"Kasihan sekali mereka ini, tidak terbayang kalau aku ada di posisinya, hidupnya pasti tak tenang," batin Amira.
Perut Amira rasanya sakit, tiba-tiba. Wanita itu mencoba menahannya, meski Dinda masih bisa melihatnya.
"Kamu kenapa, Amira?"
"Tidak, mungkin cuma pergerakan biasa, jadi terasa sakitnya," jawab Amira.
"Oh, jadi kamu lagi hamil? Tunggu sini bentar ya, aku ambilkan ramuan ampuh," pamitnya.
Perlakuan wanita itu, mengingatkan dengan Nek Ratna yang ada di rumah. Amira sangat merindukan semua orang rumahnya.
"Ini untuk meredakan rasa sakitnya, sekarang kamu berbaring ya," suruhnya.
Amira merasa nyaman berada di tempat itu, meski tampak tak layak, tapi kebaikan orang-orang di sana yang mampu mencuri perhatiannya.
"Kamu gak punya keluarga?"
"Kata orang tua angkatku, sebelum akhirnya mereka buang aku kayak gini, dulu itu aku punya keluarga yang sangat aku sayangi."
"Em, kamu yang sabar ya ...."