Walau kesal, tapi Wandi merasa bahagia tetap dapat seperti bersama Fiona. Yang baik, ramah, ceria. Itu saja. Cukup hanya dengan mendengar suara gadis yang ceria itu dapat membuat suasana hatinya yang buruk menjadi jauh lebih baik.
Tok tok tok'
Suara ketukan pintu terdengar pelan dari depan kamar.
"Wan, ini Mama. Boleh Mama masuk?"
Wandi bergegas bangkit lalu menemui ibunya yang telah lama menunggu di depan sana.
"Masuk, Ma," ujar Wandi sembari mendorong ibunya dengan kursi roda.
"Boleh bantu Mama duduk di tempat tidur kamu?"
"Hm," balas Wandi sembari menganggukan kepala lalu mengangkat tubuh ibunya ke tepi tempat tidur.
Ibunya beberapa bulan lalu masih cantik dan terawat. Biasanya sering menggunakan pewarna bibir berwarna pink cerah. Namun kini, hanya ada ibunya yang tidak terawat, badannya kurus kering akibat beban yang ada dalam pikirannya sendiri.
Ibunya memberi kode dengan menepuk tepi kasur tepat di sebelahnya. "Duduklah di sini, Wan."
"Iya, Ma."