Keesokan paginya Declan yang tak sengaja terbangun kesiangan berangkat menuju ke kampus secara tergesa-gesa,setelah sampai dan memarkirkan motornya di halaman parkir kampus dengan sesegera dia berlari sekencang mungkin dari halaman parkir menuju ke ruang kelasnya.
"Gawat ! Gawat aku bisa terlambat !...",katanya sambil terus berlari secara terburu-buru.
Beruntungnya Declan masih berhasil sampai ke ruang kelasnya beberapa menit sebelum sang dosen tiba di sana,dengan nafas yang terengah dia pun duduk di bangkunya dan langsung merobohkan badan pada sandaran Bangku.
"Oh ! Hey ! Sudah aku duga jika kau pasti akan bangun kesiangan.",kata Brandon pada Declan yang duduk di bangku yang berada di deret depannya.
"Sebentar,sebentar....,setidaknya beri aku beberapa detik waktu untuk ku bernafas sebelum aku menjawabmu !",kata Declan dengan nafas yang terengah-engah.
"Baiklah asalkan jangan sampai kau pinsan di dalam kelas karena aku tak akan mau jika harus menggendongmu ke ruangan medis nanti...",canda Brandon.
Tak berselang lama sang dosen pun tiba di kelas tersebut,seketika semua orang yang berada di kelas tersebut segera bersiap.
"Selamat pagi anak-anak,aku harap tak ada yang datang terlambat pagi ini !",kata sang dosen.
"Selamat pagi pak Brighton !",jawab semua pelajar di kelas itu.
"Ya,ku rasa aku tadi hampir saja mati...",kata Declan suara pelan pada sahabatnya,Brandon.
"Um...?! Sepertinya Aizawa tampak tak hadir lagi hari ini...,baiklah,biar bagaimana pun the class must go on !",kata sang dosen.
"Tentu saja,ku rasa si gadis unik itu lagi perlu datang ke kampus untuk belajar,seseorang yang jenius seperti dirinya punya kecerdasan yang lebih tinggi dibangdingkan siapa pun yang ada di kampus ini...",kata Brandon sambil menggoda Declan.
"Ku rasa begitu...,orang tuanya pasti sangat bangga dengannya,hehehehe...",jawab Declan dengan canda.
Claire sendiri memang dikenal sebagai seorang gadis dengan taraf kecerdasan yang bisa disebut jenius,sebab dirinya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana tingkat pertama di salah satu universitas terkemuka di luar negeri saat masih baru berusia 14 tahun.
Kini dia melanjutkan jenjang pendidikannya untuk mendapat gelar sarjana tingkat kedua di sebuah universitas terkemuka di dalam negeri pada usianya yang baru saja menginjak 18 tahun.
Dia pun menjadi satu-satunya pelajar yang berhasil mencuri perhatian dari rektor,para dosen dan semua pelajar yang ada di kampusnya karena kecerdasannya yang terbilang hampir di luar nalar,terlampau sangat jauh jika dibanding para pelajar lain dan gadis-gadis yang seusia dengannya.
Bahkan Declan yang sebelumnya berstatus sebagai pelajar tercerdas di kampus itu pun harus rela tergeser sebab kedatangan Claire yang merupakan pelajar pindahan dari luar negeri yang kini menjadi teman sefakultasnya.
Beberapa saat kemudian kegiatan belajar mengajar pun dimulai dan kegiatan belajar mengajar berlangsung secara hikmat,semua tampak menyimak materi yang diterangkan sang dosen dengan baik dan fokus.
Di lain tempat pada waktu yang sama,Claire yang secara sengaja tak hadir di kelasnya ternyata tengah berada di sebuah perpustakaan di pusat kota.
Dia tampak sedang fokus membaca sebuah buku berjudul Also Sprach Zarathustra yang merupakan sebuah buku novel filsafat karya seorang filsuf berkebangsaan Jerman bernama Friedrich Nietzsche.
Claire tampak begitu serius membaca buku itu halaman demi halaman dan menghabiskan waktu selama berjam-jam di perpustakaan hingga tanpa terasa waktu pun telah sampai di penghujung sore.
Karena mulai merasa lapar Claire pun pergi ke sebuah minimarket yang lokasinya berada tak jauh dari perpustakaan itu,secara tak sengaja di sana dia bertemu dengan ketiga teman sekelasnya di kampus yaitu Cindy,Jesselyn dan Jenny.
