Fauzan masih berhenti. Ia menunduk kepalanya. Masih bisa menahan semua luapan yang akan muncul dari dalam tubuhnya. Sebuah luapan amarah yang sangat sulit untuk dibuat reda.
"Bagaiamana? Antara kau mengakuinya atau kau hanya takut?" ujar Erick lagi.
Nadia semakin bisa merasakannya. Ia bisa tahu jika apa yang dikatakan Erick adalah dengan motif untuk membuat Fauzan marah. Nadia cemas melihat Fauzan.
"Kau diam saja karena merasa takut, bukan?" kata Erick kembali.
Fauzan sudah cukup sabar sampai detik ini. Ia lalu segera melihat ke arah Erick yang tadinya sedang membelakangi Erick. Kemudian, Fauzan melayangkan pandangan tajam ke arah Erick. Nadia bisa tahu apa yang akan dilakukan Fauzan.
"Tenanglah," kata Nadia pada Fauzan dengan lembut. Fauzan yang sudah tersulut emosinya, mendengar kata Nadia ia menjadi reda.