Setelah adanya drama pertengkaran antara Disha dan Saga sore tadi, malam ini model cantik Ines Alve tengah bergelung di balik selimut. Kaki jenjangnya ia selonjorkan di atas kasur dengan kaos kaki serta selimut yang menutupinya.
Hangat sekali memang, apalagi saat hawa dingin dan suasana langit malam tanpa bintang seperti saat ini. Sunyi. Sepi. Sendu.
Namun lain halnya dengan benak Ines yang ramai, ruwet, random. Sudah larut malam dan wanita itu masih saja asik scroll ponsel yang menampilkan pemberitaan dirinya dan Saga. Foto-foto mesra saat di G-Land kemarin menghiasi laman instagram di berbagai akun gosip.
Sepanjang skandal antara dirinya dan Saga, mungkin berita inilah yang bisa dibilang cukup menggemparkan. Kata-kata miring yang dituliskan admin akun gosip dalam caption fotonya cukup membuatnya meringis. Jangan lupa pula komentar netizen baik yang tak kenal dirinya atau bahkan hatersnya dan Saga, juga turut meramaikan kolom komentar.
Lihatlah, bagaimana jari yang semula digunakan untuk untuk melakukan hal-hal baik, kini dialihfungsikan untuk menggantikan peran mulut. Yang bahkan mulut itu sendiri mungkin saja tak berani mengatakannya secara langsung.
Terkadang ketikan memang lebih menyakitkan dari pada ucapan.
Sejak kepulangan Saga dan ngambeknya Disha, Ines sibuk membalas pesan beruntun yang masuk di ponselnya. Maklum, sedari pagi ia tak buka HP sampai-sampai ratusan notifikasi pesan menghiasi ponselnya.
Mulai dari chat grup agensi, chat grup sekolah model, chat pribadi rekan kerja, chat temannya di luar dunia kerja, chat dari fanbase INESAGA, dan chat dari orang rumah termasuk Disha.
Pantas saja asistennya itu uring-uringan. Ratusan missed call, puluhan video call, dan pesan spam tak dibalas olehnya. Mungkin berita ini adalah skandal pertama kalinya dengan Saga semenjak ada Disha. Jadi maklum kalau Disha terkejut dan luar biasa panik mendengar pemberitaan di media.
Jujur saja ia bingung. Selama ini tiap kali muncul skandal, dirinya dan Saga tak pernah menggubris terlalu dalam. Paling cuma klarifikasi orang-orang sekantor agensi saja atau di lingkup profesinya. Tak sampai memberi penjelasan pada wartawan yang acap kali menemuinya di kantor agensi.
Tapi mungkin skandal kali ini sedikit berbeda. Tuduhan miring mengenai Ines dan Saga yang sama sekali tak ada benarnya itu memang patut dipertimbangkan untuk sebaiknya diberi klarifikasi atau tidak. Jujur saja, pikirannya sedikit terbuka dengan pernyataan Disha tadi. Nama baiknya akan turun bila hal ini terus beredar tanpa kejelasan di masyarakat.
"Kalau aku ikuti Disha, lalu Saga gimana? Dia nggak akan segampang itu buat menuruti kemauan aku. Apalagi dia punya pendapat sendiri yang kontra banget sama Disha," kata Ines bermonolog. Matanya jatuh ke tumpukan rak buku di sudut kamar, namun pikirannya mengawang jauh ke depan.
Wanita itu berdecak, "Ck. Mana mungkin dia mau buat klarifikasi di media. Orangnya aja kolot banget. Hah!"
Helaan napas berat keluar dari mulut Ines. Disha memang anak dari desa, bisa dibilang baru kemarin berkecimpung di dunia kerja. Tapi tentang pemikirannya, Ines tak main-main saat berasumsi bahwa wanita polos itu cukup pandai untuk memahami situasi yang terjadi. Yang bahkan pemikiran Disha tadi belum pernah muncul di benaknya.
Ah, sekali lagi. Jangan menjudge seseorang jika kamu belum kenal orang itu dari dalam. Yang tampak di luar tak bisa menggambarkan yang dalam. Tampilan sering kali mengecoh, bukan?
Getar ponsel membuyarkan lamunan wanita itu. Sebuah pesan dari Saga hinggap di bilah notifikasinya.
Sagarong Frezy
-Ngapain?
