"Ra, tolong antarkan Dzaky ke kamarmu," perintah Bagas.
"Apa Papa bilang, ke kamarku? Gak salah Pa?" tanya Rara.
"Rara gak mau tidur bareng dia," lanjut Rara kesal.
"Rara jaga bicaramu yang sopan nak, dia adalah suami kamu sekarang," bentak Bagas.
"Sudahlah Pa, biar saya tidur di kamar tamu saja," tukas Dzaky.
"Gak bisa dong, biar sekamar dengan Rara saja. Biar dia juga belajar menjadi istri yang baik seperti apa?" ucap Bagas.
"Hello, Papa yang baik Rara masih sekolah dan tinggal 4 bulan lagi kelulusan Rara gak mau diganggu belajarnya karena makhluk itu!" ucap Rara ketus menunjuk Dzaky.
"Biar Pa, mungkin lebih baik seperti itu. Saya yang akan tidur di kamar tamu," ucap Dzaky.
"Bi, tolong antarkan mas Dzaky ke kamar tamu ya," ucap Aeni pada Bi Sumi pembantu rumah yang sudah 15 tahun bekerja dengannya.
"Ayo mas tak anter ke kamar!" ucap Bi Sumi segera menarik oper milik Dzaky.
"Biar saya sendiri Bi," Dzaky mengambil kembali kopernya.
"Ini mas kamarnya silakan masuk, jika butuh apa-apa jangan sungkan panggil saya di belakang ya," ucap Bi Sumi.
"Em, boleh nanya sesuatu Bi?" dengan ragu Dzaky mengatakannya.
"Apa setiap hari Rara bersikap seperti itu dengan Pak Bagas, eh maksud saya Papa," ralat Dzaky.
Bi Sumi yang mendengarnya pun tersenyum kecil.
"Ya begitulah Mas hampir tiap hari Mbak Rara dan bapak bertengkar gak pernah akur. Kalau di film itu kayak Tom dan Jerry," canda Bi Sumi langsung menutup mulutnya dengan tangannya.
"Bibi bisaa saja ngomongnya," Dzaky tertawa mendengar candaan Bi Sumi.
"Ya sudah saya permisi ke dapur dulu," pamit Bi Sumi.
"Makasih ya Bi," balas Dzaky.
Bi Sumi tersenyum dan segera keluar dari kamar.
Dzaky menatap kamar yang akan ditempatinya dan miris melihat dirinya sendiri, 'Apa aku bisa melewati semua ini nantinya,' gumam batin Dzaky.
Lelah dengan hatinya tanpa sadar Dzaky tertidur di kamar hingga menjelang senja terbangun melihat suasananya sudah berubah dengan lampu yang terang menyala.
"Sudah bangun?" tanya Rara.
"Buruan mandi ditunggu Papa di ruang tengah kayaknya mau bicara penting," ucap Rara.
"Cepetan ya gak pakai lama," lanjut Rara bergegas keluar dari kamar tersebut.
'Anak itu dengan suami saja seperti ini apalagi orang lain,' ucap Dzaky membatin.
Dzaky ke kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya, ternyata di ruang tengah sudah berkumpul keluarga pak Bagas dan juga Aulia.
'Tunggu kenapa dia ada di sini denganĀ siapa dia?' Dzaky membatin.
"Duduk sini nak," Bagas mempersilakan Dzaky duduk di sebelahnya.
Aulia tersenyum melihat Dzaky sudah sekian tahun gak bertemu terakhir Dzaky melihat Aulia masih kuliah bersama Annisa mantan kekasihnya kini.
"Nak, seperti janji Papa sama kamu waktu itu, besok kamu dan Rara bisa pindah rumah. Papa sudah menyiapkannya untukmu, aku harap kamu suka anggap saja itu hadiah dari kita karena sudah mau menerima Rara sebagai istrimu," ucap Bagas.
"Apa? Gak bisa Pa, Rara gak mau hidup berdua sama dia, menyebalkan!" gerutu Rara.
"Gak boleh gitu dek, mas Dzaky itu suami kamu hargai dia dikit aja," sela Aulia.
"Banyak-banyak belajar dari kakak kamu itu Ra, bagaimana jadi istri yang penyabar bukan istri bar-bar," protes Bagas pada anaknya Rara.
"Kamu yang sabar ya menghadapi anak saya yang bar-bar jika dia salah jangan lelah buat mengingatkannya," pesan Bagas.
"InsyaAllah Pa, Dzaky akan berusaha semaksimal mungkin," balas Dzaky.
"Yuk sholat Maghrib dulu berjamaah sudah adzan kan?" tanya Dzaky.
"Sudah, ayo Ra kita sholat jamaah dulu," ajak Aulia.
Selesai sholat Ilham datang menjemput Aulia.
