Setibanya di kediaman Ines, keduanya langsung diberondong amukan dari Disha. Entah apa yang membuat wanita polos itu uring-uringan bahkan saat keduanya baru tiba di pintu utama.
"Kalian bener-bener ya kalau ngedate ndak tau waktu! Kalian berdua pergi kemana aja sih?! Aku teleponin ndak ada yang angkat. Di chat juga ndak ada yang balas. Aku tanyain ke orang-orang agensi juga pada ndak tau kalian kemana. Aku sampe bingung sendiri dari tadi tau ndak, Mbak, Mas? Nungguin di rumah berjam-jam dengan berbagai pertanyaan orang-orang di WA, DM, dan sosmed lain yang bahkan aku sendiri ndak tau loh kabar kalian!"
Napas Disha memburu setelah mengatakan kalimat bejibun untuk kedua manusia yang kini menatapnya terheran.
"Kenapa sih? Bisa pelan-pelan nggak? Baru juga pulang udah ngomel aja si markonah." Saga berujar dengan sapaan meledek di ujung kalimat.
"Udah-udah. Gini deh," jeda Ines menengahi. "Dis, kamu cerita pelan-pelan, ada apa? Jangan langsung diborong semua, aku sama Saga nggak ngerti jadinya apa yang kamu bahas."
Disha mencoba mengatur napasnya yang tadi terburu-buru. Mengembuskan napas berat lantas menatap horor bosnya dan pria di sebelahnya.
"Oke. Sebelumnya aku mau tanya dulu. Kalian berdua sebenarnya bawa HP ndak sih?"
Ines menatap Saga sejenak. "Aku bawa, Saga juga bawa."
"Kalau bawa, kenapa ndak ada yang balas chatku? Bahkan aku telepon aja ndak ada yang angkat loh."
"HP aku lowbat Dis, dari rumah emang udah dikit dan aku nggak sadar tadi. Terus aku opsi daya mati aja jadinya."
Penjelasan Ines membuat Disha memutar bola matanya malas. Perangai bosnya yang kelewat tak acuh pada ponsel pribadinya membuat Disha harus mengingatkan ekstra untuk mencharger benda pipih itu.
"Kamu Mas. Kenapa ndak angkat telepon dan balas chatku?"
Pria itu mengangkat sebelah alisnya. Kalau saja Saga bukan partner kerja bosnya, Disha pasti sudah meninju wajah sok cool pria itu. Atau menimpuknya dengan highheels Ines setinggi 20 senti. Atau menenggelamkannya ke dasar rawa-rawa di desanya.
Sayang seribu sayang Disha hanyalah kacung.
"Well, HP-ku disetel silent. Jadi nggak tau ada pesan atau telepon masuk kalau belum dibuka HP-nya. Dan saking menikmatinya suasana kencan kami, sampai-sampai aku nggak kepikiran buat buka HP. Ya kan, sweetie?"
Tangan Saga merangkul bahu Ines sembari menatap wanita itu penuh goda. Si empunya malah terkekeh menyaksikan ekspresi Disha yang tampak berapi-api mendengar jawaban enteng dari Saga.
Disha hanya mampu menggeram rendah untuk melampiaskan amarahnya. Ia tak ada kuasa untuk marah pada kedua sejoli ini.
Tak ingin panjang lebar, Disha menyodorkan ponsel pribadinya ke Ines dan Saga. Di sana terlihat sebuah foto dalam akun gosip yang kini beredar luas di dunia maya; seorang pria tengah memeluk mesra seorang wanita di pinggir pantai. Tak hanya itu, sebuah foto lain juga Disha perlihatkan dimana si pria menggendong si wanita di tempat yang sama pula. Ada satu lagi foto yang beredar namun sedikit buram akibat dari zoom kamera yang terlalu besar sepertinya. Yaitu si pria sedang merangkul pinggang wanita itu memasuki sebuah hotel.
Foto itulah yang membuat geger sekantor agensi CLOUDS MANAGEMENT. Mereka jadi menduga-duga, apa kiranya yang dilakukan kedua sejoli mesra itu saat liburan ke pantai? Memasuki hotel yang sama pula. Bukankah pikiran orang awam pasti akan tertuju ke hal-hal yang negatif?