Tepat sekali. Mungkin ini adalah waktu yang pas bagi Ines untuk negosiasi dengan pria itu agar mau diajak klarifikasi bersama di media. Tapi sebelum itu, Ines punya taktik sendiri agar tak terkesan memaksa. Ia akan basa-basi lebih dulu untuk menarik Saga larut dalam obrolan.
Ines Alve
-Kenapa?
Sagarong Frezy
-Kok online? Ga tidur?
Ines Alve
-Belum ngantuk. Gara² kamu sih.
Sagarong Frezy
-Oh kamu insom gara² mikirin aku? Makasih btw❤
Seulas senyum terbit di bibir ranum Ines. Saga memang selalu besar kepala jika sudah menyangkut dirinya.
Ines Alve
-Geer, orang aku mikirin skandal
-Itu kan gara² kamu. Coba kalau kamu nggak nyusul aku ke G-land trs main peluk² dan gendong segala, pasti ga bakal muncul skandal begini.
Sagarong Frezy
-Ya biarin aja. Biar orang makin berpikir kalau kita ada apa².
Ines Alve
-Tapi kan kita gaada apa² wle🤪
Haha, mengejek dan menyakiti sama-sama menyakitkan ternyata.
Sagarong Frezy
-😑
-Tidur gih, udah jam 11 malam Nes.
Ines Alve
-Aku mutusin buat ikuti saran Disha. Aku mau klarifikasi besok.
Dua menit setelah pesan itu terkirim, Saga belum membalas lagi. Tapi pesan Ines sudah terbaca di sana. Entah Saga lagi mikir atau koneksi buruk atau memang tak berniat membalas.
Drrtt drrtt
'Tuh kan, orangnya nelpon.'
Sebuah panggilan masuk menghiasi layar HP Ines. Nama Sagarong Frezy tersemat di sana. Sepertinya pria itu ingin bicara serius tentang pesan terakhir yang Ines kirimkan.
"Apa maksudnya?" Tanya Saga di telepon tanpa basa-basi. Ines dapat mendengar nada tidak suka dari cara bicaranya.
"Ya itu. Aku besok mau klarifikasi."
"Dimana?"
"Ya kalau nggak ada wartawan di depan kantor, mungkin aku mau klarifikasi di sosmed aja."
Ines mendengar Saga berdecak di seberang sana. "Nggak perlu."
"Dih, kenapa?"
"Nggak guna aja, Nes. Udah biarin kayak gitu. Biasanya juga gitu dan kita fine-fine aja kok. Kamu dikompori si bocah tengil itu pasti, iya kan?"
Ines mengerutkan kening. "Bocah tengil siapa?"
"Ck. Asisten kamu yang sok tau itu."
"Mana ada?! Sejak kamu pulang aja dia ngurung diri di kamarnya. Lagian ya, setelah aku pikir-pikir omongan Disha ada benarnya, Ga. Kita emang harus kla-"
Belum selesai Ines ngomong, sudah lebih dulu dipotong oleh Saga.
"Nggak."
"Saga ih! Belum selesai aku. Dengan kita klarifikasi, mungkin berikutnya nggak bakal ada skandal miring tentang kita lagi. Atau kabar baiknya, kita berdua bisa dilirik brand karena pemberitaan itu terbukti hoaks dan kita bisa buktikan itu. Masyarakat akan menaruh kepercayaan sama kita lebih bagus lagi sehingga pamor kita bisa naik seiring dengan kabar baik dari kita. Dan poin pentingnya adalah, agensi makin populer sehingga kita berdua juga bisa dikontrak sama brand terkenal buat jadi brand ambassador atau endorsement atau catwalks fashion designers ternama."
Ines mengatakannya dengan mata berbinar. Berharap Saga termakan rayuannya kali ini. Sementara belum ada sahutan dari lawan bicaranya.
"Ga? Kamu denger, kan? Nggak tidur, kan?"
"Oke, besok klarifikasi di sosmed kamu aja."
Ines tertegun mendengarnya. "Eh serius? Kamu mau klarifikasi?"
"Hm. Tapi di sosmed kamu aja. Aku nggak mau ngeramein sosmed aku dengan post yang nggak penting kayak gitu."
"Yah kok gitu? Sosmed kamu juga dong, Ga. Biar kelihatan sepakat kita."
"Aku cuma mau klarifikasi bareng kamu di sosmed kamu. Itu aja atau tidak sama sekali."
Setelah mengatakannya, Saga menutup sepihak sambungan telepon itu. Sementara Ines mencibir perilaku Saga yang seenak jidat seperti biasanya.