"Tolong, jauhi aku mulai sekarang, aku gak mau Anxel tambah marah nanti dan berbuat nekat," pinta Amira.
"Dia terlalu berlebihan. Baiklah, aku terima kembali ini, tapi jangan suruh aku untuk menjauh."
Lelaki itu tak lagi mendengarkan ucapan Amira, malah masuk ke dalam kamar begitu saja.
Amira baru saja melangkah kembali didengar suara panggilan dari Gerald.
"Mau jalan?" Membuat Amira membalikkan badannya.
"Pasti kamu bosan di kamar terus. Mendingan ikut aku," sambungnya.
Tak bisa dibohongi, memang itu yang Amira rasakan kini. Bingung, hatinya ingin menerima, di sisi lain dia takut kepada Anxel.
"Aku yang nanggung resikonya." Tanpa ijin, dia menarik tangan Amira.
"Eh!"
"Iya maaf, reflek. Kalau gitu kamu jalan lebih dulu." Gerald melapas genggaman tangannya.
Kebetulan mobil Gerald masih ada di bengkel seberang jalan sana. Jadi, terpaksa mereka harus melewati beberapa kendaraan yang melintas.
"Mau pegangan gak?"
