"Gila wanita ini, pergi sekarang atau saya hubungi keamanan lain?"
"Mira, kita pulang saja ya," bujuk Keenan.
"Jadi, kamu gak mau bantu aku lagi? Ya udah, sana pergi saja sendiri, aku masih harus mempertahankan anakku. Aku yakin sekali," tekadnya.
"Pak, kasihan itu pingsan. Kita bantuin dulu, nanti janji deh, saya langsung pulang." Amira berharap ini mendapat persetujuan dari penjaga tersebut.
"Sekali saja ya, awas kalau kalian berbuat macam-macam."
Akhirnya gerbang rumah itu terbuka tanpa Amira harus mengeluarkan tenaganya berlebih untuk memanjat.
"Bantuin angkat!" Amira menggerakkan alisnya, agar lelaki itu mau membantu menolong wanita yang pingsan karena ulahnya.
Sementara bayi itu, menjadi urusan Amira. Penuh drama langkahnya seolah tak bisa cepat, Amira menghayati setiap gerakan yang dia ambil.
"Apa benar dia putriku."
"Kalau iya, pasti ini bagaimana keberuntungan, bahkan keajaiban dari Tuhan."