Chereads / DARK HEROS / Chapter 18 - Clan A?

Chapter 18 - Clan A?

Malam hari di tempat lainnya, Kara yang mengikuti para bandit, sedang terkurung dalam sangkar.

"Akh! Aku benar-benar akan jadi sate sekarang," keluhnya dengan wajah tak bersemangat. Ia merasa lemas setelah mereka mengatakan akan mengirisnya kecil-kecil untuk dibakar dan dimakan.

"Sial sekali, lah!" Kara bersungut-sungut dengan sedih. "Apa yang sedang dilakukan si Heros itu? Dia sungguh tak mencariku."

Hati Kara makin sedih. Setelah dipikir-pikir, Heros benar-benar telah membuangnya. Heros mungkin sedang makan enak, sedang disini dirinyalah yang akan dijadikan santapan para bandit.

Dengan pikiran berat begitu, mata Kara jadi berkabut.

"Ah! Sudahlah! Ini salahku datang kesini."

Kemudian ia meringkuk tidur saja melihat dua orang bandit datang menghangatkan badan pada api unggun yang letaknya tak jauh dari sangkar Kara di gantung. Cuaca malam itu memang terasa sangat dingin.

"Kak, kau tahu? Aku sungguh tak suka jika besok Clan A datang!" Salah satu diantara mereka terlihat tidak senang.

"Sudahlah … itu sudah ketetapan bos. Memang kau bisa apa?"

"Tetap saja aku tak suka!" katanya lagi. "Kita memang kejam, mencuri dan menjarah. Tapi kita tak pernah membawa manusia lain seperti mereka. Apalagi perempuan."

Sontak Kara membuka matanya lebar-lebar. Ia mencoba mendengarkan sebaik-baiknya apa yang akan di katakan oleh kedua bandit itu lagi.

"Sudahlah … itu kegemaran mereka. Kita tak perlu ikut campur dengan hal itu."

Kara makin semangat menguping pembicaraan mereka yang sepertinya mulai menyinggung apa yang selama ini sangat ingin Kara ketahui.

'Aku jadi penasaran dengan Clan A itu … Bisa jadi merekalah yang membawa ibu Heros.'

Selama mengikuti mereka, yang Kara ketahui adalah para bandit yang dijuluki Dragon Black Fire itu memiliki dua kelompok. Kelompok Clan A dan Clan B.

Daiki dan kawan-kawannya adalah kelompok Clan B. Sedang Clan A di pimpin oleh ketua bandit yang rumornya lebih kuat dari Daiki.

Clan A memiliki prestasi yang bagus di mata sang bos. Selain kejam dan tak kenal ampun, mereka adalah penjarah yang sadis. Bahkan barusan ini Kara mengetahui jika mereka senang membawa manusia lain sebagai budak.

Dua harian Kara mengikuti kumpulan bandit itu, namun tak mendapat informasi apa-apa tentang ibu Heros. Dirinya malah terperangkap dalam sangkar dan tak bisa lepas setelah bertemu bos para bandit itu yang ingin menjadikannya peliharaan.

Kesalahannya adalah merendahkan sang bos dan membuatnya marah besar, sehingga bos para bandit itu menyerahkannya pada Daiki. Lalu pria itu mengatakan akan menjadikannya sate untuk perjamuan. Pastilah besok adalah hari yang Daiki maksudkan.

Mereka akan menyambut Clan A yang datang. Dan dirinya akan menjadi salah satu menu dalam daftar hidangan.

"Besok apa yang akan terjadi, ya? Apa benar-benar akan adem ayem atau malah sebaliknya?"

Kara jadi terpikirkan tentang hal yang mungkin saja terjadi esok hari. Sebab sudah jadi rahasia umum diantara mereka jika kedua Clan tak pernah sejalan dan memiliki perbedaan pendapat yang besar.

Selain itu, Kara juga harus dihadapkan pada kenyataan bahwa sebentar lagi dirinya tinggallah nama saja di perjamuan besok.

Namun meski begitu ia sedikit senang mendapat informasi tentang kunjungan Clan A. Kara merasa memiliki kesempatan untuk mengulik informasi lebih dalam dari mereka. Tapi sebelum menjalankan semua rencananya, ia harus memikirkan cara untuk kabur dari mereka.

'Aku harus mencari cara agar bisa kabur dari sini.'

Kara berpikir dengan keras. Ia melihat sekeliling dan terus berpikir.

