"Bukan, aku tidak pernah sama sekali memikirkan hal-hal buruk seperti itu sebab aku sangat bersyukur jika memilikimu, Lea."
Leandra hanya menarik napasnya yang tdiak beraturan dan juga menangis namun tanpa mengeluarkan suara.
Menangis tanpa mengeluarkan suara, itulah yang paling menyakitkan dan membuat luka dalam lebih terasa sekali.
Karena posisi mereka duduk berhadapan di atas tempat tidur, Rigel mencoba memegangi jemari Leandra yang masih menangis tersebut.
"Jangan seperti itu, kamu sangat berarti sekali untukku, Lea."
Leandra sepertinya sudah kalut hingga enggan memperdulikannya yang ada si sampingnya, kini ia hanya berbaring dengan memunggungi Rigel saja.
Saat itu Rigel masih berusaha untuk berbaikan dan membujuk Leandra agar tidak marah kembali, tetapi mungkin malam kali ini Leandra memilih untuk diam saja dibandingkan terus menerus berceloteh, tenaganya sudah terkuras karena pekerjaan dan pertengkaran pula kali ini.