"Kasih tahu ke Juna, sekarang, Pa!"
"Tapi, kamu janji setelah tahu nanti, jangan marah sama Papa. Karena ini, adalah jalan yang Papa pilih," jawabnya.
Juna terlihat berkaca-kaca. Putus sudah harapan yang didambakan olehnya selama ini.
"Dia adalah wanita yang sudah lama Papa kenal. Kamu juga akrab dengannya," lanjutnya.
Juna berpikir keras, tak ada wanita yang dikenal dekat olehnya selain ....
"Coba tebak," suruh papanya.
"Mamanya Amira?"
Papanya tersenyum.
"Beneran, Pa?"
"Iya, dan rencananya Papa mau melamar dia secepatnya."
Juna berusaha menekan keegoisan dalam dirinya. Apalagi eskpresi wajah papanya yang sangat sumringah, begitu menceritakan hal ini.
"Pa, yakin gak ditolak? Juna takut, nanti Papa patah hati lagi, yang repot juga Juna," jawabnya.
"Kamu tenang saja, Papa sudah suruh orang untuk memastikan terlebih dulu, jadi gak bakalan malu nanti."
"Siapa?"
"Jangan-jangan Amira? Tadi, Juna lihat kalian bicara berdua?" Tebakannya tak pernah meleset.