Kanaya berjalan menyusuri lorong rumah tersebut. Kembali menuju ke kamar yang sudah dia kunjungi beberapa menit lalu, dengan kedua jari tangannya yang selalu dia mainkan, untuk mengalihkan fokusnya pada hal ini. Maju mundur rasanya, hendak mengetuk pintu itu, karena memang dia masih sangat takut.
Ceklekk!!
Terlebih dulu, Amira sudah membuka pintu dan menunjukkan wajahnya di hadapan gadis tersebut.
"Sejak kapan berdiri di sini, Nak? Hampir saja Tante berteriak karena terkejut," tegurnya.
"Hehe ..., baru saja kok, Tante."
"Sudah selesai siap-siap? Tante mau bantuin padahal," lanjutnya mengamati wajah cemas Kanaya saat ini.
"Tante, ada kendala saat Kanaya hendak membereskan semuanya."
"Masalah apa?"
"Baju milik Kanaya, sepertinya harus beli yang baru. Kanaya tidak akan meminta banyak, hanya dua pasang saja sudah cukup kok," jelasnya tak mau terlalu membebani.