Di tengah pencarian mereka, Amira bertemu dengan sekarang kakek-kakek, dengan keranjangnya besar pada gendongannya. Lelaki tua kisaran sudah menginjak kepala enam, berjalan melewatinya dengan pandangan menunduk ke bawah.
"Mungkin dia salah satu penduduk di sini, aku harus bertanya kepadanya."
Anehnya saat berbalik badan, seolah lelaki itu tahu Amira hendak mengajaknya bicara, hingga dia sudah menatap tajam ke arah wanita itu.
"Astaga!"
"Amira, kenapa?" Juna yang sedari tadi tak begitu memperhatikan belakang, kini mengikuti arah pandang wanita itu. Malahan dia jauh lebih parah lagi, dalam menunjukkan ekspresi terkejutnya.
"Maaf, sejak kapan Kakek ada di sini?"
"Jun, dia tadi lewat di samping kita," bisik Amira.
"Masa iya? Kenapa aku gak sadar?"
"Makanya kalau jalan tuh, lihat-lihat."
"Kakek warga sini, ya?" Amira mencoba untuk mengakrabkan diri.
Lelaki itu mengangguk. Tanpa menjawabnya dengan suara.
"Pernah lihat suaminya dia?"