"Dih, dia yang nyebelin, dia yang ngambek, harusnya aku nggak sih yang ngambek?"
Dasar Denis menyebalkan,
Fiona tidak mampu untuk menyembunyikan rasa malunya. Bibirnya mengembang bebas saat mendengar Denis mengatakan kata 'aku' pada dirinya.
Tanpa mereka sadari seseorang sedang berada di ruangan yang sama. "STOP!" jerritnya nyaring, "Lo berdua berani-beraninya ya, sekarang bucin di depan gue? Nggak menghargai perasaan gue banget lo berdua. Hargain perasaan dikit, kenapa sih?"
"Biarin aja, bodo amat, anggap aja dia udah nggak ada, Denis."
"Lo kok gitu sama gue, Fi?"
"Menurut lo kenapa? Waktu SMA--no, no, bukan waktu SMA, dari SMP sampai gua lulus SMA lo selalu gonta-ganti pacar tau nggak? Dan lo nggak mau hargai perasaan gue sama sekali. Dari bertahun-tahun itu, menurut lo, gue mau menghargai perasaan lo sekarang? Enggak bakal!" ujar Fiona menjulurkan lidah lalu memeluk Denis. Melihat hal itu Fania hanya berdecakk sebal.