Nadia mematikan panggilannya ponselnya. Yang penting, ia sudah tahu di mana Fauzan berada. Jika a bertemu dengan Fauzan, maka ia akan meminta alamat rumah Fauzan. Paling tidak, ia juga akan tahu.
Nadia segera bersiap untuk berangkat ke tempat latihan Fauzan. Entahlah? Ini hanya soal perasaannya saja. Nadia sangat merindukan Fauzan.
Nadia tidak peduli lagi. Bagaimanapun juga, ia tetap akan datang juga ke tempat latihan Fauzan. Biar saja. Lagipula, dulu Fauzan juga sering muncul di hadapannya bukan? Jadi, bukankah sekarang sudah terlihat adil baginya? Pikir Nadia.
Nadia tersenyum sendiri. Setelah ia sudah selesai bersiap, Nadia segera keluar kamar dan menutup pintu kamarnya. Ia tak lupa menguncinya.
Nadia berjalan cepat menuruni tangga lantai atas. Ia akan segera naik angkutan umum. Karena ini masih tidak terlalu malam. Nanti, saat pulang biar Fauzan yang mengantarnya. Pikirnya.