Keesokan paginya.
Anxel memutuskan untuk menjual rumah itu, agar bayangan Andin pun, bisa segera dilupakan olehnya. Barang-barang mereka sudah dibereskan.
"Mira, ada mertua kamu di depan."
"Loh, mereka gak kasih tahu Amira kalau mau datang ke sini," jawabnya.
"Sudah, kita langsung temui saja." Anxel merangkul pundak wanita itu.
Keluarga kecilnya kini sudah kembali, tanpa ada kehadiran orang ketiga lagi.
"Mama," panggilnya begitu keluar dari rumah.
"Sayang, Mama kangen banget sama kamu. Pulang ke rumah Mama aja ya," pintanya.
"Iya Mira, kami kesepian sudah lama kalian meninggalkan rumah itu. Mau, ya?" bujuk papa mertuanya.
Anxel menatapnya, lantas menganggukkan kepala, lelaki itu mendukung penuh apapun yang menjadi pilihan Amira kini.
"Baiklah, Ma, Pa, Amira mau."
"Mira, apa Kanaya boleh tinggal sama Mama aja?" sang mama mendengar sekilas pembicaraan mereka.
"Amira gak bisa jawab, terserah sama anaknya saja, Ma," jelasnya.
