"Kamu bentak Mama?" tanya wanita itu mempertegas.
"Mama duluan yang mulai. Amira gak terima kalau ada orang yang bilang Anxel sudah tiada. Dia masih hidup, Ma! Berapa kali harus Amira jelaskan?"
"Dengar, ya! Sadarkan diriku, kontrol sebelum kamu dikuasai oleh pikiran buruk, Amira!" tutur mamanya.
"Percuma bicara sama Mama, gak bakalan ada habisnya."
Wanita itu memaksa agar kedua orang tuanya keluar dari kamar miliknya.
"Jangan jadi anak durhaka kamu! Kalau memang benar Anxel masih hidup, mana buktinya. Berhentilah berhalusinasi, sayang!" Suara yang awalnya bernada tinggi, kini kian menyusut begitu lembut seperti sedia kala, karena memang ini bukanlah watak dari wanita itu yang sesungguhnya.
"Kenapa semua orang jahat, mereka gak ada yang percaya sama aku," rengeknya terduduk di samping ranjang.
Berkali-kali Amira melihat ke arah jam dinding, merasakan waktu berputra begitu lambatnya, hingga malam yang penuh dengan kesepian ini tak kunjung berlalu.