"Terima kasih Juna, bagaimana kalau mampir sebentar? Kita minum kopi bersama? Ibu pasti senang, jika ada temanku yang mau mampir ke rumah. Kopi buatannya terkenal paling enak loh," pujinya membanggakan.
"Tidak perlu repot-repot, meski sejujurnya aku sendiri juga ingin merasakan minuman buatan ibumu. Tapi, sepertinya Diana membutuhkan aku, kami sudah ada janji sebelumnya," tolaknya dengan halus.
"Baiklah, aku paham."
Lelaki itu langsung saja kembali masuk ke dalam mobilnya.
"Setelah merenung semalaman lebih, kini aku mendapat pencerahan sepertinya. Iya, aku harus mengejar cintaku. Akan aku hapus semua dendam yang ada di dalam diriku ini. Aku tidak mau, membuat Diana terpukul lagi," tekadnya.
Melihat adanya penjual bunga keliling saat mobilnya berhenti di lampu merah, lelaki itu langsung membuka sebagian kaca jendelanya.
"Mas, minta satu bunga mawar merahnya yang masih segar," pintanya.
"Silahkan dipilih ...."
"Ambil kembaliannya."
"Terima kasih."