Anxel yang masih sangat lemas, terus berusaha bangkit dari tempat tidur tersebut.
"Tuan, kondisi Anda belum stabil. Saya minta, tetaplah berada di sini," tutur bibinya.
"Aku ingin mendampingi istriku, Amira," tekadnya bersuaha menginjakkan kaki pada lantai dingin di rumah sakit tersebut.
"Tidak untuk sekarang Tuan, dokter akan memberikan penangan terbaiknya untuk Non Amira."
Sepertinya Anxel sedikit mendengarkan perkataan bibinya barusan.
"Tuan," panggilnya kembali.
"Apakah saya harus memberitahu kepada keluarga di Jakarta? Perihal kabar tentang Non Amira yang hendak melahirkan ini? Saya merasa khawatir, jika mereka marah nanti," jelasnya.
"Bibi, ke mana ponselku? Biarkan aku yang menelepon Mama."
Wanita itu tidak melihatnya sama sekali. Mereka menemukan lelaki itu, tanpa membawa barang apapun kecuali tubuhnya sendiri.
"Sepertinya hilang, Tuan ...." Bibinya mengalihkan perhatian dengan membereskan beberapa baju Anxel, yang dia bawa dari rumah.