Chereads / Musafir Hub (Perjalanan Cinta) / Chapter 26 - Rok Robek

Chapter 26 - Rok Robek

Hanif dan Naila. Setelah tadi mereka selesai menjalankan sholat berjamaah dengan Pak Sopir nampak keduanya memilih untuk tetap duduk di pinggiran jalan tepat di depan bis itu, sementara itu Pak Sopir nampak menemani kondektur dan keneknya yang terlihat berusaha untuk memperbaiki ban yang tadi mengalami pecah.

"Ini tidak lama lagi sudah masuk waktu sholat subuh lo," ujar Hanif.

"Iya, tolong di jaga lo kesuciannya, jangan sampai batal," ujar Naila menimpali. Mereka berdua terus ngobrol kesana-kemari hingga akhirnya tiba waktunya untuk sholat subuh, dan kemudian setelah itu mereka jalan-jalan untuk melihat suasana.

"Ayo buruan," ajak Hanif.

"Iya bentar," sahut Naila sambil melipat mukenanya dengan masih posisi duduk, dan begitu selesai Naila bermaksud berdiri, namun naas, begitu dia mulai bangkit tiba-tiba secara tidak sengaja roknya sobek karena posisinya yang tidak pas.

Krek ...

Karena cukup keras tarikannya tadi sehingga robekan rok tersebut terlihat cukup lebar, dan untung saja Naila masih mengenakan celana panjang atau leging.

"Waduh sampai sobek gitu," ujar Hanif mengomentari rok Naila yang robek, dan nampak Naila tidak menjawab ucapan Hanif tersebut.

"Udah buang aja roknya, ntar beli lagi," sambung Hanif, dan begitu mendengar ucapan Hanif yang seperti itu nampak Naila merasa kurang senang dan kemudian berkata.

"Jangan mentang-mentang kamu, pake nyuruh-nyuruh buang, aku tidak akan memubazirkan pakaian pemberian dari orang tuaku, iya .. aku tahu kalau kamu memang anak orang kaya, yang bisa kapan saja beli pakaian!" tutur Naila membuat Hanif sedikit kaget dan kemudian langsung merasa bersalah.

"Naila .. kamu kok ngomong gitu .. aku cuma ngomong biasa dan tidak bermaksud untuk menghina kamu ... oke lah Nai .. sekarang aku minta maaf kalau ucapan ku tadi kurang berkenan di hatimu."

Dan nampak Naila pun mengangguk tanda dia memaafkan Hanif.

Memang Naila itu adalah tipe perempuan yang tampilannya sangat sederhana, di samping karena memang keadaan tapi memang perilaku seperti itu memang sudah menjadi kebiasaan atau tabiat, dan hal yang seperti (Menerima hidup dalam kesederhanaan) itu adalah termasuk perilaku kesehariannya yang juga telah dicontohkan oleh para wanita shalihah dimasa terdahulu, seperti contoh kesederhanaanya putri Baginda Rasulullah Saw Fatimah Az-zahra.

Naila memejamkan mata dan mengingat nasehat serta cerita yang pernah dia dengan.

"Ehem. Mau dengar sesuatu? Tapi aku yakin kamu sudah pernah dengar."

"Tentang apa?" tanya Hanif.

"Putri Rosullullah."

"Cepat cerita," pinta Hanif.

"Emmm. Suatu hari Fatimah Az Zahra, dihampiri Abdurrahman bin 'Auf. Dia mengabarkan bahwa Rasulullah tengah menangis sedih selepas menerima wahyu dari Jibril. Abdurrahman datang dalam rangka mencari obat bagi suasana hati Nabi yang kalut pada waktu itu. Satu hal yang selalu membuat Rasulullah bahagia adalah melihat putrinya.

"Baik. Tolong menyingkirlah sejenak hingga aku selesai ganti pakaian." Demikian diceritakan dalam kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah melalui riwayat Umar bin Khattab.

