Domain bosan saat Jiraina berkata demikian namun lelaki itu harus pergi bekerja apalagi ada misi khusus yang sudah menunggunya, gak ada pilihan lain selain menerima tugas tersebut atau sangsinya kena pecat. Domain sudah bersiap ia janji gak akan lama tapi nyatanya sangat lama dan membuat sang adik mati kesepian gak ada teman mengobrol di rumah terhitung sudah berapa kali Jiraina memintanya pulang namun enggan dilakukan ... mereka akhir ribut ditelpon dan ujungnya mematikan daya ponsel masing-masing, hari ini perempuan itu nongkrong di warung depan rumah bu Delima karena sendirian ya terpaksa ia nongkrong mumpung gak ada orang kan. Jiraina juga sudah memanggil Bianca teman-teman kelompoknya tapi karena memang macet jadi belum pada datang.
Jiraina menghela ketika Dila anak dari tetangga sebelahnya lewat tersenyum menyapanya, namun gadis yang meminum air tea jus itu cuma mengangguk sekali saja. "Itu cowok yang dibanggain? Gak lebih cakep dari abang gue." nyinyir Jiraina karena sakit hati kakaknya di selingkuhin dulu ketika mereka masih sama-sama remaja, "hal yang paling gue sesali adalah ngijinin Dila dekat sama abang gue. Dasar fucekgurl!"" Bianca memandangnya aneh saat baru tiba melihat temannya marah-marah seperti itu.
"Nape lu neng?" Jiraina menggeleng saat mengadahkan kepala mendapati temannya tepat di depan matanya. Gadis yang membuang sampah jajanannya tersebut langsung menarik duduk Bianca di sampingnya, kedua gadis tersebut berbincang mengenai masalah perkuliahan. "Siapa yang elo tegur?" lanjut gadis tersebut seraya memesan bala-bala pada penjualnya.
"Tetangga gue, elo pernah gak sih menyesali sesuatu yang buat elo jadi malas ketemu sama orang itu? Gue tuh ya pernah nyomblangin abang sendiri sama temen gue yang buat gue jadi malas lakuin hal itu, makanya waktu Brisia minta gue deketin dia sama abang gue. Gue tolak karena hal ini." Bianca sekarang paham kenapa waktu mereka jadi maba Jiraina menolak keras dan memberikan saran agar teman mereka yang sudah tiada itu berjuang sendiri, tapi siapa yang sangka Brisia mengalami hal setragis itu. Bahkan kasusnya pun belum diusut tuntas tapi pihak keluarga minta agar gak dilanjutkan, mau bagaimana lagi kan? Sudah terlanjur juga.
"Elo sering ke sini? Kok adem gini vibesnya." celetuk Bianca yang keliatan nyaman sama tempat itu.
"Deket dari rumah, abang gue nugas ke luar jadi sendirian deh. Daripada gak ada temennya yang lain juga bentar lagi nyampe." teman-temannya akhirnya pada sampai di rumahnya tepat di hadapannya tetapi ada satu orang yang gak diundang malahan jadi datang karena sudah terlanjur mau bagaimana lagi nggak mungkin juga ia mengusirnya karena itu terlihat tidak sopan. Jiraina gak mengajak mereka masuk kedalam namun hanya ada satu orang yang iya ajak ke dalam rumah dan orang itu adalah Bianca, walau begitu tetap saja perempuan di dalam dapur tersebut membawa nampan untuk barang bawaan para tamunya.
Jiraina mulai jengah sama segala omongan Diwangga yang mengomentari masa lajangnya karena kesal jadinya gadis itu sumpal dengan bala-bala dan akhirnya bungkam juga lelaki itu, "pantes gak ada temennya." cibir Bianca yang diakhiri sama gelak tawa tapi perempuan di depannya gak merasa tersinggung sama sekali malah kelihatan biasa saja, dan berakhir saling hujat. "Makanya cari pacar biar gak ngenes!"
"Lain yang ada pasangan, keliatan gak ngenes. Ati-ati aja keliatan harmonis padahal harjones." Bianca tertawa sinis tapi gak sakit hati sama candaan itu.
