Kepala terasa pusing, sebagai ibu hamil harusnya Amira beristirahat dengan cukup. Tapi, memang benar matanya baru bisa terpejam pukul lima dini hari. Bahkan, saat ini bala bantuan sudah datang untuk membantu pencarian Anxel.
"Diana, tolong kamu jaga Amira yang sedang tidur di tenda. Biar urusan kamu, aku yang tangani," pinta Juna.
"Memangnya kamu bisa menertibkan anak-anak itu, mereka juga banyak yang susah diatur," jawab Diana.
"Jadi, kamu lebih rela aku di sini bersama dengan Amira? Yakin gak cemburu?"
Diana mengernyitkan dahinya.
"Mana ada, kepedean sekali jadi orang." Diana sangat pandai menutupi rasanya karena tak mau dengan ini, malah menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada Juna saat bersama dengannya.
"Semua wanita pasti merasakan itu, mustahil jika tidak. Aku tahu Diana, jangan disembunyikan terus-menerus." Sedikit senyum manis terkilas di sudut bibir Juna. Tanpa persetujuan dari Diana, lelaki itu langsung masuk ke lapangan perkemahan tersebut.