Keduanya lalu berangkat ke tempat Rasulullah. Saat itu Fathimah menyelimuti tubuhnya dengan pakaian yang usang. Ada 12 jahitan dalam lembar kain tersebut. Serpihan dedaunan kurma juga tampak menempel di sela-selanya.

Suatu hari Fatimah Az Zahra, dihampiri Abdurrahman bin 'Auf. Dia mengabarkan bahwa Rasulullah tengah menangis sedih selepas menerima wahyu dari Jibril. Abdurrahman datang dalam rangka mencari obat bagi suasana hati Nabi yang kalut pada waktu itu. Satu hal yang selalu membuat Rasulullah bahagia adalah melihat putrinya.

"Baik. Tolong menyingkirlah sejenak hingga aku selesai ganti pakaian." Demikian diceritakan dalam kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah melalui riwayat Umar bin Khattab.

Keduanya lalu berangkat ke tempat Rasulullah. Saat itu Fathimah menyelimuti tubuhnya dengan pakaian yang usang. Ada 12 jahitan dalam lembar kain tersebut. Serpihan dedaunan kurma juga tampak menempel di sela-selanya.

Suatu hari Fatimah Az Zahra, dihampiri Abdurrahman bin 'Auf. Dia mengabarkan bahwa Rasulullah tengah menangis sedih selepas menerima wahyu dari Jibril. Abdurrahman datang dalam rangka mencari obat bagi suasana hati Nabi yang kalut pada waktu itu. Satu hal yang selalu membuat Rasulullah bahagia adalah melihat putrinya.

"Baik. Tolong menyingkirlah sejenak hingga aku selesai ganti pakaian." Demikian diceritakan dalam kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah melalui riwayat Umar bin Khattab.

Keduanya lalu berangkat ke tempat Rasulullah. Saat itu Fathimah menyelimuti tubuhnya dengan pakaian yang usang. Ada 12 jahitan dalam lembar kain tersebut. Serpihan dedaunan kurma juga tampak menempel di sela-selanya.

Sayidina Umar bin Khattab menepuk kepala ketika menyaksikan penampilan Fathimah. "Betapa nelangsa putri Muhammad SAW. Para putri kaisar dan raja mengenakan sutra-sutra halus sementara Fatimah anak perempuan utusan Allah puas dengan selimut bulu dengan 12 jahitan dan dedaunan kurma."

Sesampainya menghadap ayahandanya, Fathimah bertutur, "Ya Rasulullah, tahukah bahwa Umar terheran-heran dengan pakaianku? Demi Dzat yang mengutusmu dengan kemuliaan, aku dan Ali (Sayyidina Ali bin Abi Thalib, suaminya) selama lima tahun tak pernah menggunakan kasur kecuali kulit kambing."

Fathimah menceritakan, keluarganya menggunakan kulit kambing tersebut hanya pada malam hari. Sementara pada siang hari kulit ini menjelma sebagai tempat makan untuk unta. Bantal mereka hanya terbuat dari kulit yang berisi serpihan dedaunan kurma.

"Wahai Umar, tinggalkan putriku. Mungkin Fatimah sedang menjadi kuda pacu yang unggul (al-khailus sabiq)," sabda Nabi kepada sahabatnya itu.

Analogi kuda pacu merujuk pada pengertian keutamaan sikap Fathimah yang mengungguli seluruh putri-putri raja lainnya. "Tebusan mu (wahai Ayah) adalah diriku," sahut Fatimah.

Dengan kedudukan dan kharisma ayahandanya yang luar biasa, Fatimah Az-zahra sesungguhnya bisa memperoleh apa saja yang ia kehendaki, lebih dari sekadar pakaian dan kasur yang bagus. Namun, kepribadian Rasulullah yang bersahaja tampaknya memang mewaris ke dalam dirinya. Fathimah tetap tampil sederhana, dengan segenap kebesaran dan kemewahan jiwanya.

Perihal mendidik buah hati, Nabi Muhammad Saw selalu menggembleng putrinya Fatimah agar menjadi perempuan tangguh, tidak manja, dan pekerja keras. Hal ini terbukti dalam sejarah hidupnya, melawan dominasi hingga kesederhanaan hidup keluarganya bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib.

