"Aduh, sakit," rintihnya melihat obat merah yang Anxel berikan.
"Durinya udah gak kelihatan sayang, kayaknya udah lepas deh," ujar Anxel.
Seorang pembantu membawa secangkir teh hangat, yang disajikan untuk Nara. Rambut acak-acakan, dan matanya yang masih sembab karena tangisan semalaman.
"Saya pikir gak bakalan bisa selamat," ujarnya membuat dua orang itu menoleh.
"Kamu gak boleh bicara seperti itu, Nara," tutur Amira.
"Semua ini salah saya, gak bisa mempertahankan berkas itu, harusnya begitu saya mendengarnya langsung disobek saja, sekarang nasib perusahaan Tuan Anxel dalam bahaya," sesalnya.
"Berhenti menyalahkan diri kamu sendiri, yang sudah banyak berkorban. Terima kasih Nara, mulai setelah ini saya sudah tidak bisa lagi memperkerjakan kamu," jawab Anxel.
"Masalah ini tidak bisa dibawa ke hukum, karena kamu tanda tangan secara sukarela di berkas tersebut. Tidak ada cara lain yang bisa kita lakukan," gumam Amira.