Fiona sedang membeli beberapa keperluan dapur yang sedang diskon malam itu. Tiba-tiba saja dia mendengar suara jeritan.
"Toloooong, toloooong!" jerit seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun.
"Ada apa, Kak?" tanyanya panik.
"Tas saya dicopet, Dik! itu di sana!" jelas wanita itu dengan raut panik.
Secepat kilat Fiona mengejar copet itu.
Pencopet itu berlari begitu kencang sembari sesekali menoleh kebelakang untuk mengecek keadaan.
"Ah, akhirnya gue aman juga!" ujarnya dengan napas terengah-engah.
"Ngapain lo, Bang?" tanya Fiona yang tiba-tiba saja muncul dihadapan pencuri itu.
Fiona berhasil mengambil jalan pintas untuk mengejar pria berwajah sangar itu.
"Hah? kok lo bisa ngejar gue?" tanyanya terperanjat.
"Bisa dong! Mau lihat piring terbang juga enggak? gue juga bisa kasih lihatin lo loh," tawar Fiona.
Pencuri itu berlari dengan kencang hingga akhirnya dia menyerah dan melempar tas itu pada Fiona.
Fiona kembali menemui si kakak pemilik tas itu.
"Ini Kak, tasnya. Lain kali hati-hati ya k
Kak. Jangan jalan malam sendirian. Bahaya banget," ujar Fiona santai.
Wanita itu lantas memeluk Fiona.
"Makasih ya, Dik," ucapnya terharu. Fiona membalas pelukan wanita itu,
"sama-sama kak."
Wanita itu melepas pelukannya lalu pamit untuk pulang setelah taksi tiba.
***
"Lo Devika ya?" tanya Yoseph menghampiri Devika.
"Iya Yos. Lo udah terima surat dari gue ya?"
"Hari ini gue terima sepuluh surat," jawabnya tengil. Lalu berlalu meninggalkan Devika yang masih membatu.
Yoseph adalah laki-laki idola di sekolah Fiona. Siapa saja tertarik padanya kecuali Fiona.
Fiona satu-satunya perempuan yang membenci laki-laki tampan itu. Sok tampan katanya.
Meski harus diakui bahwa visualnya benar-benar tampan. Mungkin ada suatu kejadian yang membuat Fiona begitu tidak menyukai Justin ─pernah ditolak cinta misalnya.
Dipagi buta tadi, Devika mengirim surat cinta untuknya. Dimasukannya ke dalam loker nomor tiga.
"Lo nekat juga ya, Dev," ucap El.
"Kalau gue enggak bilang sekarang kapan gue jadiannya sama dia?"
"Apa lo bilang tadi, Dev? jadian? lo amnesia apa gimana sih? Lo enggak denger tadi dia tanya nama lo?"
"Ya terus kenapa?"
"Artinya dia enggak tahu lo siapa, Maemunah!" sindir Fiona.
Devika mengerucutkan bibirnya setelah mendengar sindiran dari sahabatnya itu.
"Nih, gue ada cokelat. Lo mau enggak?" tawar Fiona.
"Cokelat yang dari Ervin kemarin?" tanya Devika.
"Iyalah, dari mana lagi coba?" sahut El.
"Yee, lumayan daripada lo manyun mulu udah kayak ikan lohan tahu nggak!"
"Nggak apa-apa ikan lohan kan mahal."
"Serah lo Dev. Jadinya lo enggak mau? yaudah kalau nggak mau."
"Maulah!" ujar Devika seraya merebut toples cokelat berbentuk hati dari tangan Fiona.
Jika Devika menyatakan perasaanya lewat surat cinta yang ditaruh dalam loker milik Yoseph. Maka berbeda halnya dengan Firda.
Firda sejak lama berteman baik dengan Yoseph, entah bagaimana caranya.
Meski Yoseph hanya menganggap Firda sebatas teman biasa, namun tidak demikian dengan Firda.
"Gue lagi siapin kado buat dia, apa ya yang kira-kira cowok bakalan suka?" ucap Firda.
"Gimana kalau jam tangan?"
"Terlalu biasa nggak sih?"
"Mobil."
"Nggak sekalian lo kasih gue saran buat kadoin dia pulau? yang bener aja dong Indri! gue kan bukan anak orang kaya tajir melintir!" omel Firda.
"Kata lo yang nggak biasa. Apa salahnya ngasih mobil?"
"Emang nggak biasa, dompet gue juga ikutan nggak biasa!" lanjut Firda mengomel.
Firda sangat antusias mencari kado untuk laki-laki spesial bagi hidupnya selama setahun belakangan. Yoseph.
Dari balik tembok, Fiona tanpa sengaja mendengar percakapan mereka.
Tadinya tidak ingin mendengar tetapi rupanya dia penasaran.
"Oh, si kutu kebon bentar lagi ulang tahun. Berarti lokernya rame dong kayak jualan loakan," desisnya.
