Tangan yang menyentuh punggungku kembali, hanya saja kali ini dia menarik pengekanganku dari pergelangan tanganku. Selanjutnya tudung di atas mataku terlepas, tapi aku takut untuk membuka mata. Udara sejuk memenuhi wajahku, membuat air mata di pipiku tampak seperti hukuman lain.
"Aku belum pernah melihat wajahmu," aku meyakinkannya, mata terpejam. "Tolong jangan sakiti aku. Aku tidak akan memberitahu siapa pun. Ambil semua uang Aku. Itu milikmu."
Alih-alih setuju atau menyangkal, tawa rendah memenuhi ruangan.
Tawa itu lebih dari akrab. Itu adalah sesuatu yang Aku dengar di telinga Aku lebih dari seratus kali larut malam saat di rumah. Tapi itu tidak mungkin. Aku tidak pernah cukup beruntung.
Aku membuka satu mata, dan setiap emosi yang bisa dialami seseorang sepanjang hidup mereka menyerbuku dalam sepersekian detik ketika aku melihat Wren Neldy berdiri di ujung tempat tidur dengan seringai jahat di wajahnya.
"Halo sayang."