"Harapan jomlo ngenes maksudnya? Itu bukannya elo? Kan gue punya Bian." sahut gadis yang lagi memakan wafer di depan sana, agak malas sebenarnya si kalau sudah menyangkut pasangan. Jiraina kalah semua hal sama Bianca termaksud pasangan ya walaupun perempuan yang mencebiknya itu hanya mau menyibukkan diri dengan kegiatan kampus saja.
"Iya-iya terserah lo aja. Asal elo happy apa sih yang kaga buat lo, gue kan temen yang baik." Jiraina menyahut mengalah pada temannya gak lama ponselnya bunyi, itu notifikasi grup dari kepanitiaan Musik. Jiraina selalu kebagian seksi komsumsi dari dulu juga gak pernah ganti kalau ikut festival Porseni gadis tersebut mendapatkan sekertaris, dan jika acara lainnya diadakan hanya membantu kostum doang. "Juned sialan gak bisa apa diem sehari aja! Gue terus yang jadi bahan ledekkan!" seru gadis tersebut sebal. Keluhan gadis yang lagi menaruh ponsel itu kedengaran sama Bianca, makanya teman perempuannya ini bisa menyahut begitu.
"Juned saha? Junedi Murdi? Lha kok kenal! Tetangga gue tau!" tukas temannya menyerus riang. Bianca juga agak sebal sama kelakuan Juned yang gak pernah menghargainya sebagai tetangga sebelah rumah gak bedanya sama tingkah koplak adiknya, selalu saja buat masalah dengannya.
"Iya-iya! Kbl! Kesel banget loch, sama dia kaya orang kurang belaian. Najis banget gue!" Jiraina gak sengaja menolak panggilan Aruna tapi cowok itu gak kesasar kok jadi tenang saja. "Udah gitu kalo di grup gak pernah absen sama ngumpatin gue dan habis gitu nyomblangin gue sama anak sebelah, anak tehnik angkat berat. Kan kesel guenya!" perasaan teman-temannya gak datang-datang apa mereka yang kelamaan di dalam rumah atau bagaimana, tadi mereka bilang sudah dijalan tapi gak ada kabar sama sekali. Jiraina keluar dari rumah dan kaget karena halamannya rame banget kaya piknik anak tk saking ramenya, bukankah tadi Aruna bilang cuma anak kerkom saja kenapa jadi satu kampus dibawa juga.
"Kenapa rumah lo jadi taman hiburan?!" bisik Bianca yang gak sangka kalau teman Aruna sebanyak itu.
"Aru! Kan elo bilang cuma mau ngajak anak kerkom doang!!"
"Ouh, itu bukan anak kampus kita. Mungkin tetangga lo atau anak kampus lain." Jiraina tau pasti kalau teman lelakinya sudah berkata demikian dan hal ini bisa dipastikan bahwa anak lain tersebut merupakan tongkrongan dari Dila. Jiraina melirik malas kumpulan anak-anak itu kaya gak ada etikanya banget, selalu saja buat masalah di depan kediamannya.
Perempuan itu langsung ke rumah sebelah dan menggendor pintu rumah Dila yang mana pacar mantan abangnya ada di dalam, "kalo mau kulbo jangan di sini!! Tuh bawa temen lo pulang!! Ganggu pemandangan mata tau gak!!" sinis gadis yang berlengang pergi lalu kemudian mengajak temannya masuk dalam rumah. Jiraina masih tersulut emosi tapi yang lain gak banyak tanya kenapa gadis yang lagi misuh-misuh itu terlihat gak suka sama tetangganya sendiri. Diwangga memerhatikan rumah teman wanitanya lalu melengang ke arah dapur yang sontak saja meminum air es teh milik Bianca. Bianca melotot gak percaya ketika ke arah belakang: gadis yang memukul kepala belakang temannya itu memincing horor dengan tatapan mematikan. Bahkan Diwangga menaruh kembali gelas tersebut dan memundurkan langkahnya pergi dari sana.