Nadia duduk di atas kasur di dalam kamar kosnya. Dia menutup pintu kamar kosnya. Ia duduk dengan menaikkan kedua kakinya dan memeluk kedua lututnya. Kemudian, ia membenamkan kepalanya pada kedua lututnya. Air matanya tidak berhenti untuk mengalir. Nadia menangis sejadi-jadinya. Ia tidak bisa mengontrolnya.
Padahal, sebelumnya ia masih bisa untuk bersikap baik-baik saja. Ia masih bisa untuk bersikap baik karena dia berusaha mengalihkan kesedihan dan kemarahannya karena pertengkarannya dengan Fauzan. Tapi, saat Fauzan datang padanya tadi, itu justru membuatnya semakin kepikiran. Dengan sikap Fauzan dan kata-kata Fauzan itu, membuatnya berpikir sangat dalam. Nadia merasa kesal dan semakin marah.
Rasanya, baru kali ini Nadia menangis karena bertengkar dengan Fauzan. Nadia benar-benar merasa kesal, dan marah. Juga sedih, seolah tidak terima jika Fauzan dekat dengan Sherly.