Mertua Amira begitu gelisah, ponsel Amira tak aktif sedari tadi. Angin kencang ini, bisa membahayakan siapapun yang berada di luar ruangan. Ditambah lagi, Lyra yang menangis terus-menerus.
Ceklek.
"Anxel pulang, Ma," sapa lelaki itu.
"Sayang, kamu bisa tolong cari Amira gak? Ponselnya gak aktif, Mama khawatir banget sama dia," pintanya.
"Amira belum pulang?"
"Hujannya sangat lebat, Anxel saja tadi kesulitan mengendarai mobil. Kalau gitu Anxel langsung berangkat Ma," pamitnya.
"Mama ikut, ya." Amira sudah dianggap bagai anak kandungnya sendiri.
"Terlalu berbahaya. Mama tunggu di rumah saja."
"Jangan lupa kasih kabar, ke Mama ...."
Anxel tak lupar membawa dua payung yang dimasukkan ke dalam mobilnya. Anxel berhenti, begitu melihat beberapa orang warga melintas di sekitar jurang.
"Pak, mau ke mana?"
"Cari istri saya, dia tadi pergi ke sini," tunjuk Anxel.
"Dari tadi kami ada di sini, dan tidak melihat seorang pun," sahut warga.