'Apa mereka akan terbuai dengan tipuan, ya?' Kara bermonolog dalam hati. Ia ingin memanfaatkan kedua orang itu, namun khawatir mereka tak termakan omongannya dan malah mempersulit dirinya sendiri nanti.

"Heiiiiii kali-"

BRAKKKKK!!!!

Tiba-tiba suara gaduh itu memotong seruan Kara yang baru saja menggatalkan telinga kedua manusia itu.

Ketiganya secara bersamaan langsung menoleh kearah suara.

Mata mereka langsung membuka dengan lebar. Kedua manusia itu tercengang dan berteriak ketakutan.

"U-ular! Ular!!!!"

Kara yang sama terkejutnya juga menoleh dengan waspada.

"Ssstttttt," desis sang ular dengan mata merahnya. Ular hitam besar itu merayap dan bersiap menyerang manusia di depannya.

Para bandit yang ketakutan itu mengambil apa saja untuk melindungi diri. Keduanya kini hanya memegang pisau kecil dan kayu yang terus diayunkan ke arah ular itu.

Ular itu marah kemudian mengayunkan ekornya, sehingga kedua bandit itu terjungkal akibat ditubruk dengan kuat oleh ekor sang ular.

"Ba-bagaimana ini, Kak?!!!" tanya salah satunya dengan wajah pucat. Peluhnya bercucuran padahal pertarungan itu baru saja ronde pertama.

Sedang yang diajak bicaranya hanya diam kebingungan. Mereka sama sekali tak memiliki tempat untuk meminta pertolongan sebab sedari tadi, para bandit lainnya pergi ke suatu tempat bersama Daiki. Hanyalah mereka berdua yang ditinggalkan untuk berjaga.

"Ssssttttt," desis ular itu lagi, membuat keduanya makin panik.

"Kak! Sepertinya dia kelaparan! Bagaimana kalau kita berikan saja gagak itu sebagai makanan!"

"A-apa?!!!" Kara jadi syok mendengarnya. "E-enak sekali manusia itu berkata! Aku belum siap untuk mati sekarang …."

Tapi keduanya sama sekali tak berpikir lagi. Demi keselamatan, mereka membuka kandang Kara. Lalu melemparkan siluman gagak itu ke hadapan sang ular. Sementara mereka lari terbirit-birit, ngacir entah kemana di malam yang sangat gelap itu.

"Hah! Aku benar-benar akan mati sekarang." Kara menatap pasrah pada ular di hadapannya. Badannya lemas dan tak memungkinkan untuk bergerak. Andai kakinya tak terikat pada besi yang berat ini, ia pasti bisa bebas sekarang.

Namun sayang seribu sayang, Kara sepertinya harus menerima nasibnya. Ia membuang pandangan ke bawah lalu mendongkol sendiri.

"Nasib ya nasib, sekarang mati pun dengan cara tak keren. Kenapa harus sampai dimakan reptil rendahan begini."

"Siapa yang kau sebut makhluk rendahan?!"

"Hah?!! Bi-bicara? K-ka-kau siluman juga?!!" Mata kara membulat penuh menatap reptil besar di hadapannya yang terlihat lebih tenang.

"Sigh! Ini sudah berapa kalinya makhluk rendahan mengatakanku siluman. Memang mereka pikir hanya siluman saja yang ada didunia ini. Benar-benar berpikiran dangkal …," gumamnya dengan jengkel.

Mengetahui ular itu sebangsa dengannya, Kara mencoba jurus terbaiknya. Mulutnya harus lebih manis dan merendah.

"Tu-tuan ular, apa kau benar-benar akan memakanku? Aku sama sekali tak enak dan tak bergizi. Lihatlah tubuhku yang kurus ini!" Kara menunjukkan badannya yang memang tipis dan penuh tulang. Dagingnya pasti tak cukup mengenyangkan ular dihadapannya yang begitu besar.

Ular itu menatap datar. Mata merahnya terlihat tak bergairah. Namun Kara justru bersyukur karena hal itu.

"Sebenarnya aku tak benar-benar lapar. Energimu bahkan terlalu kecil. Aku hanya sekedar lewat saja dan orang-orang itu malah ingin menyerangku."

'Fiuh! Syukurlah!' batin Kara. Matanya berbinar-binar. Ia menjadi sangat gembira, setidaknya makhluk ini tak akan memakannya.

Melihat siluman ular itu hendak pergi, Kara menahannya.

"Tuan, sebelum pergi. Bisakah kau membantuku?"