklah kalau begitu, mungkin aku harus lebih extra lagi membuat jantung ini kuat. semoga Allah menyelamatkan ku....
Jam bergerak pada poros nya, mengelilingi tiap senti garis menit dan detik saling menyapa, bertaut, bercumbu dihadapan dingin nya udara yang mengelilingi disekitar dua insan
12:35 tepat, alarm di ponsel Aila berdering, sudah waktunya Franz lenyap dari hadapan nya. namun dilihat nya si pembuat kesal itu masih santai malah sekarang posisi nya tiduran
"bib, udah jam setengah satu kamu gak kuliah...
" pak yakup datang jam 1:20, nanti jam 1:00 aku ke kampus...
"owhh okey,... Aila hanya bisa mengumpat dalam hati, masih setengah jam lagi si bulshit ini disini, menyebalkan....
tiba tiba yurica keluar dari rung tengah, hendak melangkah ke pintu
" cha mau kemana?
"jajan es, kenapa?
" aku mau....
"okey, satu atau dua....
" aku gak minum es, Franz menyela
"satu aja " ujar aila, pasti nanti ni laki ngerebut jatah punya ku bathin aila
Yurica melenggang menuju warung yuk ning, sembari mendendangkan lagu
Satu atau dua pilih aku atau dia yang engkau suka
Satu atau dua pilih aku atau dia yang engkau cinta
Dua atau satu pilih dia atau kamu aku tak tahu
Karena diriku bingung harus pilih dia atau dirimu
(gamma)
Aila melirik Franz, melihat adalah perubahan pada expresi wajahnya namun ternyata tetap sama, datar...
'bib, jam sa... belum lagi aila menyelesaikan kalimatnya, Franz mengangkat telpon seperti nya suara wanita
F : hallo, iya...
w : dosen nya bentar lagi datang, buruan
F : iya iya aku kesana
w : lama banget sih disitu,
F : iya iya...
Franz bergegas menarik kaki nya kedalam sepatu dan mengikat tali, bergegas keluar
"Aku berangkat,
" oke, kabarin kalau udah sampe... "
"siap"
Aila tersenyum manis sekali, senang rasanya melihat Franz menghilang dibalik tikungan teras, aila bahkan tak mengantarnya sampai ke pintu, hati nya terluka lagi mendengar suara diseberang ponsel itu, suara Ana.
Angin membelai lembut rambutnya, mengusap usap lembut penuh kasih seakan berusaha menghibur agar hatinya ringan dari sakit yang dirasakan nya lagi....