" Gimana kalo yang ini?"
" Ngak deh Tan, kalo buat Reina kata Raisa lebih baik yang itu"
" Emh ia benar. Kamu ganti ini yah sayang, bunda sama Raisa mau lihat"
Reina yang terpaksa pun kembali lagi mengganti pakaian yang dipilihkan oleh bunda dan sahabatnya tersebut.
' Astaga, kebiasaan Bunda sama Raisa ngak bisa hilang. Ya tuhan padahal aku sudah capek bolak-balik ganti pakaian yang sesuai dengan kemauan mereka' batin Reina.
Reina pun keluar dari ruang ganti dengan menggunakan pakaian yang tadi telah di pilihkan oleh kedua wanita tadi.
" Udah yah ini yang terakhir, Reina capek nih"
Rose dan Raisa melihat Reina dengan pakaian yang mereka pilihkan berbinar senang.
" Tuh kan Tan, cocok banget di pake sama Reina"
Rose menganggukan kepalanya " Kamu benar Sa, Bunda aja suka Reina memakai pakaian itu"
Mereka berdua pun bertos ria dan mulai mencari kembali pakaian yang akan mereka beli.
Sementara Reina hanya menggelengkan kepalanya dan kembali keruang ganti untuk memakai pakaiannya yang tadi.
Setelah 30 menit berlalu acara belanja tersebut selesai dan Reina yang melihat barang bawaan bunda dan sahabatnya itu hanya menghela nafas berat dan memerintahkan salah satu dari pengawal mereka menyimpan belanjaan tersebut di mobil.
" Sudah kan?" tanya Reina.
Mereka berdua hanya menganggukan kepala.
" Kalo begitu Bun, mending kita isi perut dulu. Ini sudah lewat jam makan siang"
" Oke"
Mereka bertiga pun berjalan ke arah restoran mewah yang ada di sekitar Mall tersebut.
Ting
Suara ponsel Rose pun mengalihkan perhatian mereka dari menu yang akan mereka pilih.
*Suamiku
" Kalian sudah selesai?"
" Sudah sayang, kapan kamu pulang?"
" Sore ini, bersama putra tercintamu"
" Baiklah, apakah kalian sudah makan siang?"
" Belum, tapi kami sedang menuju perjalanan untuk makan siang bersama Jason"
" Hati-hati di jalan, dan berikan salam ku untuk Jason dan keluarganya"
" Oke, Aku mencintaimu"
" Aku juga mencintaimu, Sayang"
Reina yang melihat tingkah bundanya mengetahui siapa yang sedang bertukar pesan dengan bundanya tersebut.
" Ayah?"
Rose yang mendengar itu melirik anaknya dan tersenyum cerah " ya, Ayah mu"
Mereka pun memesan makanan yang mereka pilih dan menunggu sambil bercengkrama.
*Restoran lain di dekat kantor Mahendra
" Jadi Nak, kamu ada bisnis apa dengan Jason?"
Reno yang ditanya seperti itu mencoba untuk tenang.
" Pembangunan Mall di daerah malang yah"
Roy hanya menganggukan kepalanya " Baiklah Ayah mempercayaimu, jika butuh bantuan bilang saja. Dan Ayah hanya akan ikut makan siang saja bersama kalian setelah itu Ayah akan pergi melihat proyek kita yang sedang dibangun"
" Baik yah"
Merasa tidak ada percakapan lagi Roy pun mengeluarkan ponselnya dan berbalas chat dengan istrinya.
Tak lama kemudian Jason pun datang.
" Maaf saya telat datang"
Roy yang mendengar suara sahabatnya yang datang mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.
" Hai Bro, sudah lama sekali yah kita tak bertemu"
Jason hanya tersenyum dan mulai memeluk Roy sambil menepuk punggungnya.
" Semakin Tua kau semakin bersinar Roy"
" Kau pun sama"
Mereka pun tertawa bersama, sedangkan Reno yang melihat itu hanya menghela nafas dan mulai menyapa Jason.
" Selama siang Om"
" Siang Reno, kamu semakin dewasa saja yah. Terakhir kali Om melihatmu saat pesta pertamamu sebagai pewariskan?"
" Ia Om"
Mereka pun duduk dan menikmati makanan yang telah disediakan oleh pelayan tak lama kemudian terlihat Sena yang akan melewati meja mereka.
Roy yang sudah menganggap Sena keluarga pun memanggilnnya untuk ikut makan siang bersama, Sena yang tak bisa menolak pun ikut bergabung bersama mereka.
Sebenarnya Sena bukan tidak sengaja datang ke restoran yang sama dengan Reno tapi karena pembahasan dan kejadian kemarinlah yang membuat Sena dan Reno akan bahas dengan Jason tanpa sepengetahuan Roy, walaupun sekarang Roy ikut makan siang tapi mereka bertiga akan membahasnya setelah Roy selesai dan meninggalkan mereka.
" Apa kabarmu Nak?" tanya Roy kepada Sena
" Saya baik Om, bagaimana dengan Om?"
" Saya selalu baik Hahaha, oh ia perkenalkan ini sahabat Om namanya ....."
" Tanpa kau kenalkan aku sudah tahu bocah itu Roy" perkataan Roy pun dipotong oleh Jason
" Apakah kalian sudah saling mengenal?" tanya Roy yang bingung dengan ucapan Jason.
" Yah, dan dia adalah Profesor di Universitas putri kita"
Roy yang mengerti pun tertawa " Hahaha, Baiklah"
Mereka pun melanjutkan acara makan mereka hingga selesai.
