Napasnya terengah-engah. Anxel sudah berlari mengikuti petunjuk, tapi sepertinya sang istri sudah lebih jauh dari posisinya kini.
"Kenapa jalannya bercabang? Bukannya Juna bilang kalau semuanya lurus? Tapi, arahnya justru membingungkan seperti ini." Anxel bungkam, menyadari dirinya seperti dibingungkan oleh sesuatu.
"Aku tidak boleh salah memilih jalan. Sudah banyak tipuan seperti ini yang aku dengar dari beberapa orang di kantor waktu itu. Tapi, ini adalah pertama kalinya aku datang ke tempat ini. Sekarang, pilih yang kanan atau kiri?"
Anxel berdiri di tempatnya selama beberapa saat, untuk memikirkan semua dengan matang. Sayangnya, waktu yang dia punya sangatlah terbatas.
"Aku takut, Amira berada dalam bahaya. Dengan semua resiko yang akan aku tanggung, jalan kanan yang akan aku pilih. Arah kanan selalu lebih baik, layaknya tangan kanan, ucap orang-orang dulu," ujarnya.