Immortal Land, tidak ada satu pun siluman yang tak pernah mendengarnya. Karena memang mereka semua berasal dari sana. Hanya saja, kehidupan di tanah abadi itu begitu tidak adil dan penuh kekejaman.
Makhluk yang berkuasa, adalah mereka yang memiliki golongan atau level tertinggi, yaitu level Tsu. Sedangkan level yang rendah adalah level Yo. Tak ada penengah di antara kedua level itu.
Pemilik dengan kekuatan besar, sudah pasti akan hidup dengan makmur. Sedang kelas rendahan, tentunya akan berakhir menjadi budak dan pesuruh.
Selayaknya semua tempat, tempat ini pun memiliki raja yang tentunya sangat diagungkan karena kekuatannya yang besar.
"Osute, kemana Hanzai?"
Siluman yang di panggil Osute itu menunduk hormat lalu berkata, "Tuan sedang menemui Okoshi di kediamannya, Yang Mulia Ratu."
Wanita cantik itu mengernyit tipis. "Untuk apa?"
"Tuan sepertinya ingin melatih peliharaannya, Yang Mulia," jawabnya tanpa mengangkat kepala. Ia masih menunduk dengan patuh sebagai wujud penghormatannya pada wanita di depannya.
"Ah … begitu rupanya." Wanita cantik itu memoles kukunya lagi dengan pewarna hitam pekat. "Kau sudah katakan padanya untuk mencarikanku bulu rubah lagi? Aku masih butuh pakaian yang hangat," sambungnya.
Osute terkesiap. "Su-su-dah, Yang Mulia. Tapi …."
"Tapi apa?" tanyanya dengan tatapan tajam pada siluman rendahan di hadapannya yang begitu sangat gugup untuk menjawab pertanyaan barusan.
"Tuan Hanzai mengatakan … ia sedang tak ingin berburu sekarang. Sepertinya tu-tuan sedang mempersiapkan sesuatu."
Wanita itu tak nampak senang dengan jawaban Osute. Ia melempar wadah berisi pewarna hitam pekat itu ke lantai.
PRANGGGG
Osute terdiam mematung. Ia tak berani berkata apa-apa lagi. Istri dari raja neraka itu sedang dalam suasana hati yang buruk akibat ulah Hanzai.
"Katakan pada Hanzai untuk segera menemuiku!" titahnya.
"Ba-baik, Yang Mulia!"
Osute pun segera berlalu meninggalkan sang ratu. Ia segera mencari Hanzai di kediaman Okoshi untuk mencari tuan pembuat masalahnya itu.
"Dimana, Tuan?" katanya begitu bertemu dengan siluman banteng itu.
"Tuan Hanzai sudah pergi."
"Kemana?" tanyanya lagi. Ia tak punya waktu untuk berbelit-belit. Nyawanya sebentar lagi akan melayang jika ia tak mampu membujuk tuan mudanya itu untuk menghadap sang ratu.
"Entahlah … dia tak mengatakan apapun setelah melenyapkan peliharan milikku."
Osute mendengus. Entah kemana ia harus mencari Hanzai sekarang. Bisa gawat jika ia tak juga ketemu.
Osute pun akhirnya memilih untuk pergi. Ia mencari ke tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh Hanzai. Bahkan sampai ke danau tepian yang paling berbahaya sekalipun ia kunjungi demi mencari pangeran kegelapan itu.
"Kau mencari, Tuan?"
Akhirnya pertanyaan itu membuat Osute sedikit bersemangat. Ia mendekat pada si pemilik suara.
"Benar! Apa kau tahu kemana dia?" tanyanya berbinar.
Siluman gagak di hadapannya mengangguk. "Aku tak tahu pasti dia kemana, hanya saja aku mendengar, tuan ingin masuk ke portal."
"Portal?" Alis Osute sedikit berkerut. "Baiklah!"
Osute segera memacu langkah menuju sebuah goa yang letaknya agak jauh di dalam hutan Immortal Land. Untuk kesana, ia harus melewati beberapa sungai dan lembah yang di jaga siluman-siluman disana.
Namun karena semua mengenal baik Osute sebagai kaki kanan Hanzai, semua tak ada yang berani mencegah atau bahkan menyapanya. Mereka takut menjadi daging panggang seketika jika Osute sampai mengarahkan Maho No tsue miliknya.
"Goanya tertutup." Osute berdiri sambil menatap miring goa di hadapannya. "Apa Tuan sudah pergi?"
