Amira mencoba menerapkan cara lain yang dia rasa bisa lebih ampuh daripada harus membuang tenaga untuk berdebat dengan sang suami.
"Sayang, aku lihat-lihat, kamu semakin tampan saja setiap hari. Membuat aku semakin jatuh cinta saja. Boleh gak, kalau aku dulu yang mandi, nanti malam kamu bisa ...." Amira mengedipkan matanya, bukan membuat Anxel tergoda, justru lelaki itu semakin mual jadinya.
"Tidak sayang, Amira cantik istriku yang manis. Aku tetap tidak mau mengalah."
Amira mengepal kedua tangannya, satu kakinya sebelah kanan menghentak pada lantai menandakan kekesalannya yang sudah pada level paling tinggi.
"Anxel, apa itu!" Tangannya menunjuk ke atas langit-langit kamar, meski sebenarnya tidak ada apapun di sana tapi ini adalah salah satu cara kebohongan agar dia bisa masuk terlebih dulu.