Kehidupan Ali bin Abi Thalib dan istrinya Fatimah bisa dikatakan cukup sederhana. Ketika mereka berdua telah berkeluarga, perabot rumah tangga mereka tidak bisa dikatakan mewah, di antaranya seperti kulit kambing yang dijadikan alas tidur pada malam hari, sementara siang harinya kulit kambing itu menjelma sebagai tempat makan unta. Bantal mereka hanya terbuat dari kulit yang berisi serpihan daun kurma.

Dalam kesehariannya Fatimah bekerja sendirian di rumah, mulai dari menggiling gandum, menimba air, mengurus anak, dan memasak untuk kebutuhan keluarga. Hingga pada suatu hari, Ali mendapati Fatimah sangat kelelahan, tangannya pecah-pecah akibat terkena alat penumbuk gandum. Dari situ Ali menyarankan kepada Fatimah untuk meminta budak hasil perang kepada ayahnya agar dapat membantunya mengurus pekerjaan rumah tangga. Tanpa pikir panjang, Fatimah pun menyetujuinya.

Fatimah lalu pergi menemui ayahandanya. Setelah menghadap sang ayah. Ia hanya mematung, lantas bilang hanya mengucapkan salam kepadanya, setelah itu pulang.

Fatimah memang dididik oleh Rasulullah agar tidak mudah mengeluh dan tetap gigih walau dalam keadaan sulit sekalipun. Karenanya, ia merasa malu untuk mengutarakan keinginannya, ia pun mengurungkan niatnya.

Sesampainya di rumah, Ali langsung bertanya kepada Fatimah perihal permintaanya kepada Rasulullah. Fatimah pun mengabarkan kepada Ali bahwa ia malu untuk sekadar menyampaikan keinginannya kepada sang ayah. Mendengar hal itu Ali lantas menyarankan untuk menghadap Rasulullah yang kedua kalinya, kali ini Ali ikut serta mendampingi istrinya.

Mereka pun menghadap Rasulullah, dalam perbincangan itu, Ali mencoba untuk menjelaskan perihal maksud dan tujuannya mendatangi Nabi. Namun Rasulullah mengatakan kepada mereka berdua bahwa beliau akan memberi sesuatu yang jauh lebih berharga dari apa yang diinginkannya.

Malam harinya, Rasulullah mendatangi kediaman Ali dan Fatimah. Beliau menepati janji perihal sesuatu yang berharga itu, di sana Rasulullah memberikan Ali dan Fatimah wirid untuk dibaca masing-masing sebanyak 33 kali, yakni tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), dan takbir (Allahuakbar) setiap hendak tidur, dan masing-masing sebanyak 10 kali setiap kali selesai salat.

"Setelah mendengarnya, aku tak pernah meninggalkan amalan itu," ujar Ali. Dan kelak di kemudian hari, wirid tersebut dikenal dengan wirid Fatimah.

Dari kisah di atas, kegigihan dan optimisme Fatimah dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang serba sulit tak diragukan lagi. Tak berhenti sampai situ, berkat didikan sang ayah, Fatimah menjelma menjadi perempuan yang mandiri dan berani terhadap segala hal yang menyangkut stabilitas agamanya.

Seperti dalam setiap peperangan, ia selalu berada di garda terdepan untuk mengobati para prajurit yang terluka ataupun gugur karena sabetan pedang musuh. Walau di tengah peperangan, sedikitpun ia tak gentar meski nyawanya terancam.

Keberaniannya juga terlihat saat Rasulullah melaksanakan salat di dekat Kakbah, tetiba punggungnya dilempar kotoran hewan oleh Abu Jahal dan kawanannya. Mengetahui hal itu, Fatimah tak tinggal diam, ia lantas bergegas menuju Abu Jahal dan memarahi mereka.

