"Lo kenapa dah, Fi?"
"Kan lo enggak punya perasaan sama gue. Jadi, terserah gue dong mau peluk kek, mau gue smack down kek. Atau ─"
"Atau apa lagi? Mau lo jadiin kentang goreng sambal ati?"
"Ha ha ha enggak!" Fiona melepas pelukan Wandi lalu memukul agak kencang.
"Heran gue kenapa cewek suka mukul?"
"Heran gue lo banyak protes."
"Astaga salah mulu."
"DORR!" Fandi mengejutkan. Dengan spontan Fiona dan Wandi berpelukan.
"Salahkah jika aku memiliki perasaan seperti ini? Salah kah jika hatinya memilih Yos dan memilih jalan yang rumit ini?"
Panggilan masuk lagi dari nomor yang berbeda dengan yang sebelumnya. Meski sama-sama nomor asing. Entah darimana mereka mendapat nomor Fiona.
"Hallo..."
"Ye, anyeong Haseyo. Kami dari kantor polisi seoul. Maaf, bisa kah Anda kemari? Seseorang bernama Jia sedang di kantor. Dan dia memberikan kontak Anda sebagai kontak darurat."
"Lo berdua jadian?" tanya Fania dengan menaikan alis kiri penuh dengan rasa curiga.