Anehnya, dalam beberapa aku gosip tak ada satupun yang menyertakan credit alias sumber foto. Sepertinya paparazi yang menyebarkan foto ini sengaja membungkam admin akun-akun nyinyir itu untuk tak menyebutkan identitasnya.
Sementara Disha menautkan kedua alisnya heran. Pasalnya, Ines dan Saga memberikan respon yang tak sesuai ekspektasinya. Ines hanya terdiam dengan menumpukan kedua siku di lutut kemudian memijit kepalanya. Entah pusing betulan atau tidak.
Nah untuk Saga, Disha lebih dibuat tercengang lagi. Pria itu malah terkekeh setelah melihat 3 foto yang ditunjukkan Disha padanya. Dan kini malah asik menyeruput kopi dan nyemil snack di atas meja.
Sumpah, demi apapun. Disha ingin sekali mengacak-acak wajah berekspresi sialan itu dengan keset kaki dari sabut kelapa di rumahnya. Atau menyumpal mulut Saga dengan kaos kaki bekas bapaknya sepulang dari sawah.
"Kok diem semua sih? Gimana dong ini? Apa respon kalian melihat ini?" Tukas Disha mencoba mengontrol rasa kesalnya.
"Cuma gara-gara ini kamu ngomelin aku sama Ines dari tadi?" Saga tertawa lebar. "Basi tau nggak Dis?! Kayak gini tuh udah biasa buat aku sama Ines. Dari dulu juga skandal kami berdua isinya mirip-mirip ginian. Jadi kalau kamu berkhayal aku sama Ines bakal ngasih respon yang 'Wow! OMG! Astaga gawat! Duh gimana nih?' hahaha, nggak bakal ada kayak gitu." Ujar Saga telak sambil tertawa sumbang seakan membungkam rasa kesal Disha yang memuncak.
"Please deh, Mas! Coba buka mata kamu lebar-lebar. Jangan bilang kasus kayak gini pake 'cuma'! Ini berefek sama karir kalian loh." Disha berargumen sesuai uneg-uneg yang ada di kepalanya. "Beberapa orang pasti berpikiran kalian ngapa-ngapain di sana. Apalagi mereka juga ndak tau kalau sebetulnya yang liburan itu Mbak Ines sama aku dan bukan sama kamu."
Disha menjeda kalimatnya. "Tadi aku sempat membaca komentar orang-orang awam yang ndak mengikuti kalian atau haters kalian. Banyak yang berspekulasi bahwa kalian pesta miras di pantai, ngefly pake narkoba dilihat dari Mbak Ines yang jalannya sempoyongan padahal itu lagi dituntun Mas Saga karena kakinya diperban, kan? Atau yang lebih parahnya lagi, ada yang ngira kalian having sex karena terlihat memasuki hotel bareng. Itu bisa jadi pencemaran nama baik yang berakibat sama karir cemerlang kalian berdua. Ndak mikir apa sampai situ?!"
Napas Disha ngos-ngosan bak habis lari maraton berpuluh-puluh kilo meter. Ia mengeluarkan semua uneg-unegnya yang mengganjal sedari tadi bahkan sebelum Ines dan Saga pulang.
Saga berdecih. "Nggak perlu banyak penjelasan. Aku sudah sejak lama memikirkan tentang argumenmu itu. Sejak pertama kali muncul skandal tentang aku dan Ines serta komentar orang luar yang sebagian negatif, aku kepikiran hingga berbulan-bulan lamanya. Tapi semakin ke sini, semakin banyak skandal antara aku sama Ines, aku jadi nggak perlu waswas dengan itu semua." Ujar Saga menatap Disha dalam-dalam lalu menambahkan lagi.
"Satu hal yang harus kamu tau, Dis. Kita hidup di negeri di mana semakin banyak pemberitaan miring tentang kita, maka makin tinggi pula popularitas kita. Di sini aku tekankan bahwa, manusia-manusia sekarang rela merendahkan harga dirinya hanya untuk menaikkan pamor semata. So, what are you afraid of?"
****
Skandal lanjut part berikutnya aja dehðŸ¦
Dah lewat batas kata ni😫 support me ya💙