Ia jadi bingung. "Apa aku susul saja? Tapi bagaimana caranya?"
Osute duduk di tepian batu. Ia menatap ke dalam goa. Rasanya mustahil juga jika pintunya akan terbuka tanpa mantra Hanzai. Belajar dari Hanzai pun ia tak bisa membukanya.
Sesungguhnya itu bukan hanya sekedar dari mantra, namun juga kekuatan. Hanzai benar-benar memiliki energi besar sampai bisa seenaknya buka tutup pintu goa siluman.
"Kemana lagi tuan Hanzai … benar-benar tak bisa di perkirakan. Mungkin ia sedang mengacau lagi sekarang."
Namun seketika keluhan itu berubah menjadi tatapan kegembiraan melihat pintu goa siluman terbuka.
"Terbuka! Ini kesempatan bagus!" Osute langsung saja berlari ke dalam goa siluman yang kini telah terbuka lebar. Lalu ia dapat merasakan tubuhnya terguncang melewati ruang waktu yang berputar.
Osute hanya menikmatinya dengan tenang. Jika saja ia adalah manusia dan bukan siluman, jelas sekarang ia merasa mual dan muntah setelah melewati portal ilusi.
Pats!
Kaki Osute mendarat dengan mulus. Tangannya menggenggam Maho No tsue dengan erat. Lalu menancapkannya ke tanah.
"Tunjukkan, kemana Tuan Hanzai pergi!" serunya.
Kemudian tongkat berkepala tengkorak itu bergerak ke arah selatan. Osute dengan riang mengikuti petunjuk itu. Siluman itu segera menempuh perjalanan ke selatan.
"Bangkai gagak? Pasti tuan benar-benar lewat sini." Osute segera bergegas. Ia yakin dirinya sudah dekat dengan Hanzai.
"AAAAAHHHH!!!! MA-MAKHLUK APA INI?!!!"
Tiba-tiba seseorang berteriak. Ia syok melihat Osute berjalan di sana.
"Itu pasti siluman!" celetuk yang lainnya.
"Pa-panggil Daiki! Dia harus lihat ini! Benar-benar makhluk mengerikan!"
Tak lama kemudian, manusia-manusia itu sudah berkumpul disana. Menatap Osute dengan tatapan aneh.
"Aku hanya tahu jika siluman itu berwujud binatang dan bisa bicara, tapi apa ini?" kata si pendek, salah satu kawanan mereka.
"Apa bos akan suka dengan makhluk begini?" si pendek itu kembali mengajukan pertanyaan entah pada siapa.
Osute yang merasa bahwa orang-orang itu berniat menangkapnya, menyeringai.
"Daiki! Apa kita perlu menangkapnya?"
Sebelum pertanyaan itu di jawab oleh Daiki, tawa Osute pecah.
"Hahahaha." Ia terbahak dengan seringai menggantung di wajahnya yang bulat menyeramkan. "Kalian benar-benar beranggapan aku adalah makhluk yang mudah, ya?"
"Aku harap kalian tak menyesal," ucapnya sambil menancapkan dengan keras Maho No Tsue miliknya di tanah. Ia pun komat-kamit membaca mantra.
Manusia-manusia bodoh itu hanya menatap heran tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada mereka.
"HIDANEEEEEE!!!!!" teriak Osute.
SRAAAAAAAAAAAAA
Semburan api lantas langsung keluar dengan deras dari mulut tengkorak tongkat milik Osute. Ia tertawa terbahak-bahak menyaksikan manusia itu terbakar habis oleh api dari tongkat sihirnya.
"Hah! Manusia yang malang. Kalian tak seharusnya menampakkan diri di hadapanku. Salahkan saja takdir kalian yang sangat jelek!" katanya sambil berlalu setelah membakar semuanya.
Osute menyentuh tongkat sihirnya. Di elusnya beberapa kali lalu di tancapkan ulang ke dalam tanah. Ia meminta Maho No Tsue untuk melacak kembali keberadaan Hanzai. Sebab kekacauan barusan sudah mengacau pikirannya dan terbagi. Ia jadi lupa harus mengarah kemana.
"Ah … sudah dekat!" lontarnya. Osute segera berjalan.
Lantas setelah dua puluh menit berlalu, ia sampai di tempat yang ditujunya. Sebuah pertunjukan tengah memukau mata Osute. Ia tersenyum mengagumi kekacauan di hadapannya.
"Benar-benar pesona tuan Hanzai, tak ada yang bisa menandingi."