Di lain hari, Fatimah tiba-tiba saja ditampar oleh Abu Jahal saat berpapasan di jalan tanpa sebab yang jelas. Sekali lagi, Fatimah tak tinggal diam, ia melaporkan kekerasan yang dilakukan Abu Jahal kepada pemimpin klan Quraisy, Abu Sufyan. Abu Sufyan lalu mengajak Fatimah untuk menampar Abu Jahal laiknya Abu Jahal menamparnya.

Setelah kejadian itu, Fatimah bercerita kepada Rasulullah, Rasul pun salut kepada Abu Sufyan yang telah memberi keputusan yang adil dan bijaksana. Saat itulah Rasulullah mendoakannya agar kelak Abu Sufyan memeluk Islam. Doa Rasulullah pun menjadi kenyataan.

Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah tersebut telah memberikan ketauladanan kepada kita agar selalu bersyukur, optimis dalam menjalankan roda kehidupan, dan bangkit melawan kemungkaran dan segala tindak kejahatan.

Bicara mengenai kesederhanaan Fatimah hampir bisa dipastikan tidak ada satupun perempuan setelahnya yang mampu menyamai, padahal dengan kedudukan ayahandanya yang luar biasa dengan kekayaan dan main power yang dimiliki saat itu, sesungguhnya bisa saja Fatimah memperoleh apa saja yang dikehendakinya, jika Fatimah hidup pada zaman kiwari, dia dengan mudahnya memborong perabotan rumah tangga yang serba mewah yang dibeli di toko perabotan macam Informa, Ikea, hingga Ace Hardware. Dan membeli segala barang mewah lainnya di Louis Vuitton, Supreme, hingga Gucci.

Namun, Kepribadian Rasulullah Saw yang bersahaja itu benar-benar mewaris dan menyatu ke dalam dirinya. Fatimah tetap dan lebih memilih untuk tampil sederhana, dengan segenap kebesaran dan kemewahan jiwanya.

Pada zaman dahulu terdapat banyak profil perempuan yang sholehah. Kisahnya begitu menginspirasi perempuan lainnya.

Berkat ketaatannya kepada Allah, maka Allah janjikan untuk masuk ke dalam surgaNya.

Bahkan berbicara mengenai perempuan yang menjadi ahli surga sebenarnya tidak melulu perempuan yang berasal atau memiliki latar belakang yang baik, ada pula yang sebelumnya latar belakangnya kurang baik.

Seorang wanita yang merupakan ahli maksiat, Allah akan mengampuninya jika ia bertaubat. Bahkan Allah menceritakannya pada Rasulullah.

Rasulullah kemudian akan menyebarkan seluruh kebaikannya yang akan menginsiprasi banyak wanita. Baik di zaman Rasul, hingga saat ini. Kisahnya justru begitu harum pada akhir hidupnya.

Hal ini merupakan sebuah kabar gembira bagi mereka yang merasa tidak pantas masuk surga. Kisah ini menunjukkan pada kita bahwa jangan berputus asa dengan rahmat Allah SWT.

Seburuk apapun seseorang, asalkan mau kembali ke jalan Allah, maka sungguh ampunan Allah begitu luas.

Adapula wanita ahli surga karena ketaatannya pada suami. Salah satu pintu surga bagi seorang istri adalah keridhoan suami.

Ia dapat memasuki surga setelah suaminya mengatakan ia ridho pada istrinya. itu sebabnya banyak perempuan yang kemudian berlomba-lomba untuk mendapatkan ridho suaminya.

Berikut ini merupakan beberapa kisah wanita sholehah. Kisah itu antara lain:

-Wanita PSK Yang Masuk Surga

Cerita ini begitu populer pada kalangan umat muslim. Kisah yang merupakan motivasi agar seseorang tidak berputus asa pada rahmat Allah SWT.

Sebanyak apapun dosanya di masa lalu, asalkan ia bertaubat dan melakukan kebaikan, maka Allah akan mengampuninya.

Cerita ini bersumber dari salah satu hadist Nabi Muhammad SAW.