"Hey...,coba lihat siapa yang kita jumpai !",kata Jesselyn kepada teman-temannya dengan ekspresi yang tampak tak menyenangkan.
"Oh...,rupanya si nona jenius yang aneh dan tak punya teman,hehehehe...",kata Cindy untuk mengejek Claire.
Claire tak sedikit pun menggubris ejekan yang mereka tujukan kepadanya,dengan sikapnya yang selalu dingin dan acuh pada siapa pun Claire hanya diam melewati mereka bertiga tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Secara tidak terduga Jesselyn menjambak rambut Claire dari belakang saat dia melewati mereka bertiga,seketika Claire pun sempat menjerit kesakitan yang sontak membuat semua orang yang berada di mini market mengalihkan pandangan kepada mereka berempat.
"Jess,sudah hentikan ! Kau sudah melakukan hal yang keterlaluan !",tegur Jenny kepada Jesselyn.
"Oh..,jadi rupanya kau membela si gadis aneh ini hah ?!",bentak Jesselyn pada Jenny.
Cindy pun mendorong tubuh Jenny hingga jatuh.
"Teman-teman,aku hanya....",kata Jenny yang belum sampai selesai menjelaskan.
"Kau dan dia sama-sama pecundangnya,mulai detik ini kami tak ingin berteman atau melihat wajahmu lagi !",pangkas Cindy.
"Hey ! Jangan bertengkar atau membuat onar di tempat ini,jika tidak aku akan memanggil petugas keamanan untuk mengusir kalian bermpat dari sini !",ancam si kasir minimarket.
Jesselyn dan Cindy yang merasa kesal pun segera membayar belanjaan mereka lalu pergi meninggalkan Jenny dan Claire di sana.
"Maafkan perlakuan mereka,apakah kau tidak apa-apa ?",kata Jenny kepada Claire sembari berusaha bangkit.
Claire hanya berlalu mengabaikannya begitu saja tanpa menjawab Jenny yang sempat berusaha melerai mereka.
"Benar-benar orang yang tidak sopan...",ucap Jenny dalam benaknya yang dibuat terheran dengan sikap Claire yang sangat tak ramah.
Keesokan paginya seantero kampus tengah heboh memperbincangkan sebuah kabar mengejutkan,Jesselyn dan Cindy dikabarkan telah tewas di sebuah tempat sauna semalam setelah keduanya saling mencekik leher satu sama lain.
Banyak yang tak menyangka dengan kabar tersebut,sebab sepengetahuan teman-teman sekelasnya mereka berdua adalah sahabat karib sejak dahulu,sehingga timbul sebuah pertanyaan besar soal apa yang menenggarai mereka berdua hingga bisa melakukan hal yang sefatal itu.
Kasus itu masih dalam proses penyelidikan oleh pihak berwenang,Jenny yang tampak seakan masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi kepada kedua sahabatnya itu pun mulai berfikir keras soal mengapa mereka berdua bisa saling membunuh,padahal sepengetahuannya semalam hubungan mereka berdua tampak baik-baik saja.
Menjelang selesainya jam kampus tampak seorang pria paruh baya dengan pakaian yang sangat rapi tengah berdiri di trotoar jalan di seberang gerbang utama kampus.
Tak berselang lama setelahnya Jenny pun terlihat berjalan melewati gerbang utama dengan ekspresi wajah yang seperti tengah melamunkan sesuatu.
Pria itu pun berjalan menyeberangi jalan di antara keramaian para pelajar yang akan pulang,dengan langkah tenang pria itu menghampiri Jenny.
"Nona Jennifer Folkswarden ? Bisakah kita bicara sebentar ?!",tanya pria itu.
"Um...? Ya benar,Kau ini siapa dan apa yang ingin kau bicarakan dengan ku ?",Jawab Jenny sekaligus bertanya balik kepada pria itu.
"Aku George Lawston dari kepolisian dan lembaga keamanan cyber Ravenfield,ada beberapa hal yang ingin sekali ku tanyakan kepadamu,ku rasa kau sudah mendengar kabar soal kedua temanmu itu,Jesselyn Webster dan Cindy Schwartzsider bukan ?",jelas pria itu.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi ?",tanya Jenny kepada pria itu dengan nada yang penasaran.
"Sulit untuk dijelaskan...!",Jawab pria itu sembari menyulut sebatang rokok lalu mengisapnya dalam-dalam.
Sesaat angin pun berhembus cukup kuat hingga membuat dedaunan kering dari pepohonan yang berada di sekitar halaman depan kampus itu berguguran seakan menari di udara.