"Bos, kami menemukan sosok lelaki yang mirip dengan Rangga."
Selama ini, Anxel masih terus berusaha mencari keberadaan lelaki itu. Tak adil, jika dibiarkan lolos begitu saja setelah kematian istri keduanya.
"Kirim lokasinya sekarang. Saya menuju ke sana." Lelaki itu berdiri di depan jendela kamarnya. Kedua tangan mengepal, bukan dendam melainkan rasa ingin membalas yang begitu kuat dia tanamkan dalam hatinya, seolah menjadi ambisi untuk terus mengejar Rangga sampai ke ujung dunia pun.
"Sayang, sarapan sudah siap, kamu mau makan dulu apa langsung ke kantor?" Amira datang dengan sebuah sisir di tangannya, rutinitas setiap pagi dimulai hari ini, wanita itu yang akan menata rambut suaminya sendiri.
Belum sempat dijawab, Amira sudah kembali berucap.
"Nanti pulang dari kantor, kita ke toko perabotan rumah tangga ya, soalnya semalam aku lihat kamu tidurnya banyak gerak, takut kalau Lyra kena," jelasnya.