"Dibandingkan denganku, aku sama sekali tidak menghasilkan apapun selama ini," kata Nadia lagi. Mereka masih melanjutkan percakapan yang sebelumnya.
"Apa maksudmu tidak bisa menghasilkan apapun?"
"Tentu kamu tahu maksudku kan? Aku masih belum bisa menghasilkan sesuatu yang membuatmu terkesan. Aku pikir, aku bisa menerbitkan novelku," gumam Nadia dengan pelan di akhir kalimatnya.
Fauzan terdiam. Ia mendadak merasa aneh mendengar ungkapan Nadia tersebut. Ia menoleh ke arah Nadia.
"Apa?" tanya Fauzan untuk memastikan.
"Ya. Aku sudah membuat novel. Aku rasa, itu yang sesuai dengan passionku. Tapi, aku sudah mengirimkannya ke penerbit. Lebih dari sepuluh penerbit. Tapi, semua menolakku meski aku sudah banyak merevisinya berkali-kali," kata Nadia dengan wajah murung kembali.
"Jadi, itu yang membuatmu murung?" tanya Fauzan lagi. Nadia terdiam sejenak. Ia kemudian melihat ke arah Fauzan.
"Kamu, murung karena novelmu masih ditolak oleh penerbit?" tanya Fauzan lagi.