Chereads / Dorgante / Chapter 3 - 3

Chapter 3 - 3

Domain membaca sebuah artikel hari ini ia ada penyelidikan mengenai orang-orang yang memiliki lebih dari satu karakter karena ada banyak laporan yang masuk mengenai pembunuhan secara sadis tiap bulannya, pemuda itu tak pernah mengkhawatirkan lingkungan adiknya; dirinya yakin jika adik perempuannya itu aman dari segala marabahaya, ketika Komandan memanggil pemuda itu tidak sengaja mengscroll ke arah artikel yang tak disengaja olehnya. Artikel; Alter ego adalah kepribadian lain yang dimiliki oleh seseorang, yang pada umumnya bertolak belakang dengan kepribadian aslinya. Ketika alter ego muncul, seseorang seolah memiliki identitas diri dan riwayat kehidupan yang berbeda dari identitas asli penderita. Alter ego biasanya muncul dipicu oleh stres dan kondisi sosial. Alter ego biasanya tercipta sebagai bentuk pertahanan diri misalnya seseorang merasa tidak seperti yang diinginkan atau mengingkan kehidupan lain yang diharapkan, atau salah satu cara seseorang melarikan diri dari masalah.

Jika teman Anda memiliki alter ego, yang dapat Anda lakukan hanyalah berusaha berbicara sebaik-baiknya, menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi; Anda mungkin perlu menyampaikan hal ini berulang-ulang agar teman Anda mengerti. Jika alter egonya sudah lebih tenang dan teman Anda sudah kembali menjadi dirinya, cobalah komunikasikan pentingnya konsultasi dengan dokter spesialis jiwa terutama jika alter ego ini sudah mendominasi kehidupannya dan mengganggu aktivitas sehari-hari dan hubungan sosialnya. Cobalah untuk membantu teman Anda untuk mencari pemicu/ penyebab munculnya alter ego ini agar dapat ditangani.

Semoga membantu.

Lalu kemudian menurun ke bawah karena komputer yang digunakan agak sedikit eror, sekembalinya Domain pemuda itu melanjutkan lagi aktivitasnya membaca artikel dan mencari tahu mengenai case yang akan pemuda itu selidiki. Domain mengambil walkie talkienya lalu melangkahkan kakinya ke arah mobil dan segera mengintai beberapa DPO, lelaki itu sudah siap dengan seragamnya yang layaknya seorang intelegent profesional. Pemuda itu berhenti di salah satu rumah paling megah dan Domain terkejut saat melihat teman adiknya ada di area berbahaya ini, laki-laki itu segera turun lalu memberi peringatan pada gadis tersebut. "Sia? Ngapain di sini? Kenapa kamu sendirian aja yang lain mana?" Brisia terperanjat kemudian tersenyum simpul pada kakak teman baiknya itu.

"Loh kak Domain? Lagi cari sesuatu di dekat sini?" gadis itu malah membalikkan pertanyaan dan membuat lelaki yang ada di depannya menghela pendek, mau tak mau Domain harus menjelaskannya. Perempuan yang ada dihadapannya kini menjadi diam lalu berpikir agar bisa mendapat alasan bagus, tidak mungkin jika Brisia mengatakan hal yang tak dipercayai oleh orang-orang pasti akan di anggap gila nantinya, perempuan tersebut mengulum bibirnya tersenyum lalu menggeleng perlahan.

"Kebetulan lewat. Kamu belum jawab pertanyaan kakak." Brisia mengangguk pelan; siapa yang tidak tau pekerjaan kakak dari temannya ini, banyak yang menggilai Domain tak hanya kalang anak muda saja bahkan kaum ibu-ibu seperti mamanya saja senang dengan pemuda yang ada di depannya, jadi tak mungkin Domain hanya kebetulan lewat saja.

"Cuma lagi cari jalan tikus aja, percaya kok, percaya." Domain mengangguk lalu keduanya tertawa bersama seakan ada yang lucu dengan ucapan lelaki itu, Brisia cukup asik jika bersama kakak Jiraina, entahlah Domain merasa kalau perempuan itu sangat dewasa dibadingkan dengan adiknya. Bahkan pemuda itu tak yakin bagaimana kelakuan Jiraina selama bersekolah ataupun berkuliah, pemuda itu memberikan Brisia sebuah tumpangan akan tetapi wanita tersebut menolaknya.