" Maaf yah, aku tak bisa berlama-lama karena masih banyak pekerjaan. Nikmati waktu kalian" Roy pun pergi dari hadapan mereka bertiga.
" Baiklah, Om maaf sebelumnya bisa kita pindah tempat yang lebih privasi, karena masalah ini cukup serius"
Jason tidak mempermasalahkannya dan mengikuti kemauan Reno.
Setelah mereka sampai di privat room, Reno mengeluarkan beberapa dokumen yang ia bawa dan baru ia dapatkan semalam.
" Sebelumnya saya minta maaf mungkin om belum mengenal rekan saya ini pada saat awal pertemuan sampai saya menitipkan anak om untuk diantar pulang oleh sahabat saya ini. Saya tahu kepercayaan om sangat besar apalagi kecurigaan om terhadap seseorang yang om baru kenal"
Jason hanya tertawa " Hahaha, Om yang seharusnya minta maaf Ren apalagi untuk Sena, Om yang terlalu panik dengan kondisi Dea yang sembab, sampai Om hampir membuat Sena babak belur tanpa tahu kejelasan yang sebenarnya"
Sena hanya tersenyum maklum " Saya mengerti Om, dan saya sudah memaafkan Om. Karena ini hanya kesalah pahaman saja"
Jason menepuk bahu Sena " Kamu anak yang baik Sen"
Reno hanya tersenyum melihat itu, ia sudah tahu watak Jason yang hampir mirip dengan Ayahnya apalagi sudah menyangkut persoalan keluarga mereka, mereka akan lebih berhati-hati dalam bertindak demi menghindari masalah yang akan terjadi.
" Baiklah Om, mari kita mulai pembahasannya. Mungkin secara garis besar Om sudah mengetahui kejadian kemarin yang dialami oleh Putri om dan teman Adik saya, dari putri om maupun Sena"
Jason hanya menganggukan kepalanya saja " Ia, kamu benar"
" Dan semalam rekan saya ini mulai menggali kejanggalan yang terjadi di kampus tersebut. Sen bisa kamu jelaskan?"
Sena hanya menganggukan kepalanya dan mulai memperlihatkan dokumen yang ia bawa kepada mereka berdua.
" Sebelumnya ini mungkin belum terjadi dikampus, tapi ternyata kejadian ini sudah terjadi selama satu tahun ini. Saya mulai mengecheck CCTV yang berada di sekitar kejadian, awalnya tidak ada yang jangkal akan tetapi setelah di teliti lebih lanjut CCTV di beberapa waktu ada yang memanipulasinya"
Reno yang melihat di atas meja ada flashdisk pun mengangkatnya dan berkata " Kau sudah menyalin file CCTV yang aslinya?"
" Ia, dan kita bisa melihatnya dengan teliti"
Reno pun mengambil laptop dari anak buahnya yang sedang berjaga dan mencoba untuk membuka file tersebut.
" Aku sudah menyalin setiap waktu kejadian itu terjadi, dan hal ini sudah terjadi 6x setiap 2tahunnya"
Jason dan Reno langsung melihat ke arah Sena.
" Apa kamu serius Nak?" Jason bertanya dengan suara tinggi karena masih tak percaya.
" Ia Om, tadi malam saya mengechecknya dengan anak buah kepercayaan saya"
Reno hanya terdiam dan mulai memutar video yang terjadi di lorong dekat kejadian tersebut.
Terlihat dengan jelas seorang wanita yang di seret paksa oleh dua orang yang berbadan besar dan diikuti oleh beberapa pria lain yang bercengkrama dan tertawa.
Setelah 3jam kemudian terlihat salah satu pria yang menyeret wanita tadi menyeret karung dan nampak berceceran darah pada lantai tersebut.
Video tersebut membuat Reno dan Jason memelototkan matanya.
" Astaga, mereka melakukan hal bejat dan berdosa. Kalo begini kita harus segera melaporkan kepada polisi" Ucapan Jason membuat Sena membuka kembali suaranya.
" Maaf Om, sebelum itu kia harus mencari bukti yang lebih kuat karena semalam anak buah saya mencari tahu lebih jauh lagi tentang hal ini, dan hal ini sulit jika kita langsung meminta polisi menangkap mereka, yah walaupun saya mengetahui posisi om dan keluarga Reno memiliki kekuasaan yang lebih tapi beberapa pihak polisi yang berkuasa ada di tangan mereka"
" Kamu sudah mengetahui identitas mereka Sen?" Reno pun mulai penasaran.
" Sebagian dari pria itu aku sudah tahu dan salah satu dari mereka adalah wakil direktur kampus tersebut"
Reno melotot mendengar itu " Kamu serius Sen? Pria tua yang memiliki tatapan mesum itu?"
Sena hanya menganggukan kepalanya.
" Kamu mengenalnya Ren?" tanya Jason yang bingung dengan ekspresi Reno.
" Ia Om, dia dulu hampir ketahuan mengintip mahasiswa di toilet"
" Astaga, kita harus mencari bukti dan mencari identitas semua pria brengsek yang ada di vido itu. Om akan bantu kalian demi anak om juga, mungkin om bisa memindahkan Dea ke Universitas lain, tapi om masih memiliki hati kepada korban-korban yang sudah dianiaya"
Reno dan Sena terseyum " Baik Om, mohon bantuannya"
Dan mereka pun mulai mendiskusikan apa yang harus dilakukan dan mencari identitas mereka dan permasalahan ini sampai ke akar-akarnya.