[Delapan tahun yang lalu]
"Naraya, kenapa mata kamu bengkak? Kamu nangis semalaman lagi?"
Naraya yang tengah menyiapkan makanan di atas meja untuk sarapan pagi bersama itu refleks menyentuh kelopak matanya. Apa jelas sekali bahwa dia habis menangis semalaman? Naraya memejamkan matanya erat. Sial, kenapa begini, sih?
Naraya menipiskan bibirnya, dan kemudian tersenyum tak berdosa. "Ini, Bu. Aku cuma stres." Duh, alasannya berbohong karena ini lagi. Tidak bisakah otak cantiknya ini memikirkan alasan berbohong yang lebih elit lagi?
Tias hanya menggeleng pelan. Jangan Naraya kira Tias ini tidak tahu bahwa perempuan itu tengah berbohong. Tentu saja dia tahu, siapa yang tidak tahu coba? Naraya bahkan sejelas itu berbohong kepadanya.
Apalagi sehabis menangis histeris semalam dan tertidur di dalam pelukannya, tentu Tias tahu seberapa lelahnya Naraya dengan semua ini. Tias... paham. Dia sangat paham mengenai semua ini.