"Searahkan? Bareng aja, aku juga mau ke Jaksel."

"Gak deh kak, lain kali aja. Nanti repotin lagi akunya, gak masalah kok cuma beberapa detik lagi dari sini," tolak Brisia yang kemudian di pahami oleh si laki-laki, selepas Domain pergi perempuan melanjutkan langkahnya lagi dan tidak lama sebuah pisau menghujamnya secara bertubi-tubi. Jiraina berlari dari arah pintu koridor rumah sakit, jelas dirinya tidak sendiri ada Bianca bersamanya dan juga Aruna yang memang mengantar perempuan di depan itu. Beruntungnya nasib baik sedang berpihak pada Brisia karena hanya diperban pada bagian luka luar saja, perempuan itu merasa tuhan sudah melindunginya dari bahaya itu.

"Bris!" panggil Jiraina khawatir.

"Gue gak apa-apa," suara lemah perempuan yang terbaring itu menyapa pendengarannya. Jiraina benar-benar khawatir akan keadaan teman baiknya tersebut, tak lama yang lain datang dari arah belakang. Aruna juga tampak cemas sama seperti Jiraina, perempuan yang tengah menanyainya itu tak mau menghentikan segala ocehannya. "Gue tadi ketemu kakak lo, gue rasa kak Domain lagi selidiki sesuatu sih." Jiraina memukul pelan lengan temannya itu, ia tak suka jika Brisia membahas sang kakak dalam keadaan yang kurang baik.

"Lo lagi sakit!!" omelnya yang langsung berubah menjadi lebih galak dari sebelumnya. Aruna agak penasaran dengan apa yang telah terjadi namun Brisia enggan bercerita mengenai hal yang membuatnya ditikam seperti ini, ada yang aneh akan sifat perempuan ini, Diwangga menyadarinya bukan hanya pemuda itu bahkan Aruna juga sadar akan perubahan itu.

Aruna menggenggam tangan perempuan dengan lembut agar si Brisia tak merasakan takut lagi namun itu tidak menjamin effektifnya perempuan tersebut mau bercerita, pemuda yang berdiri disamping Jiraina itu memincingkan matanya meneliti.

"Lo yakin gak ada yang terjadi?" desak Diwangga.

"Gue yakin kok!" seru Brisia agak sedikit menaikan nada bicaranya, Aruna benar-benar heran jika itu memang kenyataannya kenapa Brisia harus memaki Diwangga seperti itu, bisa saja kan mengatakannya pelan-pelan. Ini memang di luar kuasa mereka untuk meminta agar Brisia menceritakan seluruh kisahnya saat penikaman terjadi, perempuan itu tak ingin ada yang tau jika sebenarnya: penikaman itu bukan tanpa alasan. Seorang pemuda sedang membersihkan belatinya dengan air hujan, pria yang saat kini berjalan ke arah jendela lalu membukanya agar dapat membersihkan benda kesayangannya itu dari darah korbannya itu agak membuatnya lebih kerepotan. Lelaki itu mencium belati kesayangannya kemudian menaruhnya pada laci meja nakas, pemuda itu bahkan tak peduli dengan racun yang ada di tangannya seakan telah menempel.

"Brisia," ucap laki-laki itu. "Gue harap lo mati dengan racun ini," lanjut pemuda yang memandang sebuah photo dan merobek photo perempuan yang ada di papan penanda, sang pemuda tersenyum licik lalu mengecup belatinya dengan penuh cinta. Jika pikirannya terbuka risiko yang dia dapat akan memperburuk situasinya kala itu, bahkan secara tidak sadar pemuda itu membuat polisi mengusut case ini lebih mudah. Yuandra Tamrin. Meski dirinya terlihat normal namuan siapa yang menyangka jika dalam tubuh pemuda itu ada jiwa pembunuh, pria itu bahkan tak pernah menghargai apa yang telah dirinya punya atau simpan, pikirannya hanya ada mati, mati dan mati. Kendati demikian gadis itu tetap akan mati di dalam genggamannya meski mustahil untuk membebaskan diri secepat itu.