"Saya bukan Mama kamu," jawabnya.
"Juna!!" Amira berlari menghampirinya bersama dengan Anxel.
"Ma, jangan hiraukan ucapan Juna barusan ya, dia lagi sedih, jadi suka halusinasi. Mama mau pulang, ya? Gimana kalau Amira bantu cari taksi di depan?"
Wanita itu menurut, meski dia masih merasakan sesuatu yang berbeda saat lelaki itu menyentuh tangannya.
"Kenapa aku merasa begitu dekat dengan lelaki ini, siapa dia sebenarnya," gumamnya dalam hati.
Juna hendak kembali mengejar, tapi tangannya sudah terlebih dulu ditahan oleh Anxel.
"Sedikit lagi aku bisa tahu, Anxel! Kenapa kalian berdua malah menghalangiku?"
"Juna, kamu tenang dulu, pelan-pelan, gak kayak gini caranya. Kamu sudah dengar tadi, mama aku belum mau ngaku, kalau terus dipaksa yang ada di akan semakin benci sama kamu. Mau kayak gitu?" Perkataan Anxel, cukup menampar kenyataan yang Juna rasakan.
Amira kembali seorang diri, berjalan mendekat ke arah keduanya.
"Kamu urus Juna, aku ambil mobil dulu," suruh Anxel.
