"Fi... Apa kamu bisa menghubungi ayah?" tanya ibunya menghampiri Fiona di dalam kamar.
"Enggak, Ma. Kan kata Mama semalam ayah mungkin pulang telat?"
"Iya, ayah harus urus suatu dokumen, tapi Mama enggak tahu kenapa dia sangat terlambat."
Raut wajah Raniesha semakin cemas.
"Mama sudah coba buat ayah?" tanya Fiona mencoba menenangkan.
"Mama sudah coba berkali-kali, tapi enggak bisa dihubungi, Fi. Mama harus bagaimana, Fi?"
Fiona tidak bisa mengerti mengapa ibunya menjadi seperti ini? Padahal, bukan menjadi hal baru jika ayahnya lebih memilih lembur.
"Memangnya ayah itu ─"
suara langkah kaki menghentikan Fiona. Ibunya segera menuju pada pintu depan.
"Ayah, yaampun. Dari tadi Mama udah coba telepon, tapi kok susah dihubungi?"
"Ponselku mati, lupa dicharger." Suaminya menjawab dengan nada dingin.
"O-oh begitu rupanya. Kamu sudah─"
"Kamu bisa jangan banyak tanya dulu? aku lelah dan butuh istirahat."
"Maaf, Yah. Mau aku siapin buat mandi atau makan malam?"