"Kita makan malam dulu ya, habis itu bisa istirahat pastinya kalian capek seharian banyak kegiatan," Bagas mengajak Dzaky ke meja makan disusul Aeni dan Rara.
"Besok jika kalian sudah tinggal sendiri, biarkan Rara yang menyiapkan semua keperluan Dzaky jika dia tak mau menuruti perkataan dirimu laporkan pada Papa biar Papa hukum dia. Satu lagi jangan biarkan dia keluyuran sendiri sepulang sekolah," pesan Bagas pada Dzaky.
"Besok pagi ke kantor cabang Papa dulu, siang kita ke rumah baru jika kamu mau langsung pakai juga tidak masalah semua sudah bersih tinggal pakai saja," urai Bagas.
"Baik makasih Pa," balas Dzaky.
"Wah enak ya, bagian Rara mana Pa?" tanya Rara.
"Selama kamu masih bar-bar pada suami dan juga Papa gak akan kasih sepersen pun!" seru Bagas.
"Papa memang pilih kasih," sahut Rara segera menarik kursinya dan masuk ke kamarnya.
Blam!!!
"Anak itu susah sekali diaturnya," ucap Bagas.
"Sabar Pa, mungkin nanti seiring waktu dia mau berubah akan saya coba untuk mengubahnya tapi saya tidak berani berjanji," ujar Dzaky.
"Makasih nak, setidaknya saya punya sedikit harapan," balas Bagas
Selesai makan malam dan sholat Isya Dzaky masuk kembali ke kamarnya lebih tepatnya kamar tamu, dia baringkan tubuhnya di atas tempat tidur rasa lelah yang tadinya dia rasa menguar begitu saja mendengar perkataan Aulia tentang Annisa jika selama ini dia selalu menolak jika Abah Seno mau menjodohkannya dengan orang lain. Annisa selalu saja beralasan akan menunggunya pulang dan menikah dengannya, namun lihatlah faktanya Dzaky memang pulang tapi menikah dengan orang lain yaitu Rara adik sepupu Aulia.
Pagi datang menjelang, Dzaky bergegas sholat dan mempersiapkan diri ke kantor barunya.
"Apa semua sudah siap?" tanya Bagas pada Dzaky.
"Sudah Pa," balas Dzaky.
"Kita ke sekolah Rara dulu habis mengantarnya nanti kita langsung ke kantor Papa," ucap Bagas.
"Baik Pa," balas Dzaky.
Mobil segera melaju ke sekolahan Rara SMA Duta Bangsa sekolah termahal di Jakarta dan hanya untuk orang-orang elit yang bisa masuk ke sana.
"Nanti siang suamimu yang jemput sekalian ke rumah baru jadi jangan coba-coba macam-macam kamu ngerti gak Rara?" ucap Bagas.
Namun yang ada Rara hanya memasang raut wajah kesal pada dua laki-laki yang ada di dalam mobil tersebut.
"Rara masuk dulu Pa, Assalamualaikum," pamit Rara.
"Tunggu dulu Ra, kamu belum berpamitan pada suami kamu?" ucap Bagas.
Rara mendengus kesal pada Bagas Papanya sendiri.
"Rara sekolah dulu," ucap Rara pada Dzaky tanpa ekspresi begitupun dengan Dzaky yang diam tanpa menyahut ucapan Rara.
"Kita langsung ke kantor ya," ajak Bagas sementara Dzaky hanya mengangguk dan tetap fokus menyetir mobilnya menuju kantor mertuanya.
"Perkenalkan ini adalah pimpinan baru kalian di sini, namanya Dzaky Aditama jika ada sesuatu yang berhubungan dengan kantor ini bisa langsung menghubungi beliau," ucap Bagas.
"Terima kasih mohon bantuan dan kerjasamanya dengan semua rekan di sini. Bila dirasa ada sesuatu yang salah dalam kinerja saya tolong jangan sungkan untuk mengkritiknya," ucap Dzaky pada semua karyawannya dan semua bersorak tepuk tangan menyambut pemimpin baru.
Selesai dengan sambutan dan sedikit jamuan pada karyawannya, Dzaky segera meluncur ke sekolah Rara.
Dzaky menunggu lebih dari setengah jam namun Rara tak kunjung keluar.
"Eh Ra ada cogan di luar gerbang," beber Salsa teman sebangku Rara.
Rara mendelik girang, "Benarkah, coba aku cek!" Rara keluar sekolahan diikuti oleh Salsa.
"Nah itu dia cogan cakep kan, manly abis, dia pasti rajin ke gym bodynya bikin aku ngiler," puji Salsa.
"Ra kenapa diem aja?" tanya Rara.
"Aku balik dulu ya Sa," pamit Rara membuat Salsa melongo karena Rara berjalan menuju cogan yang dimaksudnya.
"Siapa dia, kenapa Rara menemuinya?" gumam Salsa.