***
Keesokan harinya, Fiona disambut oleh pemandangan yang mungkin saja akan terjadi setidaknya tiga tahun kedepan. Balon-balon bertaburan di ruang kelas, kue ulang tahun di meja guru. Papan tulis yang tertulis Happy Birthday Yoseph. Tidak lupa dengan taburun emoticon hati sebagai toping.
"Dasar alay!" gerutu Fiona seraya meniup poni tengahnya.
Berbeda halnya dengan siswi lain yang begitu antusias menyambut hari ulang tahun Yoseph.
"Kapan lo nyiapin ini semua, Fir?" tanya salah satu siswi.
"Semalam. Dibantu sama Indri dan Mira. Gue udah enggak sabar banget nunggu Yos nih," jelas Firda antusias.
"Pasti lo capek banget ya?"
"Enggak apa-apalah. Bagi gue yang penting dia seneng itu udah lebih dari cukup banget buat gue," jelasnya lagi.
"Sebegitu sukanya lo sama Yoseph?"
"Emang kelihatan banget ya?"
"Aelah Fir! seisi sekolah juga tahu kalik!"
Fiona berlalu setelah mendengar percakapan mereka. Memutar bola mata dengan malas. Rasanya hari ini akan semakin membosankan baginya.
***
Firda menuntun Yoseph menuju kelas dengan memberi kain berwarna hitam pada kedua matanya. Setelah dibukanya kedua matanya ...
"Surprise!" teriak siswi lain dan beberapa teman dekat Yoseph.
Ia terkejut seraya memberi senyuman tipis.
"Kenapa ekspresi lo kayak gitu? lo enggak suka sama surprise yang udah gue siapin?" tanya Firda.
"Nggak, bukan gitu, Fir. Gue seneng kok tapi gue nggak bisa lama nggak apa-apa ya?"
"Loh emang kenapa, Yos?"
"Tadi pelatih manggil gue, mungkin bakalan ada latihan."
"Oh yaudah enggak apa-apa," sahut Firda memberi senyum.
Firda memang beruntung. Tidak banyak gadis yang dianggap teman oleh Yoseph.
Gadis lain dianggapnya hanya permainan saja terlebih dikala bosan.
"Happy birthday, Bro!" ucap Wandi memberi selamat.
"Ey! thankyou ma bro. Mana cewek lo? masa seorang playboy taubat nggak bawa cewek?" sindir Yoseph.
Playboy taubat adalah julukan khusus yang diberi Yoseph untuk sahabatnya, Wandi. Setelah sekian lama pencarian kini ia berhenti pada kekasihnya yang pecemburu.
"Ledek gue aja terus, belum aja lo ketemu sama cewek yang bikin lo cinta mati. Kalau kena juga nanti lo bucin mampus!" balas Wandi.
"Halah, lo dulu juga nggak percaya kan kalau ada cewek yang bisa bikin lo pensiun jadi playboy?" ujar Yoseph sambil terkekeh.
Sementara di lapangan sekolah ada Fandi yang sedang berjalan menuju kelas dengan santai.
"Happy birthday brother!" ucapnya memberi selamat.
"Nih ada rendang buatan emak gue.
Titip buat lo katanya," kata Fandi seraya memberi kotak bekal. Aroma khasnya tercium menusuk hidung Yoseph.
"Kado dari lo mana?"
"Anggep aja itu kado gue patungan sama emak."
Yoseph menuju loker untuk menyimpan bekal itu. Lalu kembali ke kelas untuk menemui kedua sahabatnya.
Namun saat ia berdiri depan kelas,
"Yoss!" teriak Fandi seraya melemparkan kue ulang tahun yang telah disiapkan Firda.
Secepat kilat Yoseph menghindar namun sialnya malah terkena gadis yang berdiri di belakang Yoseph. Tepat sasaran, kue itu tepat mengenai wajahnya bahkan matanya nyaris tidak bisa terbuka. Gadis itu adalah Fiona.
Fandi terkejut dan membantu membersihkan wajah Fiona dengan tisu.
"Gue kira kejutan ulang tahun ini udah kelar, sialan!" gerutu Fiona pelan.
"So sorry ya Fi. Sumpah gue enggak sengaja, gue tadi mau nimpukin Yoseph doang kok," jelas Fandi meminta maaf berkali-kali.
Fiona tidak menjawab kecuali hanya sibuk membersihkan sisa kue yang masih menempel pada wajahnya. Ia lalu menuju toilet membawa tisu dari Fandi.
Didalam kamar mandi tepatnya di depan wastafel Fiona membersihkan sisa kue yang masih terasa lengket.
Elea menghampiri Fiona.
"Fiona! astagaa, lo enggak apa-apa?" tanya El.
"Menurut lo? muka gue kayak gini nggak apa-apa?"
"Sorry gue enggak tahu."
"Astaga Fi, lo kalau mau bersihin sisanya pakai tisu basah. Nih pakai punya gue," ucap El seraya mengeluarkan tisu basah dari dalam tasnya.
"Lagian kenapa para guru enggak ada yang masuk kelas sih?" tanya Fiona mengeluh.
"Lagi rapat sih gue denger."
"Rapatin apa? rapatin ulang tahun Yoseph?"