"Jangan pernah bahas masa lalu lagi, karena sekarang yang ada hanyalah masa depan kita berdua," ucap Alex.
"Bukannya kamu yang terus mengungkit?"
"Untuk kita berdua. Mulai detik ini. Sekarang kita pulang, aku gak mau terlalu lama di sini, tadi banyak orang yang membicarakan keluarga kita," jelasnya.
Sesungguhnya Luna pun juga mendengar.
"Aku masih harus mampir ke rumah almarhum mama, kangen," ucapnya.
"Aku antar, tapi setelah itu kita langsung kembali ke kota."
Rumah kayu, dengan warna dinding yang sudah mulai luntur. Debu-debu tebal, menyelimuti setiap sudutnya, membuat Alex ingin sekali bersin, padahal baru satu langkah dia mendekati tempat itu.
"Memangnya kamu punya kunci?" Pintu rumahnya pun digembok, saat ditinggalkan oleh Luna.