Dari riwayat Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda:

"Telah Allah ampuni seorang wanita ahli maksiat atau pezina. Ia melewati sekorang anjing yang kehausan menjulurkan lidahnya pada sisi sumur. Anjing ini hampir saja mati karena haus. Perempuan pezina itu kemudian melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Kemudian, ia mengambil air untuk anjing itu. Karena sebab perbuatannya itu, ia mendapat ampunan dari Allah SWT."

Dahulu, terdapat perempuan yang merupakan seorang ahli maksiat. Perempuan ini memiliki pekerjaan sebagai wanita penghibur.

Kehadirannya dalam masyarakat membuatnya menerima hinaan dan cacian. Namun, ternyata pada akhir hidupnya ia mengakhiri maksiatnya dan kemudian bertaubat. Ia bahkan terkenal sebagai seorang ahli surga.

Saat ia berjalan pada tengah hari, ia menemukan seekor anjing yang berada di dekat sumur. Anjing itu menjulurkan lidahnya dan terlihat mata sayunya.

Anjing itu hampir mati kehausan, namun ia tak mampu mengambil air dalam sumur tersebut.

Karena kasihan, ia turun ke dalam sumur itu. Ia menampung air sebanyak-banyaknya dalam sepatunya.

Kemudian, ia memberikan air pada anjing itu yang telah hampir-hampir mati.

Setelah minum air, anjing tersebut menjadi lebih sehat.

Rasulullah mengatakan bahwa apa yang wanita itu lakukan adalah amalan ahli surga. Perbuatan baik pada makhluk yang bernyawa itu memiliki pahalanya masing-masing.

Begitulah, pada akhir hidupnya perempuan itu justru memiliki amalan seorang ahli surga.

Seburuk-buruknya seseorang, ia bisa saja bertaubat dan melakukan perbuatan baik. Di akhir hidupnya justru Allah mengampuninya dan mengizinkannya untuk masuk kedalam surgaNya.

Ada lagi kisah Wanita Sholehah Yang Sahid Di Jalan Allah

Pada zaman Nabi dahulu, terdapat sahabiyah yang begitu sholehah. Ia menjadi wanita pertama yang syahid di jalan Allah.

Ia adalah Sumayyah Binti Khabath r.a.

Saat itu Sumayyah bukan seorang yang memiliki nama yang masyhur di masyarakat. Ia adalah seorang budak perempuan milik Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah.

Ia adalah seorang perempuan yang ketika mendengar ayat Al Quran pertama kali, langsung jatuh hati. Hatinya bersih dan sangat suci sehingga mudah untuk menerima kebenaran.

Sumayyah kemudian bersaksi setelah anaknya berhenti membaca ayat Al Quran itu.

Tak lama setelah itu, berita tentang keislaman keluarga kecil itu menyebar ke seluruh kabilah arab. Termasuk pada bani makzhum.

Mereka begitu marah. Mereka kemudian mendatangi keluarga itu dan berniat untuk menyiksanya.

Saat matahari telah berada tepat diatas kepala, mereka menyeret keluarga itu untuk memakai baju dari besi. Mereka berada tepat di lapangan yang begitu panas.

Tak ada sedikitpun air yang bisa mereka minum. Jika telah terpanggang, bani makzhum menyeret mereka kembali ke rumah.

Namun, tetap menyiksa mereka. Hal itu terjadi berulang-ulang.

Pada zaman itu, siksaan seperti ini juga banyak yang merasakannya. Terutama bagi mereka yang menyatakan keislamannya secara terbuka.

Banyak yang mengintimidasi Sumayyah yang menyatakan keislamannya. Termasuk Abu Jahal.

Abu Jahal menyiksa Sumayyah serta keluarganya. Ia membunuh anggota keluarga Sumayyah satu persatu dengan siksaan.

Namun, Sumayyah tetap tidak bergeming. Abu jahal menancapkan tombak pendek pada tubuh Sumayyah hingga akhirnya ia menjadi seorang syahidah.

Sumayyah adalah wanita pertama yang syahid saat islam pertama-tama datang. Ia terbunuh karena keteguhannya dalam memegang agama Allah SWT.

Dialah seorang wanita sholehah yang tak tertarik dengan iming-iming dunia.